Hari perkiraan persalinan Karina tinggal menghitung hari. Raina benar-benar di buat kalangan kabut pasalnya hari pertunangan Dania pun hanya tinggal dua hari kedepan. Raina berdo'a semoga saja persalinan Karina tidak bertepatan dengan pertunangan Dania.
"Neng, neng Rai..." Panggil Mbok Parmi panik.
"Iya Mbok..." Jawab Raina sambil mencoba membuka matanya.
"Cepet neng. Neng Karin mau melahirkan." Teriak Mbok Parmi.
"Apa! Iya Mbok." Raina segera mencuci mukanya dan mengganti pakaiannya asal yang terpenting dirinya tidak menggunakan piyama tidur.
Raina dan Mbok Parmi membawa Karina dengan taksi online yang di pesan Raina. Beruntung Taksi online segera datang dan tak menolak membawa Karina yang akan melahirkan. Sampai di rumah sakit Raina membawa Karin ke ugd dengan sigap para perawat segera memeriksa Karina. Pembukaan sudah besar dan Karin segera di bawa ke ruang bersalin.
Mbok Parmi mengikuti kemana Karin di bawa sementara Raina mengurus administrasi. Selesai mengurus administrasi Raina segera menyusul Mbok Parmi dan Mbok Parmi pun segera memberi tahu Raina untuk segera masuk seperti permintaan Karin tadi.
Dengan rasa bercampur aduk Raina masuk kedalam ruang bersalin menemani sang Kakak. Raina menggenggam tangan Karina dan terus memberikan dorongan agar Karin lebih bersemangat lagi. Karina sempat melemah dan Suster dengan sigap memberikan oksigen. Air mata Raina menetes begitu saja tanpa permisi.
"Kak, Kakak pasti bisa. Berjuanglah Kak. Ayo Kak. Sebentar lagi putri atau pun putra Kakak akan segera lahir. Jika Putri pasti akan sangat cantik sepertimu dan jika putra maka akan sangat tampan seperti Kak Randy." Bisik Raina.
Setelah kembali berjuang akhirnya Karina berhasil melahirkan seorang putra dengan wajah perpaduan Karina dan Randy terdapat dengan sempurna. Raina meneteskan air matanya untuk kesekian kalinya.
"Selamat Kak. Sekarang Kakak sudah menjadi seorang ibu. Bayi Kakak laki-lakidan sangat tampan." Ucap Raina menciumi seluruh wajah Karin.
"Terima kasih. Kakak titip dia. Jaga dia seperti putra kandungmu. Jangan bedakan dia. Sayangi Dia." Ucap karin terbata.
"Kakak bicara apa. Kita akan mengurusnya bersama. Kakak bersabarlah. Dokter akan membersihkan darah Kakak." Raina.
Karina mengulas senyumnya. Matanya tertutup perlahan dengan genggaman di tangan Raina yang semakin mengendur.
"Demi Tuhan Dokter tolong Kakak saya Dok. Tolong. Kak, bertahanlah kumohon. Rai tidak punya siapa-siapa lagi selain Kakak. Bertahanlah Kak." Teriak Raina.
Tim dokter pun segera memberikan pertolongan dan semua nihil Karina pergi dengan meninggalkan hadiah yang amat berarti. Raina terkulai lemas di lantai ruang bersalin. Beberapa perawat membantunya memindahkan dia ke brankar pemulihan. Mbok Parmi pun menangisi kedua Kakak beradik itu.
Raina membuka matanya dan kembali menangisi sang Kakak. Mama Mayang sudah berada di rumah sakit setelah di hubungi Mbok Parmi. Sekarang sedang mengurus jenazah Karina sementara Raina di temani Dania. Dania memeluk sahabat sekaligus saudaranya itu. Tangis mereka pun pecah.
Dania dengan setia menemani Raina hingga pemakaman usai.. Namun acaranya harus tetap terlaksana mengingat semua persiapan telah siap di laksanakan. Dania dan keluarga pun berpamitan sejenak dan Dania memaklumi ketidakhadiran Raina.
Raina di temani orang tua Randy yang datang setelah di beri kabar oleh Mbok Parmi. Raina masih diam membisu walau banyak pelayat yang datang. Sesekali air matanya masih meleleh di pipinya. Semua tim kantor datang melayat dan Raina hanya diam tak perduli dengan siapa saja yang datang.
