Bab 13. Menelisik Fakta

"Mereka mudah sekali tertipu," ucap Mutiara melalui sambungan telepon dengan senyum menyeringai.

Yuan yang baru saja sampai di rumah kediaman keluarga Ismoyo pun memilih untuk berdiri di balik dinding antara ruang tamu dan ruang tengah. Dia menajamkan pendengaran agar bisa mengetahui tipuan macam apa yang sedang dilakukan oleh Mutiara.

"Iya, mereka percaya kalau bayi yang aku kandung adalah milik Andri. Padahal bukan!" Mutiara terkekeh sambil menutup mulut agar tawanya tidak terlalu pecah.

Yuan pun terbelalak. Dia membungkam bibirnya sendiri agar teriakannya karena terkejut tidak keluar. Yuan terus mendengarkan percakapan tersebut hingga selesai.

Setelah Mutiara memutuskan panggilan telepon barulah Yuan berjalan masuk ke arah ruang tengah. Dia bersikap santai seolah tidak mengetahui apa pun. Justru Mutiara yang tampak panik.

Yuan berjalan terus dengan mengabaikan Mutiara. Namun, langkahnya berhenti karena Mutiara mendadak memotong jalan menuju kamar. Yuan memutar bola mata, kemudian melipat lengan di depan dada.

"Kenapa?" tanya Yuan ketus.

"Sejak kapan kamu datang?" Suara Mutiara terdengar gugup meski tidak begitu kentara.

"Sejak kapan? Apa urusanmu? Aku mau datang kapan saja ke rumah ini, wajar saja! Terserah aku, dong! Ini rumah SUAMIKU!" tegas Yuan.

"Harusnya kamu yang mikir! Kamu itu tamu tak diundang! Kayak jelangkung! Tahu diri, dong! Syukur-syukur dikasih tempat ngungsi!" Yuan tersenyum miring berusaha menyulut emosi Mutiara.

Yuan sengaja melakuka hal tersebut untuk menunjukkan posisinya dalam keluarga Ismoyi. Usaha Yuan pun berhasil, Mutiara langsung mendorong tubuh lawan bicaranya itu.

Yuan berusaha menjaga keseimbangan, tetapi gagal. Dia langsung memejamkan mata. Perempuan tersebut berharap lantai marmer di bawahnya berubah menjadi tumpukan busa atau kapas.

Namun, siapa sangka ternyata Andri menyaksikan semua kejadian itu. Andri langsung memutar kursi rodanya sehingga Yuan terduduk di pangkuan sang suami. Yuan langsung membuka mata, sehingga tatapan keduanya bertemu. Jantung mereka berdetak begitu kencang.

"Apa yang kamu lakukan kepada Yuan?" tanya Andri tanpa melepaskan pandangan dari sang istri.

"Tidak ada, dia hanya terpeleset." Mutiara terus mengatakan kebohongan dari bibir tipisnya.

Andri perlahan memalingkan wajah, kemudian menatap tajam Mutiara. Rahangnya mengeras seraya melingkarkan jemari ke pinggang sang istri. Melihat pemandangan di depannya membuat Mutiara semakin emosi.

"Aku hanya lumpuh, bukan buta! Aku bisa melihat semuanya! Kamu dengan sengaja mendorong Yuan!" seru Andri dengan nasa tinggi.

"Sejujurnya aku masih memiliki perasaan kepadamu. Tapi, aku tidak suka caramu memperlakukan Yuan!" Andri menyipitkan mata dan rahangnya mengeras sempurna.

Ucapan Andri kali ini langsung menusuk dua hati perempuan sekaligus. Andri tidak menyadari hal itu. Yuan perlahan melepaskan lengan Andri, kemudian berdiri dan masuk ke kamar.

Yuan kecewa karena Andri tidak mampu menjaga perasaannya. Seharusnya dia cukup menyimpan perasaannya untuk Mutiara dalam hati. Andri tidak perlu mengungkapkan perasaan itu di depan Yuan.

Di sisi lain, Mutiara juga kecewa karena Andri bersikap mesra di depannya. Bahkan dia dimarahi oleh lelaki tersebut di hadapan Yuan, sehingga menjatuhkan harga Mutiara. Perempuan tersebut akhirnya meninggalkan Andri yang masih menatapnya tajam.

"Ada masalah apa?" tanya Andri kepada sang istri ketika sudah masuk ke dalam kamar.

"Nggak ada," jawab Yuan singkat sambil terus melanjutkan aktivitasnya.

"Katakan saja jika Mutiara mengganggumu. Aku akan menegurnya." Andri memutar roda pada kursinya menuju balkon.

"Cih, sok peduli!"

Hari berikutnya, Yuan beraktivitas seperti biasa dengan terus memperhatikan Mutiara. Dia mencari celah agar bisa mendapatkan informasi mengenai orang yang kemarin berbicara dengan perempuan tersebut. Kesempatan itu pun akhirnya datang.

Ketika Mutiara masuk ke kamar mandi, dia meletakkan ponselnya begitu saja di atas meja ruang tengah. Yuan pun langsung meraih benda pipih tersebut setelah memastikan semua aman. Dia menggulir layar ponsel dan mengamati riwayat panggilan Mutiara.

"Yes! Aku rasa kemarin Mutiara menghubungi nomor ini. Kemarin aku sampai rumah sekitar jam segini. Sebelum dan sesudahnya jarak panggilan sangat jauh. Tidak salah lagi!" Mata Yuan tertuju pada sebuah nomor ponsel yang ada di dalam riwayat panggilan keluar.

Yuan pun menyimpan nomor tersebut ke dalam ponselnya. Setelah situasi kondusif, dia langsung menghubungi nomor orang yang kemarin berbincang dengan Mutiara mengenai rencana busuk perempuan itu.

Yuan menggigit ujung jarinya ketika menunggu panggilannya dijawab. Suara lembut seorang perempuan pun menyapa pendengarannya. Dia belum bisa menjawab sapaan itu, sampai akhirnya perempuan di ujung telepon mengancamnya.

"Jangan iseng! Kalau gak jawab, langsung aku blokir nomormu!"

Terpopuler

Comments

weni maryani

weni maryani

udah biasa mah

2023-12-12

1

auliasiamatir

auliasiamatir

jangan mau di zolimi yuan

2023-10-04

2

Boma

Boma

jadikan yuan wanita tegas ga lemah

2023-07-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!