Sadar

Hingga pagi menjelang belum ada yang menyadari jika Rangga telah sadar. Seperti biasa Raina memandikan Kelen dan menyiapkan sarapan yang sudah di belinya setelah solat subuh tadi. Mami Meli merapihkan bekas tidur mereka kemudian menyiapkan mainan untuk Kelen agar Kelen tidak rewel saat Raina pergi kerja nanti.

"Kelen sarapan dulu ya Nak. Nanti Mama tinggal dulu ya. Kelen jangan rewel sama Oma jagain Papa ya." Nasihat Raina pada Kelen walau Kelen belum faham betul dengan apa yang di katakan Raina.

"Yah..." Jawab Kelen membuat Raina dan Mami Meli gemas.

"Kamu gemas sekali nak. Ayo habiskan mam nya nanti Mama terlambat kerja." Mami Meli.

Mereka pun menghabiskan makanannya cepat. Raina pun berpamitan pergi bekerja pada Mami Meli dan Kelen. Raina menciumi seluruh wajah Kelen dengan gemas. Kelen menerimanya dengan pasrah kemudian Raina seperti biasa berpamitan pada Rangga walau tak ada respon sedikitpun dari sang suami.

"Mas, Rai pergi ke kantor dulu ya. Katanya Rai ga boleh kerja tapi Mas tidur terus bikin Rai harus ke kantor Mas ga cemburu tiap hari Rai ketemu cowok loh. Rai juga pergi di antar jemput Danar. Mas,,, bangun hiks...hiks... Rai kangen Mas..." Selalu saja ada air mata ketika Rai harus berbicara dengan Rangga.

Raina mencium punggung tangan Rangga kemudian menciumi seluruh wajah Rangga dan memeluknya sebentar.

Deg...

"Kenapa aku bisa merasakan detak jantung Mas Rangga yang berbeda." Batin Raina.

Raina pun mengurai pelukannya kemudian Raina pergi ke kantor bersama Danar seperti biasa. Mami Meli menemani Kelen bermain seperti biasa. Kelen pun anteng tak pernah rewel. Sepertinya komunikasi di antara Kelen dan Raina benar-benar sangat baik.

"Cucu Oma yang baik. Oma pengen ke kamar mandi dulu ya. Kelen jangan kemana-mana ya. Tunggu Oma di sini saja. Oma tidak akan menutup pintunya." Pamit Mami Meli.

Mami Meli pun segera menuntaskan panggilan alamnya yang tak bisa di tahan lagi. Kelen asik bermain hingga Kelen merasakan jika Papa nya bergerak Kelen pun bangun dan menghampiri tempat tidur Rangga.

"Papa..." Panggil Kelen.

"Ssstt... Anak Papa sudah besar." Ucap Rangga mengulurkan tangannya memegang Kelen.

Rangga meneteskan air matanya menyadari jika dirinya sudah sangat lama meninggalkan mereka. Terbukti dari Kelen yang sudah semakin besar. Saat mendengar suara Mami Meli Rangga cepat cepat mengusap air matanya dan kembali berpura-pura tertidur setelah menaruh telunjuknya di depan mulutnya pada Kelen.

Kelen tertawa kemudian menitukan Rangga meletakkan jari telunjuknya di depan mulutnya. Tak lama Mami Meli keluar dari kamar mandi dan terkejut kala melihat tak ada Kelen di atas karpet tempat tadi mereka bermain dan Mami Meli menarik nafas lega ketika melihat Kelen tengah berdiri di samping tempat tidur Rangga.

"Ah.. Sayang Oma. Oma fikir Kelen kemana Oma sampai panik. Sini sayang, Kelen kangen Papa ya." Ajak Mami Meli.

"Ssttt..." Jawab Kelen menyimpan jari telunjuk di depan mulutnya membuat Mami Meli gemas namun membuat Rangga cemas. Rangga takut Mami nya curiga jika dirinya telah sadar. Rangga ingin memberi kejutan kepada Sang istri karena pagi tadi sepertinya bukan waktu yang tepat.

"Selamat pagi Bu, selamat pagi anak ganteng." Sapa Dokter yang akan memeriksa Rangga seperti biasa.

"Selamat pagi dokter. Selamat pagi Opa dokter." Jawab Mami Meli menjawab sapaan dokter Rahmat dokter senior yang menangani Rangga.

Mami Meli menyebut Opa dokter untuk mewakili Kelen karena keinginan Dokter Rahmat sendiri. Dokter Rahmat di temani seorang suster untuk memeriksa Rangga. Kemudian Dokter Rahmat memeriksa Rangga setelah mendapatkan catatan dari susternya.

"Bagaimana Dokter apa ada perkembangan?" Mami Meli.

"Papa..." Kelen.

"Iya sayang, Opa dokter sedang memeriksa Papa." Mami Meli.

Dokter Rahmat hanya mengulas senyumnya karena dokter Rahmat sepertinya tau jika Rangga telah sadar setelah memeriksanya.

"Jaga Putra kesayangan Rangga dengan baik. Akan ada kabar gembira dalam waktu dekat." Dokter Rahmat.

"Terima kasih Dokter." Mami Meli.

Setelah Dokter Rahmat dan Suster keluar Kelen sangat bersikukuh ingin Papanya bahkan Kelen tak ingin jauh dari Papa nya. Dengan terpaksa Mami Meli menaruh Kelen di samping Rangga dan Mami Meli menunggunya duduk di bangku samping tempat tidur Rangga.

"Sayang, duduk di bawah yuk Oma pegel nih." Bujuk Mami Meli.

"No no... Papa." Jawab Kelen dengan gaya anak kecil yang menggemaskan membuat Mami Meli semakin gemas pada Kelen.

Kelen bermain hingga Kelen tertidur di samping Rangga dan Mami Meli membiarkannya saja baru setelah Kelen pulas Mami Meli memindahkannya ke tempat tidur biasanya. Setelah itu Mami Meli membereskan mainan Kelen kemudian sedikit bersantai meminum teh sambil menonton televisi dengan suara yang hampir tidak terdengar.

"Siang Mi." Sapa Raina yang datang saat jam makan siang dengan membawa paper bag berisikan makan siang untuknya, Mami Meli dan Kelen.

"Siang. Loh, kamu sudah pulang Nak?" Mami Meli.

"Iya Mi. Raina kefikiran Mas Rangga terus Mi ga bisa konsentrasi ga tau kenapa. Kebetulan kerjaan juga ga terlalu banyak sehingga bisa Raina selesaikan sebelum makan siang ini." Raina.

"Huh... Sabar ya Nak. Ga tau kenapa Kelen juga sejak pagi terus memanggil Papa nya sampai bermain pun di atas tempat tidur Rangga hingga tertidur." Jelas Mami Meli.

"Raina juga merasakan ada yang berbeda dengan Mas Rangga Mi pagi tadi. Entah apa Raina ga tau." Raina.

"Mungkin karena kita begitu merindukan dia Nak." Mami Meli.

"Ya Mami benar. Apa Mami sudah ke ruangan Dania?" Raina.

"Belum. Rencananya setelah Kelen terbangun nanti." Mami Meli.

"Kalo begitu Mami makan saja dulu nanti baru melihat twin. Biar Raina yang menjaga Kelen Mi." Raina.

"Baiklah ayo kita makan." Mami Meli.

Setelah makan siang Mami Meli pun berpamitan melihat Twin ke ruangan samping. Sementara Kelen masih terlelap. Raina mendekati Rangga mengusap lembut tangan lelaki penguasa hatinya.

"Mas, kata Mami Kelen tadi bermain di samping Mas. Dia merindukan mu Mas. Sama hal nya seperti aku yang sangat merindukan kamu Mas." Raina.

"Besok Dania dan kedua putra putrinya akan kembali ke rumah. Apa Mas tidak rindu rumah hm?" Ucap Raina lagi.

Raina mengusap lembut rahang Rangga membuat sesuatu di bawah sana bereaksi karena memang Rangga telah bangun. Rangga berdo'a semoga Raina tak menyadarinya. Dan Rangga terselamatkan oleh Kelen yang bangun.

"Papa." Oceh Kelen saat membuka matanya.

"Mama Sayang, ini Mama." Raina.

"Papa..." Tunjuk Kelen pada Rangga.

"Iya sayang itu Papa. Kelen rindu Papa ya. Mama juga sama Nak. Kita sangat rindu Papa." Raina.

"Papa ssstttt..." Ucap Kelen menaruh telunjuknya di depan mulutnya.

Raina mengernyitkan dahinya kemudian menoleh ke arah Rangga. Raina menyunggingkan senyumannya.

"Owh! Kelen ingin bermain bersama Papa ya?" Tanya Raina.

"Papa." Kelen.

"Nanti ya. Setelah Papa bangun Kelen bisa bermain semuanya dengan Papa. Sekarang Kelen jaga Papa saja dulu ya." Ucap Raina menaruh Kelen di atas perut Rangga.

"Bagaimana sayang? Putra kita sudah besar bukan?" Bisik Raina di telinga Rangga.

"Uhuk.... Uhuk...."

🌼🌼🌼

Terpopuler

Comments

Deni Asih

Deni Asih

double up thor

2023-07-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!