Raina duduk mematung di atas tempat tidur. Mama Randy tak dapat membujuknya untuk makan begitu juga dengan Mbok Parmi. Mereka hanya bisa menangisi keadaan Raina Bahkan saat bayi Karina menangis Raina histeris dan menutup telinganya.
"Mbok, bagaimana keadaan Raina?" Tanya Dania yang datang bersama Rama yang telah resmi menjadi tunangannya dan Rangga sepupunya yang bertugas sebagai supir mereka.
Rangga di perintah oleh Mama Rama untuk menjadi penengah di antara Rama dan Dania. Dania masuk ke dalam kamar Raina melihat keadaan Raina yang sangat kacau. Sejak pagi Raina belum sempat makan. Hanya beberapa potong kue yang di paksa masuk oleh Dania.
"Bayi siapa ini?" Tanya Rangga yang memang tak tau apa-apa.
"Bayi almarhum Kakak Raina." Mama Randy.
"Hah! Maafkan saya." Ucap Rangga tulus.
"Tidak apa-apa." Mama Randy.
"Kakak Raina meninggal setelah melahirkan putranya dan itu yang membuat Raina shok." Rama.
Rangga tak berkomentar apa-apa lagi hingga suara tangisan histeris Raina mengusik atensi mereka semua. Rama dan Rangga segera berlari menuju kamar Raina bersama dengan Papa Randy juga. Mbok Parmi dan Dania sudah menangis bersama melihat keadaan Raina.
"Sayang," Panggil Rama menenangkan Dania.
Dania pun menangis dalam pelukan Rama. Rangga spontan berjalan mendekati Raina yang meringkuk di atas tempat tidur dengan tangisan yang memilukan. Entah mendapat bisikan dari mana Rangga membawa Raina kedalam pelukannya.
Dan lihatlah Raina begitu tenang berada dalam pelukan Rangga. Rangga memeluknya erat tanpa memperdulikan siapapun. Rangga begitu merasakan kesedihan Raina karena Rangga baru saja kehilangan Ayahnya yang sangat dia sayangi.
"Sayang," Bisik Rama pada Dania.
Dania terpaku melihat Raina terdiam dalam pelukan Rangga. Pasalnya Raina paling tidak suka di sentuh lawan jenis. Papa Randy dan Mama Randy pun membiarkan saja karena tak tau lagi harus berbuat apa dengan keadaan Raina.
"Oek... Oek..." (Anggap aja tangisan bayi ya 🤭)
Raina pun kembali histeris dan menutup telinganya. Dania kembali menangis begitu pun dengan Mbok Parmi dan Mama Randy. Mama Randy semakin panik menenangkan cucunya melihat Raina yang histeris.
"Ssstttt... Tenanglah. Semua akan baik-baik saja. Lihatlah dia membutuhkan mu dia begitu sedih melihat kamu terpuruk." Ucap Rangga.
Raina menatap manik mata Rangga. Begitu teduh terasa oleh Raina. Rangga pun terus mengusap punggung Raina agar Raina lebih tenang lagi. Setelah lebih tenang Raina mencari keberadaan keponakannya yang masih menangis. Rangga memberi kode pada Mama Randy untuk membawa bayi Karina mendekatinya.
"Lihatlah dia begitu tampan. Dekaplah. Dia membutuhkan mu." Rangga.
Lagi Raina menatap manik Rangga yang meneduhkan baginya. Rangga pun menganggukkan kepalanya. Perlahan tangan Raina terulur membawa bayi Karina dalam gendongannya. Bayi Karina pun berhenti menangis. Raina menatap manik mata Rangga lagi senyumannya terurai.
"Peluklah dia. Dia membutuhkanmu." Rangga.
Raina pun menatap keponakannya dengan seksama. Namun, Riana tak tau apa yang harus di lakukannya dengan bayi merah di pangkuannya. Rangga perlahan melepaskan pelukannya dan membiarkan Raina bersama bayi Karina.
"Terima kasih Nak." Mama Randy.
"Bagaimana lu bisa melakukannya Ga?" Rama.
"Tulus Ram. Gw pernah melihat Mama lebih dari itu saat Papa pergi." Rangga.
"Sorry Bro bukan maksud gw ngingetin lu." Rama.
"Santai. Mama juga udah baik-baik saja." Rangga.
🌼🌼🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments