"Papa... Papa..."
Kelen terus memanggil sang Papa yang kini telah sadar dan terbatuk akibat ulah Raina. Raina memencet bel agar dokter datang dan tak lama dokter dan Suster pun datang kemudian memeriksa Rangga. Rangga terus melihat ke arah sang istri dengan tatapan rindunya. Begitu juga dengan Raina yang terus saja menatap Rangga dengan cemberut.
Mami Meli yang mendengar jika tim dokter memasuki ruangan Rangga pun segera pamit kepada Dania dan Rama untuk melihat keadaan Rangga. Rama pun berinisiatif ikut menemani sang Tante takut terjadi sesuatu dengan sepupunya. Mami Meli menutup mulutnya yang terbuka lebar kala melihat putranya sudah membuka matanya.
"Rangga..." Panggil Mami Meli lirih.
Tim dokter selesai memeriksa dan mengatakan jika kondisi Rangga benar-benar sudah membaik dan hanya perlu beberapa hari pemulihan agar keadaannya benar-benar lebih baik. Setelah tim dokter keluar Mami Meli menghampiri Rangga sedangkan Raina duduk bersama Kelen acuh. Rama mengernyitkan dahinya melihat Raina yang seperti tak perduli dengan Rangga yang sudah kembali sadar.
"Rai,,, Apa kamu tidak ingin memeluk suamimu?" Tanya Rama.
"Tidak untuk apa." Jawab Raina santai.
Deg...
Mami Meli yang tengah terisak haru pun mengurai pelukannya pada Rangga karena Mami Meli fikir Raina tengah cemburu padanya karena Mami Meli langsung menghambur ke pelukan Rangga tanpa sadar Raina ada di dekat mereka.
"Maafkan Mami Nak." Ucap Mami Meli pada Raina.
"Untuk apa Mami meminta maaf?" Tanya Raina tak mengerti.
"Mami menghalangi kalian yang akan melepas rindu. Mami spontan memeluk Rangga." Mami Meli.
"Mami tidak akan melakukannya jika Mami tau yang sebenarnya." Cemberut Raina.
"Maksud kamu apa Rai?" Rama.
"Sepupu Kakak ini sudah bangun sejak semalam. Sementara kita panik dia malah main-main ga lucu bukan?" Tanya Raina pada Rama.
"Hah!"
"Apa?!"
"Hahahaa.... Maafkan aku sayang. Aku tidak bermaksud. Niat ku akan memberi kejutan pada kalian nyatanya aku yang terkejut karena ternyata istriku yang cantik ini telah menyadari kesadaranku." Rangga.
"Jadi kamu pulang lebih cepat karena." Ucap Mami Meli terputus.
"Iya Mi. Rai curiga jika Mas Rangga telah sadar. Tapi Rai juga tak bisa mengatakan yang sejujurnya pada Mami karena Rai belum memastikannya. Tapi bunyi perutnya tak dapat di bohongi Mi." Raina.
"Hahaha..." Rangga tertawa lebar.
Plak...
Plak...
Mami Meli dan Rama kompak memukul kaki Rangga yang dekat dengan mereka. Bisa-bisanya Rangga mempermainkan mereka semua.
"Kau lihat putramu Rangga. Apa kau tidak menyadari berapa lama kau tertidur. Kami semua panik menunggu mu setiap saat sementara kau bermaim-main hah." Kesal Rama.
"Maaf Kak. Aku tidak bermaksud." Rangga.
"Hah.. Pantas saja Raina tampak acuh saat kau sadar. Anak si alan.. Ayo minta maaf pada Mami dan istrimu. Mereka hampir setengah tahun menghabiskan waktu di rumah sakit ini Rangga." Ucap Rama bertambah kesal.
Raut penyesalan tersirat di wajah Rangga. Kini dirinya baru menyadari jika begitu lama dia tertidur. Apalagi saat melihat Kelen yang sekarang sudah tumbuh besar dan sehat. Wajah lelah tercetak di wajah Raina dan Mami Meli.
"Maafkan Angga Mi, Sayang. Terima kasih juga untuk istriku yang telah setia di samping ku. Untuk Mami yang tak lelah menemani Angga dan Kelen. Terima kasih semuanya. Maaf Angga tidak memberitahu kalian tentang kesadaran Angga. Bukan sengaja Angga hanya ingin memberi kejutan pada kalian semua. Maaf." Ucap Rangga panjang lebar.
