Bab 5. Berbohong

Yuan hanya bisa mematung sambil duduk di meja makan. Dia menatap nanar makanannya yang mulai dingin. Anton berdeham dan mulai menenangkan sang menantu.

"Yuan, maafkan Andri, ya? Dia memang seperti itu semenjak mengalami ...." Ucapan Yuan menggantung di udara karena Yuan memotongnya.

"Nggak apa-apa, Pak. Yuan ngerti kok. Yuan paham banget sama apa yang sedang dirasakan Mas Andri." Yuan menatap Anton dengan mata yang berkaca-kaca dan senyum kaku.

Anton tampak menghela napas. Di sisi lain Riana sedang sibuk dengan makanannya sambil memainkan ponsel. Setelah selesai makan, perempuan itu tidak mengucapkan sepatah kata pun dan pergi begitu saja dari meja makan.

Anton kembali menggeleng karena kedua anaknya bersikap buruk kepada sang menantu. Dia membesarkan hati Yuan dan perempuan itu hanya bisa menjawab tidak apa-apa, padahal hatinya begitu sakit.

Yuan merasa semua yang dia lakukan di rumah ini tampak tidak ada artinya. Hanya ada Drini dan Anton yang menguatkan. Selebihnya Riana dan Andri hanya menganggapnya debu yang menempel pada keluarga mereka.

"Gimana Andri, Bu?" tanya Anton ketika melihat Drini berjalan ke arah mereka.

"I-ibu melakukan sebuah kesalahan, Pak!" Drini kembali menduduki kursinya seraya menenggelamkan wajah dalam telapak tangan.

"Kenapa?" tanya Andri sembari mengerutkan dahi.

"I-ibu sudah menampar Andri dengan tangan-tangan ini!" Drini menatap kedua telapak tangannya dengan tubuh gemetar.

Anton menghela napas panjang. Lelaki itu langsung mendekati sang istri dan memeluknya dalam posisi berdiri. Tangis Drini pun pecah.

"Udah, nggak apa. Bapak tahu bagaimana perasaan Ibu sekarang. Maka dari itu Bapak memilih diam. Bapak tahu, Ibu berusaha menyadarkan Andri. Tapi, untuk saat ini biarkan dia mengambil sikap sendiri, Bu. Lelaki semakin dipaksa akan semakin berontak."

Anton terus menenangkan sang istri. Dia berusaha menasihati Drini tanpa menyakiti hati sang istri serta membuat belahan jiwanya itu merasa disudutkan. Setelah selesai makan, Sumi membereskan meja.

Yuan memilih untuk duduk di taman belakang. Menatap berbagai macam tanaman hias yang dirawat oleh Drini. Aroma menenangkan dari berbagai jenis tanaman bunga membuat hati Yuan sedikit lebih tenang. Dia tersenyum lembut sambil memejamkan mata ketika angin pagi membelai wajah.

"Aku akan menerima takdirmu, Tuhan. Aku sudah mengambil keputusan ini jadi, aku mohon kuatkan aku hingga memiliki kesabaran yang tanpa batas. Hanya Engkau yang bisa membolak-balikkan hati manusia. Jadi, semoga apa yang aku lakukan nantinya untuk Mas Andri bisa membuat-Mu membantuku meluluhkan hatinya."

Yuan mengucapkan doa-doa itu dalam hati. Dia masih percaya akan kebaikan Tuhan. Semoga dia tidak akan pernah lelah dalam menghadapi sikap Andri yang sangat temperamen serta ucapan pedasnya.

Sejak hari itu, Andri kembali enggan makan satu meja dengan Yuan. Dia tidak mau memakan hidangan yang dibuat oleh sang istri. Lelaki itu secara khusus meminta Sumi untuk menyiapkan makanan dan mengantarnya ke dalam kamar.

Suatu hari, sebuah ide baru muncul di kepala Yuan. Perempuan tersebut melarang Sumi memasak, lalu diam-diam menyiapkan makanan untuk Andri. Setelah sial, Yuan meminta Drini untuk mengantar makanan itu kepada Andri.

Sejak pertengkaran hari itu, Drini yang merasa bersalah justru diam seribu bahasa kepada Andri. Dia enggan menyapa putranya karena takut Andri masih menaruh rasa kecewa.

"Bu, Yuan bisa minta tolong?" tanya Yuan sembari tersenyum lembut.

"Minta tolong apa, Nduk?" tanya Drini seraya tersenyum lebar.

Yuan mulai menata nasi, sayur, lauk pauk, serta beberapa jenis minuman ke atas nampan. Setelah selesai, perempuan itu mengangkat nampan dan disodorkan kepada Drini. Drini pun menerimanya dengan alis yang saling bertautan.

