Bab 10. Spesial

Hampir seminggu Mutiara tinggal di kediaman Ismoyo. Ketika makan, dia selalu duduk di samping kiri Andri, sementara Yuan ada di sebelah kanan sang suami. Setiap Yuan hendak melayani sang suami, Mutiara selalu mencegahnya, kemudian mengambil alih apa yang hendak Yuan lakukan.

Seperti malam itu, Yuan telah memasak berbagai aneka masakan. Dia sudah mengisi piring Andri dengan nasi. Ketika Yuan hendak meletakkan udang asam manis ke atas nasi, tiba-tiba Mutiara mencegahnya.

"Kamu sengaja mau membuat Andri kritis?" Kalimat itu keluar dari bibir Mutiara dengan nada ketus.

"Memangnya kenapa?" tanya Yuan polos seraya menarik lengannya dan meletakkan sendok berisi udang kembali ke tempatnya.

Mutiara melipat lengan sambil menatap sinis Yuan. Dia menyandarkan punggung pada sandaran kursi. Perempuan itu juga tersenyum miring ketika hendak mengungkapkan alasannya mencegah Yuan memberikan udang kepada Andri.

"Bukankah kamu istrinya? Andri itu memiliki pantangan pada beberapa bahan makanan. Dia alergi udang, tidak menyukai tomat serta beberapa sayuran dan buah yang memiliki bau menyengat seperti petai, jengkol, durian." Mutiara melipat jari-jarinya ketika menyebutkan jenis makanan yang membuat alergi dan tidak disukai oleh Andri.

"Kalau makanan kesukaannya, sop iga sapi, beberapa makanan pedas ala Korea! Ah, Andru juga tidak menyukai minuman manis!" Kini Mutiara kembali menegakkan punggungnya.

Setelah itu dia sedikit memiringkan tubuh agar bisa menatap Yuan dengan leluasa. Yuan terdiam seketika mendengar penjelasan dari Mutiara. Dari sana, dia bisa mengetahui bahwa Mutiara bukan hanya sekedar teman kerja seperti apa yang dikatakan oleh Drini beberapa waktu lalu.

"Tiara, bisa lebih tenang sedikit?" tegur Anton dengan tegas.

"Ah, maaf, Om. Aneh saja melihatnya. Masa seorang istri nggak tahu apa yang suaminya suka dan tidak sukai? Lucu sekali!" Mutiara tersenyum miring kemudian kembali menyantap makanannya.

Yuan terdiam dengan hati bagai ditusuk ribuan jarum. Matanya mulai panas dan pandangan perempuan itu kabur karena air mata yang perlahan keluar. Yuan menunduk, memejamkan mata, kemudian mengusap air bening yang membasahi bulu mata lentiknya.

Ucapan Mutiara memang benar dan berhasil menghunjam hati Yuan. Dirinya memang hampir tidak mengetahui apa yang disukai dan dibenci oleh Andri. Yuan menyalahkan diri karena tidak mau mencari tahu hal kecil tersebut.

Yuan akhirnya beranjak dari meja makan dalam kondisi perut kosong. Dia masuk ke kamar untuk menumpahkan kesedihan dengan menangis. Yuan memeluk tubuhnya, untuk menguatkan diri sendiri.

"Istri macam apa aku? Alergi suami saja tidak tahu! Untungnya Mutiara memberitahu meski dengan cara yang kejam!" Dada Yuan terasa sesak dan tenggorokannya seperti diganjal oleh batu.

Perempuan tersebut menangis di atas sofa, sampai lelah dan tertidur. Yuan terbangun ketika mendengar suara pintu kamar terbuka. Andri langsung memutar kursi rodanya menuju ranjang.

Yuan pun bergegas bangkit untuk menanyakan perihal Mutiara kepada sang suami. Dia tidak bisa menahan lagi rasa penasaran mengenai perempuan asing yang kini tinggal satu rumah dengan dirinya itu.

"Mas Andri!" panggil Yuan.

Andri yang awalnya hendak berpindah dari kursi roda ke atas ranjang pun mengurungkan niat. Yuan berdiri, lalu melangkah mendekati sang suami. Dia menarik napas panjang, kemudian mengembuskan perlahan.

Yuan berusaha menenangkan diri. Dia tidak ingin emosinya meledak-ledak setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di antara Andri dan Mutiara. Yuan bisa menduga bahwa ada sesuatu yang spesial di antara mereka dari gelagat keduanya.

Namun, Yuan berusaha memastikan dan mendengar semua langsung dari bibir Andri. Yuan tidak berhenti melihat manik mata sang suami dengan tatapan sendu. Andri juga menatap Yuan intens tanpa senyum sedikit pun.

"Mas, boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Yuan dengan suara yang mulai bergetar.

"Apa?"

"Sebenarnya ada hubungan apa antara Mas Andri dengan Mutiara?"

Andri terdiam sejenak. Tak lama kemudian, lelaki itu mengembuskan napas kasar. Dia mengusap wajah sebelum akhirnya membuka suara.

"Bukankah ibu sudah memberitahu kamu tentang Tiara?"

"Aku nggak yakin kalau kalian hanya sekedar rekan kerja, Mas. Jika memang Mutiara ada masalah, bukankah seharusnya dia menyelesaikan semuanya? Kenapa dia justru kabur ke sini dan menemuimu?" Yuan mengerutkan dahi seraya tersenyum kecut.

"Atau jangan-jangan sumber masalahnya ada di sini? Makanya Mutiara datang menghampirimu, Mas?" terka Yuan.

"Apa hakmu berbicara seperti itu!" Andri kali ini bicara menggunakan nada tinggi sampai Yuan tersentak.

"Mas? Apa kamu lupa? Bagaimana pun juga aku ini istrimu! Aku berhak tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi!"

"Kamu hanya istri di atas kertas! Aku tidak mencintaimu, Yuan!"

Kali ini Yuan tidak bisa menahan lagi air matanya. Bibirnya gemetar dan air mata jatuh membasahi pipi perempuan itu. Dadanya terasa begitu sesak sehingga isak tangis pun akhirnya lolos.

"Aku hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, Mas! Setelah ini aku akan memutuskan akan bertahan atau memilih pergi dari hidupmu. Sebelum apa yang aku rasakan semakin dalam dan mengakar di hati." Kini suara Yuan terdengar pasrah dan lemah.

Andri kembali mengusap wajahnya kasar. Lelaki tampan tersebut hendak mengusap air mata sang istri, tetapi langsung ditepis oleh Yuan. Jemari Andri mengepal, kemudian dia memukul bantalan tangan pada kursi rodanya.

"Baiklah, aku akan menceritakan semuanya! Aku harap setelah ini kamu menyerah dan mau angkat kaki dari rumah keluarga Ismoyo!"

"Aku akan memutuskan semua setelah mendengarkan seluruh ceritamu tanpa ada kebohongan di dalamnya, Mas." Yuan menghapus air mata yang lagi-lagi enggan berhenti keluar dari sarangnya.

"Dia kekasihku."

Satu kalimat tersebut sukses membuat hati Yuan kembali diremas. Dia sebenarnya sudah menduga hal tersebut. Tidak mungkin keduanya tidak memiliki hubungan spesial jika dari perilaku yang akhir-akhir ini ditangkap oleh Yuan. Namun, dadanya tetaplah terasa sesak ketika mendengar fakta yang ingin diketahuinya itu.

"Sekarang dia sedang mengandung anakku. Usia kandungannya baru menginjak 4 bulan."

Yuan seakan disambar petir di siang bolong kali ini. Bibirnya bergetar dan Yuan yang tidak sanggup menahan rasa kecewanya selama ini pun akhirnya menjerit histeris. Tangisnya benar-benar pecah sekarang.

"Kenapa kamu tidak mengatakannya dari awal, Mas! Jika kamu menghamili orang lain dan mencintainya, aku pasti akan menolak perjodohan ini!"

"Mana aku tahu kalau dia sedang mengandung anakku! Dia mendadak menghilang setelah aku lumpuh!"

"Lalu, apa kamu akan menikahinya?"

Mendengar pertanyaan Yuan, Andri pun bungkam. Sebenarnya dia sendiri juga ragu. Hendak menikahi Mutiara atau tidak. Namun, jika tidak menikahi kekasihnya itu dia pasti akan menyesal seumur hidup karena telah lari dari tanggung jawab.

Di sisi lain, sebenarnya mulai tumbuh rasa cinta untuk sang istri. Andri menyadari hal itu ketika beberapa kali melihat Yuan menangis dan merasa hatinya ikut teriris. Andri sedang dalam kebimbangan kali ini.

"Ceraikan aku, Mas!" ujar Yuan dengan suara bergetar.

Mendengar permintaan sang istri membuat hati Andri sakit. Lelaki tersebut memang egois. Dia enggan melepaskan Yuan, tetapi tidak mau mengakui perasaannya dan terus mengukir luka di hati sang istri.

Terpopuler

Comments

etna winartha

etna winartha

ni begini ni laki2 yng hanya mementingkan hatinya

2023-12-13

0

Alanna Th

Alanna Th

😱💔💔💔😢

2023-10-28

1

auliasiamatir

auliasiamatir

bagus yuan, pisah aja, biar andri menyesal

2023-09-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!