Melamar

Kelen duduk anteng bersama Mama Rangga di bangku belakang sedang Raina lebih memilih melihat jalanan untuk mengurangi ke gugupannya. Raina bingung apa yang harus di katakannya pada Rangga ataupun Mamanya.

"Kamu tidak perlu menutupi yang dariku Rai. Aku tau semuanya." Rangga.

"Hah! Hm... Maksudnya apa?" Raina.

"Aku tau kamu tertekan selama ini karena omongan tentang kamu yang seorang janda." Rangga.

Raina hanya diam dan mencoba tersenyum walau sangat terlihat itu begitu terpaksa.

"Jangan tutupi apapun dari ku." Rangga.

"Aku tidak menutupi apapun." Raina.

"Kamu istimewa." Rangga.

"Pake telur bebek dong." Canda Raina untuk mengurangi kegugupannya.

"Ish kamu ini selalu saja. Aku serius." Rangga.

"Oke baiklah.." Raina.

Hening kembali menyelimuti mereka. Saat lampu merah Rangga melihat seorang anak kecil penjual bunga. Rangga membuka kaca jendelanya dan membeli semua bunga mawar yang anak itu bawa. Baik Raina maupun Mama Rangga hanya diam tak berkomentar hingga Rangga memberikan semua bunganya pada Raina.

"Menikahlah dengan ku." Rangga.

Plak...

"Aw... Sakit Ma." Rangga.

Rangga mendapatkan pukulan dari Mama nya setelah melakukan aksinya meminta Raina menikah dengannya.

"Kau ini ga ada romantis-romantisnya. Turunan siapa sih. Perasaan Papa mu romantis deg." Protes Mama Rangga.

"Ini udah romantis Ma. Mama ngga liat Angga lamar Rai pake bunga." Rangga.

"Iya tapi ga begini juga Ga." Mama Rangga.

Sementara Raina hanya diam tersenyum simpul. Jangan tanyakan dadanya yang berdetak begitu kencang.

"Bagaimana Rai? Apa kamu menerima ku sebagai Papa Kelen?" Rangga.

"Kenapa Kakak mau dengan seorang janda?" Raina.

"Haish... Ayolah Rai. Semua pun tau siapa kamu dan Kelen." Rangga.

"Tapi, aku menyusui Kelen seperti anak ku." Raina.

"Ayolah Rai... Aku mau berbagi dengan Kelen dan Kelen pun pasti rela berbagi dengan ku." Rangga.

Plak...

Lagi-lagi Mama Rangga mendaratkan pukulan di kepala Rangga.

"Astaga Mama... Kenapa Mama jadi suka memukul kepala Angga sih." Rangga.

"Dasar laki-laki mesum. Bagaimana wanita mau menerima kamu kalau caranya begitu. Jangan mau Rai. Biar dia berfikir dulu seperti apa cara memperlakukan wanita." Mama Rangga.

Raina menutup mulutnya agar senyumnya tak terlihat. Walau dalam hati Raina ingin sekali terbahak. Beruntung Kelen tertidur pulas dalam pangkuan Mama Rangga. Belum sempat Raina menjawab mobil Rangga sudah sampai di rumah Raina. Mbok Parmi dengan sigap membukakan pintu rumah.

"Loh, tidak jadi menginap Neng?" Mbok Parmi.

"Tidak Mbok. O ya kenalkan ini Mama Kak Rangga." Raina.

"Meliana. Panggil saja Meli Mbok." Mama Rangga.

"Saya Mbok Parmi."

"Saya akan menginap di sini Mbok. Apa Mbok tidak keberatan?" Mama Rangga.

"Tidak."

"Mama."

"Apa sih Ga. Ngagetin aja. Awas sampe Kelen bangun." Mama Rangga.

"Terus kenapa Mama jadi mau menginap di sini? Nanti malah merepotkan Raina." Rangga.

"Mana ada. Kamu itu yang merepotkan Raina. Sudah sana ambil koper Mama. Kamu yang bikin Mama ga jadi menginap di hotel jadi Mama mau menginap di sini." Mama Rangga.

"Boleh kan Rai?" Tanya Mama Rangga pada Raina.

"Boleh Tante. Rumah Rai hanya seperti ini jika Tante berkenan." Raina.

"Jangan bilang begitu. Rumah kamu sangat nyaman Rai. Buktinya anak Mama suka sekali ke rumah ini." Goda Mama Rangga.

Rangga pun menurunkan koper Mama nya dan tas miliknya.