"Mami memaafkan mu Nak. Jangan ulangi lagi. Mami dan Rai sudah cukup menderita." Mami Meli.
"Iya Mi." Rangga.
"Rai..." Rama.
"Ya Rai maafin." Raina.
"Kok ga ikhlas sayang?" Rangga.
"Ikhlas kok. Sebagai balasannya sisa perawatan kita pulang semua dan Mas Rangga sendiri di sini." Raina.
"Hah!"
"Jangan."
"Sayang, jangan dong. Mas ga mau sendiri di sini. Gimana kalo Mami saja yang pulang bersama Kelen kamu tetap di sini sayang." Bujuk Rangga.
"Hei, kamu mengusir Mami? Kurang asem ya kamu ga tau berterima kasih sudah sadar saja kamu cuma pengen istri kamu." Ucap Mami Meli menjewer telinga Rangga.
"Aww... Sakit Mi." Protes Rangga.
"Sukur lu." Rama.
Perdebatan-perdebatan kecil pun terus bergulir walau itu hanya candaan-candaan saja dari mulut mereka. Rama sudah kembali ke ruangan Dania dan menceritakan semua yang terjadi Dania pun tertawa mendengar ulah sepupu suaminya yang aneh itu.
"Sekarang bagaimana? Kak Rangga sudah boleh pulang?" Dania.
"Belum. Mungkin satu atau dua hari lagi sampai benar-benar stabil." Rama.
"Syukurlah. Kasian Raina bolak balik rumah sakit, kantor dan sesekali ke rumah. Tante Meli juga. Dan Kelen hampir 90% tinggal di rumah sakit jika saja Mami tak membawanya ikut dengan nya." Dania.
"Iya. Sekarang Tante Meli dan Kelen pulang dan hanya da Raina di sana." Rama.
"Syukurlah. Biarkan Tante Meli dan Kelen menikmati suasana rumah yang sudah lama mereka tinggalkan." Dania.
"Iya sayang. Apa itu baby sudah selesai sayang minumnya?" Tunjun Rama pada bayinya yang tengah menghisap sumber kehidupannya langsung pasa Dania.
"Sepertinya sudah Mas. Coba Mas angkat dan pindah." Dania.
Rama pun mengambil bayinya dan menyimpannya kembali di dalam boks. Rama selalu membantu Dania mengurus dua bayi kembarnya dengan telaten. Rama berencana menggunakan jasa baby sitter untuk membantu Dania dan itu di setujui oleh Mama dan Mami mertuanya juga. Dania hanya pasrah menyetujuinya saja.
Sementara Rangga sekarang tertidur memeluk Raina yang di mintanya untuk naik ke atas setempat tidurnya. Rangga pun memeluknya posesif. Rangga seperti takut di tinggalkan Raina padahal dirinya lah yang begitu lama meninggalkan Raina dengan tidurnya yang begitu panjang.
"Mas, lepas ya. Ga enak nanti kalo ada dokter masuk." Raina.
"Biarkan saja. Mas kangen kamu sayang." Rangga.
"Huh... Rai tau Mas. Rai juga kangen Mas. Tapi ini rumah sakit Mas." Raina.
"Mas ga perduli sayang. O ya sayang kamu masih menggunakan kontrasepsi nya?" Rangga.
"Masih kenapa?" Raina.
"Kamu lepas saja ya sayang. Kelen sepertinya sudah siap punya adik." Rangga.
"Iya nanti Rai ke tempat dokternya untuk di lepas." Raina.
"Sekarang saja sayang. Ayo Mas antar." Rangga.
"Nanti besok saja Mas baru saja sadar. Tapi kata dokter saat datang bulan lebih ngga sakit. Sementara Rai baru selesai datang bulan kemarin." Raina.
"Ngga masalah sayang. Lepas ya, mas ingin pertempuran pertama kita setelah Mas sadar kamu sudah tidak menggunakan itu lagi. Mas berharap calon adik Kelen segera hadir di sini." Ucap Rangga mengusap perut Raina.
"Hm..." Jawab Raina singkat.
"Kok cuma hm.." Rangga.
"Lagian Mas barusan sadar juga udah mikir ke situ aja dasar mesum." Raina.
"Mas ga tahan sayang. Lihat kamu aja langsung naik loh dia." Tunjuk Rangga pada miliknya.
Raina sedikit bangun dan melihat ke arah yang di tunjukkan Rangga dan benar saja dia begitu sesak di dalam sana dan memberontak ingin keluar.
"Mas, iiih...."
🌼🌼🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments