Bab 9. Tamu Tak Terduga

Andri menghentikan ciumannya, kemudian sedikit mengangkat tubuh dengan kedua tangan yang masih mencengkeram pergelangan tangan Yuan. Dia tersenyum miring. Tak lama kemudian tawa Andri meledak.

"Bukankah kamu sudah menggoda calon adik iparmu itu? Aku memang lumpuh! Tapi aku masih bisa menghangatkanmu di atas ranjang! Tapi ...." Andri duduk lalu menautkan jemarinya.

"Melihat kelakuanmu di kebun tadi, membuatku muak! Sepertinya kamu juga enggan untuk aku sentuh! Kamu pasti juga sebenarnya jijik memiliki suami lumpuh sepertiku? Kamu hanya mengincar harta warisan yang akan diberikan setelah aku mati, bukan?"

Mendengar semua tuduhan yang dilontarkan Andri membuat hati Yuan seakan diremas. Perempuan tersebut bangkit dari atas ranjang, lalu memutar tubuh sehingga dia dan Andri saling berhadapan.

Rahang Yuan mengeras dengan mata basah bersiap menumpahkan air mata. Entah mendapatkan kekuatan dari mana, Yuan langsung mendaratkan pukulan ke pipi Andri. Andri pun terdiam.

Andri tidak menyangka Yuan akan semarah itu dengan ucapannya. Namun, apa pedulinya? Bagi Andri, Yuan tetaplah perempuan yang hanya menginginkan harta seperti wanita lain yang berusaha mendekati.

"Terima kasih atas tuduhan yang sudah kamu berikan kepadaku, Mas! Tapi ingat satu hal ...." Suara Yuan bergetar ketika hendak mengucapkan janjinya.

"Aku pastikan kamu akan menyesali ucapanmu barusan! Aku akan tetap ada di keluarga ini, sampai kamu menyadari bahwa aku ingin menikah denganmu karena tulus! Memang awalnya aku terpaksa, tetapi saat melihatmu secara langsung ... hatiku terus berdebar tak karuan!" Secara tidak sadar Yuan sudah mengungkapkan perasaannya kepada Andri.

"Pandai sekali bersilat lidah! Kamu pikir aku akan percaya dengan semua bualanmu itu?" Andri tersenyum sinis sambil menyipitkan mata.

"Terserah Mas Andri! Kamu memang selalu memandang rendah diriku! Tapi, aku akan membuktikan kalau apa yang kamu pikirkan tentangku semuanya salah! Ketika hal itu terjadi, semoga aku masih bersabar dan tidak meninggalkanmu begitu saja!"

Yuan langsung berdiri dari atas ranjang, lalu berjalan ke arah kamar mandi. Dia mengunci rapat ruangan kecil dan lembap tersebut. Tak lupa dirinya juga menyalakan shower agar tangisnya yang pecah tidak terdengar oleh Andri.

Tangis Yuan benar-benar terdengar pilu. Air mata perempuan itu kini bercampur dengan desarnya air dingin yang mengguyur tubuhnya. Yuan meluapkan semua kesedihannya malam itu juga.

Sejak hari itu, perang dingin antara Yuan dan Andri semakin parah. Sudah tidak ada obrolan di antara keduanya. Yuan hanya menyiapkan keperluan Andri dalam diam kemudian pergi untuk menghindari obrolan dengan sang suami.

***

Sore itu Yuan dan Drini mengobrol ringan di taman. Mereka duduk santai ditemani teh hangat serta beberapa kudapan tradisional khas kota Surabaya. Sesekali keduanya saling melemparkan gurauan.

Drini pun berbagi cerita tentang kisah rumah tangganya yang juga berawal dari sebuah perjodohan. Yuan mendengarkan semua kisah lama Drini dengan antusias. Namun, obrolan keduanya harus berhenti saat Sumi tiba-tiba menghampiri mereka dengan wajah panik.

"Bu, permisi ... ada yang nyari sampeyan." Sumi tampak takut ketika menyampaikan pesan dari sang tamu.

"Siapa?" tanya Drini santai sambil tersenyum lembut.

"Itu ... anu ... namanya Mbak Mutiara dari Pidie, Aceh."

Mendengar nama itu, sontak membuat Drini terbelalak. Yuan yang tidak mengetahui apa pun hanya bisa melongo melihat perubahan ekspresi Drini. Dia tidak mau bertanya kepada sang mertua mengenai perempuan bernama Mutiara itu.

"Ba-baiklah, suruh Tiara nunggu di ruang tamu dulu."

"Iya, Bu." Sumi pun berpamitan dan kembali ke dalam rumah.

Yuan mengamati ekspresi wajah Drini yang tampak kebingungan. Bahkan sang mertua mulai mengeluarkan keringat dingin. Ujung bibir Drini pun terlihat gemetar ketika hendak berbicara lagi dengan Yuan.

"Se-sebentar, ya, Yuan? Ibu temui tamu jauh kita dulu. Kamu tunggu di sini, ya?"

Yuan tidak menjawab sedikit pun. Perempuan itu hanya mengangguk seraya tersenyum lembut. Drini berjalan cepat menuju pintu.

Yuan mengamati punggung Drini yang semakin menjauh dan menghilang di balik pintu. Tidak ada rasa curiga sedikit pun mengenai kedatangan perempuan tersebut. Yuan berusaha berpikir positif.

Mungkin saja perempuan bernama Mutiara itu merupakan saudara jauh mereka yang lama tidak bersua atau semacamnya. Yuan akhirnya memilih untuk menikmati senja seorang diri di kebun belakang rumah. Dia terus berada di sana sampai sayup terdengar suara panggilan untuk beribadah.

"Nyamuknya mulai datang!" ujar Yuan seraya menepuk lengannya yang dihinggapi oleh nyamuk.

Yuan pun akhirnya memutuskan untuk segera masuk ke rumah. Ketika hendak melangkah ke arah kamar, Drini, Andri, serta perempuan muda itu sedang duduk bersama di ruang keluarga. Andri duduk di atas kursi rodanya berdekatan dengan perempuan itu.

"Yuan, kemarilah, Nak!" panggil Drini sembari melambaikan tangan.

Yuan berjalan ke arah sang mertua, lalu duduk di sampingnya. Setelah itu, Drini menampakkan senyum canggung. Dia menatap Mutiara sekilas, kemudian kembali memandang sang menantu seraya meraih tangannya.

"Perkenalkan, dia Mutiara. mutiara, ini Yuan."

Drini saling mengenalkan dua perempuan itu satu sama lain. Yuan mengangkat lengan dan menyodorkan telapak tangan kepada Muriara. Namun, Mutiara hanya menatap tabgan Yuan seraya tersenyum sinis.

Akhirnya Yuan menarik kembali lengannya. Senyum lembut Yuan mendadak sirna. Drini yang menyadari sikap tak suka Mutiara kepada Yuan pun, akhirnya menengahi dengan kembali membuka obrolan.

"Sementara waktu Mutiara akan tinggal bersama kita sampai masalahnya selesai," ungkap Drini.

Yuan pun mengalihkan tatapannya lagi ke arah Mutiara. Dia kembali melemparkan senyum lembut, tetapi lagi-lagi Mutiara melemparkan tatapan tajam kepada Yuan. Perempuan itu terlihat tidak suka kepada Yuan.

Akhirnya Yuan menelan kembali senyumannya dan mengangguk pelan. Rasa penasaran sudah pasti menyelimuti hati Yuan. Akan tetapi, dia merasa tidak memiliki hak untuk bertanya dan mengetahui semua.

Yuan yakin, suatu saat asal-usul Mutiara pasti akan terungkap tanpa dia harus bertanya sana-sini. Malam itu setelah selesai makan malam, Yuan memilih untuk masuk ke kamar lebih dulu daripada Andri.

"Nggak biasanya Mas Andri betah berada di luar kamar. Sebenarnya siapa perempuan bernama Mutiara itu?" Yuan menatap langit-langit kamarnya seraya berbaring di atas sofa.

Terpopuler

Comments

etna winartha

etna winartha

siapa perempuan itu

2023-12-13

0

Alanna Th

Alanna Th

mungkin pacar andri? baru nongol skrg

2023-10-28

1

auliasiamatir

auliasiamatir

kekasih nya andri pasti

2023-09-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!