"Eh, kenapa tas kamu juga kamu bawa?" Mama Rangga.

"Kan tadi Mama yang bilang kita menginap di sini." Rangga.

"Siapa yang bilang kita. Mama yang mau menginap di sini. Sana kamu pulang." Usir Mama Rangga.

"Rai,,, Ayo dong tahan calon suami mu ini agar tetap di sini." Rengek Rangga.

"Sebaiknya Kakak ikut kata Mama." Raina.

"Raina sayang,,, ayolah." Bujuk Rangga.

"Sayang, sayang. Di terima saja belum udah main sayang sayang aja dasar gombal." Mama Rangga.

"Mama ih, ga dukung anaknya sih." Rangga.

"Udah sana pulang. Fikiran cara melamar perempuan dengan benar." Usir Mama Rangga.

Rangga melirik ke arah Raina dan Raina hanya diam tanpa berkata apa-apa. Kemudian Raina berjalan mendekati Rangga.

"Ayo Rai antar sampai depan." Raina.

"Raina plisss...." Rangga.

"Nanti bahaya kalo di grebeg Kak. Kita bukan muhrim." Raina.

"Ya udah muhrim dulu yuk." Ajak Rangga.

"Iya besok kita fikirkan dulu ya." Raina.

"Rai.." Rengek Rangga.

Raina tersenyum mengantarkan kepergian Rangga yang sangat terpaksa sekali untuk pulang. Rangga pun ingin menginap di rumah Raina sebenarnya. Hanya saja dia menjaga nama baik Raina.

"Tante nanti bisa tidur di kamar itu." Tunjuk Raina pada kamar tamu.

"Iya. Terima kasih Nak." Mama Rangga.

"Rai mandi dulu ya Tan. Tante juga. Pasti Tante lelah kan? Biar Kelen di temenin sama Mbok saja." Raina.

"Baiklah. Saya mandi dulu Mbok." Mama Meli.

"Iya silahkan Bu." Mbok Parmi.

Mama Meli begitu bahagia dengan sambutan Raina. Semenjak di tinggal suaminya Mama Meli memang kesepian. Mama Meli tidak mungkin merengek pada Rangga karena akan sangat merepotkan putranya itu. Di rumah sang Kakak sama halnya dengan di rumahnya.

Rangga di rumah sendiri. Entah apa yang harus di lakukannya. Rangga pun memilih mengerjakan pekerjaannya hingga larut. Mama yang biasanya akan mengganggunya saat bekerja pergi menginap di rumah Raina. Gadis yang baru di kenalnya.

Sementara di hotel sepasang pengantin baru tengah menghabiskan malam panjang mereka dengan berbagi peluh. Rama tak membiarkan Dania beristirahat dengan tenang. Setelah menyelesaikan sesi pertama Rama akan meminta lagi dan lagi membuat Dania tak berdaya.

"Arrrggghhh...."

Teriakan bersama ketika mencapai puncak pun telah terdengar beberapa kali. Dania menyerah Rama pun tersenyum. Rama menyelimuti tubuh polos Dania yang kini penuh dengan tanda kepemilikannya. Rama memeluk Dania untuk tidur.

"Terima kasih sayang." Bisik Rama di telinga Dania.

"Hm.. Aku ngantuk Mas." Rengek Dania yang mengira Rama akan memintanya lagi.

"Tidurlah sayang. Cukup untuk malam ini." Rama.

Dengkuran halus pun terdengar begitu cepat. Dania begitu kelelahan. Rama tersenyum dan mendaratkan kecupan di puncak kepala Dania. Rama tak menyangka jika Dania menjaga miliknya untuk dia persembahkan kepada suaminya.

Mama Meli terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara tangisan Kelen. Mama Meli pun menghampiri kamar Raina yang ternyata sudah ada Mbok Parmi juga di sana.

"Ada apa Rai?" Tanya Mama Meli.

"Rai ngga tau Tan. Kelen terus menangis padahal Rai sudah kasih ASI." Raina.

"Mana sini Mama coba gendong." Mama Meli.

Raina memberikan Kelen pada Mama Meli namun tetap saja tangisnya tak berhenti. Karena kasian Raina pun kembali menggendong Kelen. Ketiga wanita beda generasi itu pun bingung harus bagaimana. Kelen terus menangis. Membuat ketiga wanita beda generasi itu pun ikut menangisinya.

🌼🌼🌼

Terpopuler

Comments

kimmy

kimmy

terima aja rai..rangga pasti tulus mencintai kamu dan kelen

2023-09-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!