Baby Twin

Ulang tahun Kelen di rayakan di dalam kamar perawatan Rangga dengan penuh haru. Tangis Raina pun tak terbendung lagi. Rangga yang selalu ada sejak satu hari setelah Kelen di lahirkan kini sudah beberapa bulan Rangga terbaring tak sadarkan diri. Mami Meli terus memeluk menantu kesayangannya penuh haru.

Tak ingin mengganggu suka cita mereka bertiga Dania memutuskan untuk kembali ke ruang bersalin karena kontraksi pada perutnya pun semakin bertambah mungkin karena pengaruh kesedihan Raina yang membuat Dania sulit mengendalikan dirinya. Setelah berpamitan Rama pun segera membawa Dania keluar dari ruang perawatan.

Sampai di ruang bersalin karena Dania terus merasakan sakit yang luar biasa hingga keringatnya bercucuran membuat seorang bidan yang sedang bertugas pun memeriksa kembali pembukaan mulut rahim Dania yang seharusnya di lakukan dua jam lagi menurut teori akan tetapi kondisi Dania berbeda yang membuatnya harus mendapat pemeriksaan lagi dan benar saja pembukaan lebih cepat.

Setelah memeriksa bagian inti Dania bidan tersebut mengatakan jika pembukaan sudah lengkap dan memanggil dokter untuk segera datang sambil dirinya dan tim menyiapkan perlengkapan. Beruntung dokter datang tepat waktu Dania mengedan dengan kuat karena tak tahan dengan dorongan di perutnya.

"Oek... oek..."

Terdengar tangisan putra pertama Dania dan Rama. Rama pun meneteskan air matanya dan tak henti mengucapkan terima kasih pada Dania seraya mendaratkan kecupan di dahi Dania yang penuh dengan keringat. Rama tak perduli yang dia rasakan saat ini adalah kebahagiaan yang luar biasa. Bayi mungil itu kemudian di berikan pada Rama untuk di dekap olehnya agar terjaga kehangatan nya.

Rama pun tak merasa jijik menerima putranya yang masih berlumur darah. Suster membantunya meletakkan bayi Rama di dada bidang Rama. Tak berselang lama Dania merasakan kontraksi hebat kembali dan Dania pun kembali mengedan dengan kuat hingga tangisan bayi keduanya kembali terdengar dan untuk bayi ke duanya dokter meletakkan nya di atas dada Dania.

Dania menerimanya dengan linangan air mata bahagianya. Dania memeluk putrinya dengan penuh ke hati-hatian. Ya bayi kembar mereka sepasang putra dan putri. Predikat dokter bayi perempuan lah yang akan keluar lebih dulu nyatanya bayi laki-laki lebih dulu keluar.

Setelah selesai di bersihkan dan jalan lahir Dania pun di jahit karena mengalami robekan walau tak banyak namun tetap harus di jahit untuk mencegah robekan menjadi lebih luas. Kini Dania dan baby Twin sudah di pindahkan ke ruang perawatan yang berada di samping ruang perawatan Rangga.

"Mas, Dania sudah melahirkan bayi kembar nya apa Mas tidak ingin melihatnya? Mereka sangat lucu dan menggemaskan sekali. Rai seperti kembali pada satu tahun lalu saat melihat Kelen bayi Mas. Kamu lah yang membuat ku dapat menerima Kelen Mas. Aku rindu hiks...hiks..." Ucapan Raina pun terhenti dan berganti dengan tangisannya. Raina seolah kembali ke masa satu tahun silam saat dirinya harus kehilangan sang Kakak dan mendapatkan amanah terbesar untuk menjaga Kelen.

Saat ini hanya ada Raina dan Rangga di ruangan itu. Mami Meli tengah mengajak Kelen untuk melihat baby Twin. Akhirnya baby Twin memiliki tanggal lahir yang sama dengan Kelen. Karena kesedihan Dania mengantarkannya pada kontraksi hebat dan persalinan pun berjalan dengan lancar. Dania bisa melewati proses keluarnya dua malaikat kecilnya dengan baik.

Orang tua Dania dan Rama datang saat bayi kedua mereka lahir. Bahkan mereka mengira baru satu bayi yang keluar ternyata tangisan bayi yang mereka dengar adalah tangisan bayi ke dua yang berhasil Dania keluarkan.

"Mas, aku mohon bangunlah hiks... hiks..." Raina.

Raina mengusap air matanya ketika mendengar suara pintu terbuka dan munculah Kelen bersama Mami Meli. Raina pun tersenyum melihat kedatangan mereka berdua.

"Bagaimana sayang apa Adik lucu-lucu?" Tanya Raina pada Kelen.

"Ya cu." Jawab Kelen yang belum menguasai banyak kata.

"Kelen harus sayang adik-adik ya." Raina.

"Ya." Jawab Kelen dengan anggukan yang sangat cepat.

"Rai, apa kamu menangis lagi?" Tanya Mami Meli.

Raina tersenyum dengan menahan tangisan nya. Mami Meli tau beban di pundak Raina begitu besar bahkan dirinya kini menjadi beban menantunya. Mami Meli pun tak tau kapan putra semata wayangnya akan terbangun. Mami Meli tak tega melihat kelelahan Raina yang harus mengurus perusahaan dan Rangga sekaligus di tambah dirinya dan Kelen.

Saat di rumah sakit Mami Meli bisa tegas berhadapan dengan Raina karena Mami Meli tak ingin menjadi beban untun Raina. Tapi saat di rumah Mami Meli tak dapat menahan tangisannya lagi. Terkadang Mami Meli menangis di pelukan Mbok Parmi. Mbok Parmi bagaikan seorang Ibu bagi Mami Meli karena Raina pun sudah menganggap Mbok Parmi nenek untuk nya.

"Bersabarlah sayang. Kita terus mendo'akan Rangga." Ucap Mami Meli mengusap lengan Raina.

"Iya Mi. Maaf jika Rai kurang memperhatikan Mami karena pekerjaan Mas Rangga yang harus Rai gantikan. Bahkan Mami harus menjaga Kelen bukannya Mami beristirahat dan bersenang-senang seperti yang lain." Raina.

"Tidak Nak. Mami yang menginginkan sendiri untuk mengasuh Kelen. Mami tidak keberatan Nak. Dan Mami tak ingin hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun dan Kelen lah teman Mami." Mami Meli.

"Terima kasih Mi. Rai beruntung memiliki Mami dan Mas Rangga." Raina.

"Begitupun dengan kami Nak. Jika kamu tak ada, entah akan seperti apa perusahaan Nak. Dengan adanya kamu perusahaan tetap berjalan sebagaimana mestinya." Mami Meli.

Mami Meli pun memutuskan untuk menginap di rumah sakit bersama Kelen dan Raina juga. Di kamar sebelah Dania di temani Rama, Mami nya dan Mama Rama karena dua nenek itu khawatir jika Rama kesalahan saat Twin bangun di malam hari dan ingin meminum susu.

Malam hari seperti biasa Raina terbangun dari tidurnya. Setelah solat tahajud Raina pun membaca ayat suci di layar ponselnya dengan suara yang sayup-sayup akan tetapi masih bisa di dengar jika berdekatan. Dan seperti biasa salah satu tangannya Raina tautkan dengan tangan Rangga yang tak terpasang infus.

Perlahan Rangga membuka matanya ketika telinganya mendengar lantunan ayat suci. Di pandanginya sekeliling dan berhenti di sosok wanita yang begitu manis di hadapannya yang tengah melantunkan ayat suci. Rangga menyunggingkan senyumannya begitu tipis hingga tak terlihat jika dirinya tersenyum.

"Sodhakallah hul adzim..." Ucap Raina menghentikan membacanya karena merasa lelah.

Rangga pun kembali memejamkan matanya ketika mendengar Raina selesai membaca ayat suci. Raina membenarkan posisi duduknya kemudian mengusap lengan Rangga dengan penuh ke hati-hatian.

"Semoga Tuhan mendengar setiap do'aku Mas. Sehingga Mas bisa cepat kembali pada kami. Rai rindu Mas rindu hiks...hiks.. Apa Mas tidak kasihan pada Mami dan Kelen yang menghabiskan sebagian waktunya di rumah sakit ini Mas. Apa Mas tidak rindu padaku hm?" Raina.

Raina merebahkan kepalanya di dada Rangga membuat Rangga ingin sekali memeluknya namun dia urungkan karena Raina belum mengetahui jika dirinya telah sadar.

"Cepat bangun Mas. Aku, Kelen dan Mami merindukanmu." Bisik Raina dan bangkit dari pelukan Rangga.

🌼🌼🌼

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!