"Ini buat siapa, Nduk?" tanya Drini.

"Bisa minta tolong antar makanan ini buat Mas Andri, Bu?"

"Nggak, ah!" tolak Drini seraya meletakkan kembali nampan ke atas meja.

Yuan tersenyum tipis kemudian meraih kedua tangan ibu mertuanya itu. Keduanya saling menatap. Seakan ada telepati di antara mereka, tiba-tiba Drini mengangguk.

"Yo wis, Ibu antar ke Andri. Nanti, kalau dia nggak mau makan, piye?"

"Ibu paksa secara halus! Yuan tahu sebenarnya Mas Andri itu lelaki yang baik. Dia pasti mau memakan semua kalau Ibu bilang sudah bersusah payah memasak dan menyiapkan semua ini."

Drini langsung terdiam. Dia menatap sendu menantunya itu. Dirinya benar-benar tidak menyangka bahwa Yuan memiliki kesabaran yang begitu luas.

Ketika Andri terus menyakiti Yuan dengan sikap dan ucapan, perempuan itu justru semakin bersikap baik kepada Andri. Drini berpikir jika saja dirinya ada di posisi Yuan, pasti dia tidak akan sesabar utu dalam menghadapi Andri.

"Jadi, kamu meminta Ibu buat berbohong?" Drini menyipitkan mata sambil melipat lengan di depan dada.

"I-itu ...."

Tak alam berselang tawa Drini pecah. Dia benar-benar punya obyek yang bisa dijadikan bahan gurauan sekarang. Perempuan paruh baya itu langsung mencubit gemas pipi Yuan.

"Kamu ini benar-benar menggemaskan! Baiklah, Ibu akan melakukan misi kebohongan ini demi kamu!" seru Drini semangat.

Drini pun kembali mengangkat nampan dan berjalan menatap ke arah pintu kamar Andri. Dia mengetuk pintu. Setelah Andri memperbolehkan masuk, barulah Drini memutar tuas pintu.

Sementara sang ibu mertua masuk kamar, Yuan berdiam diri di meja makan sambil terus berdoa. Dia berharap kali ini Andri menyukai masakannya, serta hubungan sang suami dengan Drini bisa membaik.

Di sisi lain, Drini langsung melangkah mendekati meja yang ada di dekat sofa. Dari kondisi kamar tersebut, Drini menyadari bahwa sang menantu diperlakukan tidak baik oleh Andri. Ada bantal dan bekas selimut yang terlipat di atas sofa.

"Ndri, makan dulu," ucap Drini tanpa mau mengalihkan pandangannya dari bantal dan selimut.

Andri yang masih berada di balkon hanya diam. Dia hanya menatap langit biru dengan cahaya matahari yang sebenarnya mulai terik dan menyilaukan mata.

Drini menghela napas kasar, lalu berjalan pelan mendekati sang putra. Dia bersimpuh di depan Andri kemudian menggenggam jemarinya. Drini berusaha menekan emosinya demi ikut berjuang meluluhkan hati Andri untuk Yuan.

"Ndri, kamu masih marah sama Ibu?" tanya Drini dengan nada lembut.

"Menurut Ibu?" ketus Andri sembari melirik Drini sekilas melalui ekor matanya.

"Ibu benar-benar menyesal. Tidak sepantasnya ibu bersikap kasar seperti itu kepadamu, Ndri. Ibu benar-benar minta maaf." Drini menunduk menatap roknya seraya memainkan jemari di atasnya.

"Mudah sekali, ya, Ibu mengucapkan maaf?" Andri tersenyum miring seraya menatap tajam Drini.

Mendengar ucapan Andri yang terdengar ketus sontak membuat Drini mendongak. Dia menatap nanar sang putra dengan tenggorokan yang terasa gondok. Namun, apa yang dilakukan Andri tidak salah. Pada kenyataannya, dirinya memang bersalah.

"Ndri, apa yang harus Ibu lakukan agar kamu memaafkanku?" tanya Drini dengan mata berkaca-kaca.

Terpopuler

Comments

Alanna Th

Alanna Th

hrs diobati psikolog. kasian ortu andri. tak shrsny mndpt prlakuan mnyktkn spt itu, kan klmphnny bknlh slh ortuny

2023-10-28

0

auliasiamatir

auliasiamatir

ibuk nya pun goblok, udah tau anak nya salah,alah nysel ngasih pelajaran sama ank mya

2023-09-07

0

auliasiamatir

auliasiamatir

anak keras kepala dan gak da otak

2023-09-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!