Calon Suami

Brug...

"Aw,,," Ringis Raina saat dirinya terbentur punggung seseorang.

"Maaf." Ucap Pria di hadapannya.

"Hah! Ah, baiklah. Saya yang seharusnya minta maaf. Permisi saya terburu-buru." Raina.

Raina pun segera berlari dan menetralkan dadanya yang berdegup dengan kencang saat melihat paras laki-laki yang dia tabrakan tadi. Begitupun dengan pria barusan yang entah bagaimana bisa dadanya berdegub sangat cepat ketika melihat wajah manis dan imut milik Raina.

"Ini berkas yang anda minta Bu." Ucap Raina formal ketika berhadapan dengan Dania yang menjabat sebagai atasannya.

Ya, Raina bekerja sebagai di perusahaan Dania sebagai manajer produksi. Karena Raina menolak sebagai sekretaris Dania. Karena Raina merasa tak pantas. Namun, Dania tak ingin juga Raina bekerja sebagai bawahan membuat Dania dan Ayahnya menempatkan Raina di bagian produksi dan menjabat sebagai manajer.

"Terima kasih." Dania.

Raina kembali ke ruangannya setelah menyerahkan laporan yang Dania ingin terima langsung dari Raina karena Dania melihat keanehan dari laporan sebelumnya. Dania pun memerintah Rania secara langsung.

"Hufh... Akhirnya usai sudah jam kerja hari ini." Gumam Raina.

Seperti biasa Dania telah menunggu di besmen. Raina pun berjalan cepat menuju mobil Dania.

"Lu ga harus seperti ini setiap hari Dan. Gw bisa pergi dan pulang sendiri." Raina.

"Udah ga usah protes lu tinggal duduk aja ribet banget. Ayo pak jalan." Titah Dania pada supir pribadinya.

"Bagaimana Kak Karin?" Dania.

"Masih seperti biasa. Besok gw minta ijin pulang lebih dulu. Soalnya gw mau anter Kak Karin." Raina.

"Baiklah." Dania.

Tak lama tiba di depan halaman rumah sederhana milik Raina. Namun, tiba-tiba Raina mengernyitkan keningnya melihat Dania yang juga ikut turun bersamanya.

"Loh, ada apa?" Raina.

"Ada yang perlu gw diskusikan sama lu. Dan ga bisa di kantor." Dania.

"Hm.. Oke deh. Masuk lembur ga nih?" Raina.

Plak...

"Itung-itungan banget lu sama sodara." Dania.

Setelah membersihkan diri masing-masing karena Dania memiliki beberapa pakaian yang di simpannya di rumah Raina. Mereka pun makan malam bersama dengan Karina juga tentunya. Dania sudah terbiasa dengan keadaan Dania karena dia pun ada saat kejadian naas itu menimpa Karina.

"Ada apa?" Tanya Raina yang kini duduk di sofa depan televisi bersama Raina dan Karina juga tentunya.

"Lu, baca ini deh." Dania menyerahkan dua laporan bagian produksi.

Raina membacanya sebentar dan keningnya berkerut ketika melihat ada yang berbeda dari laporannya.

"Apa kau yakin laporan ini dari bagian ku?" Raina.

"Hm..." Dania.

"Itu yang ingin gw diskusikan." Dania.

Dan mereka pun berdiskusi hingga larut. Hanya mereka berdua tentunya tidak dengan Karina karena Karina sudah tidur lebih dulu. Dania dan Raina pun sepakat jika besok dirinya akan mengantarkan Kakaknya kontrol di pagi hari dan akan datang ke kantor siang harinya.

"Bagaimana keadaan Kakak saya dan Bayinya dok." Tanya Raina ketika pemeriksaan telah usai.

"Ibu dan Bayinya sehat. Sekarang usia nya menginjak 8 bulan. Semoga semua lancar hingga hari persalinan tiba. Ini resep vitamin yang harus kalian ambil di apotek." Dokter Kandungan.

"Terima kasih Dok." Ucap Raina sementara Karina hanya tersenyum.

Mereka pun berjalan menuju apotek bersama. Raina meminta sang Kakak untuk duduk di kursi tunggu sementara dirinya mengambil vitamin untuknya.

Duk...

"Aw... Aduh, maaf Mas saya tidak sengaja." Ucap Raina tak enak.

Dan,,,

"Loh, bukannya anda yang saya tabrak kemarin di perusahaan X?" Raina.

"Ah, benar." Jawab Pria tersebut yang seperti sedang terburu-buru.

"Maaf, sepertinya kali ini anda yang tengah terburu-buru?" Tanya Raina.

"Anda benar. Permisi." Pamit Pria itu gugup.

Raina hanya menggelengkan kepalanya dan melanjutkan langkahnya menuju loket obat. Selesai mengambil obat Raina segera menghampiri Kakaknya dan mengajaknya pulang.

"Selamat siang semuanya." Sapa Raina di ruangannya.

"Siang."

Raina segera menempati kursinya dan menghidupkan laptopnya. Raina pun fokus melihat video yang di kirimkan Dania dan tersenyum tipis melihatnya. Kemudian Raina pun mengetik sesuatu layar ponselnya. Setelah mendapatkan jawaban Raina segera mematikan laptopnya kembali dan keluar dari ruangannya begitu saja.

"Ceh, lagaknya kaya pemilik perusahaan saja."

"Sstt... Jangan bicara sembarangan."

"Kau lihat saja seberapa lama dia bertahan di sini."

Begitulah bisik-bisik di ruangan Raina. Mereka tidak tau jika di ruangan mereka sekarang terpasang cctv yang di pasang tanpa sepengetahuan mereka malam tadi oleh orang Dania.

Raina duduk seorang diri di sebuah kafe dan tak lama Dania datang menemuinya. Raina tampak senyum sumringah ketika melihat Dania datang. Dania pun duduk dengan menghela nafas.

"Lu menang." Dania.

"Gw udah duga sejak awal masuk Dan. Gw selalu memantau pergerakannya sejak awal datang." Raina.

"Sial! Apa sih maunya?" Dania.

"Apalagi kalo bukan jabatan. Biarkan saja. Gw akan kirimkan laporan ganda jika perlu." Raina.

"Baiklah. Kita ikuti saja alurnya." Dania.

Setelah selesai dengan urusan mereka. Mereka berdua pun kembali ke kantor bekerja menyelesaikan sisa jam kerja mereka. Raina dengan santai bekerja di depan laptopnya tanpa menghiraukan siapapun. Bisik-bisik yang di dengarnya tak di perdulikannya.

"Lu ga mau balik?" Dania.

"Ish... Rajin banget sih bos ampe dateng ke ruangan gw." Raina.

"Jam berapa ini non?" Dania.

"Ish... Gw harus menyelesaikan kerjaan gw setelah pagi tadi tersita oleh Bos." Raina.

"Hahahaa... Tinggalkan udah ayo balik." Ajak Dania.

"Dasar Bos pemaksa. Bisa gila lama kerja di sini." Raina.

Mereka pun pulang bersama seperti biasa. Dania akan mengantarkan Raina terlebih dahulu sebelum dirinya pulang. Begitulah Dania tak pernah perduli apapun yang orang bilang tentang persahabatan nya dengan Raina. Karena baginya Raina adalah saudara untuknya.

Walaupun ada Rafael adiknya namun entah titisan siapa yang membuat Rafael sedikit angkuh. Rafael begitu tak menyukai Karina dan Raina yang bagai dianak emaskan oleh kedua orang tuanya. Rafael kerap bersitegang dengan Dania karena ketidak cocokkannya dengan Raina.

"Sampai jumpa senin Bu Bos." Pamit Raina saat dirinya telah sampai di rumahnya.

"Ya. Jangan lupakan tugas lu yang belum selesai." Goda Dania.

"Lupakanlah.." Raina.

Keduanya pun tergelak. Dania segera pamit dan meminta supirnya untuk segera meninggalkan rumah Raina. Sampai di rumah Dania terkejut ketika melihat banyaknya mobil di halaman rumahnya. Mobil yang terlihat asing baginya.

"Ada siapa Pak?" Tanya Dania pada supirnya.

"Saya tidak tau non. Seharian tadi saya bersama Anda di kantor." Jawab supir Raina.

"Hah! Kau benar Pak. Apa ada acara yang aku lupa." Gumam Dania.

Dania pun turun dan masuk kedalam tanpa ada rasa curiga apapun. Langkahnya terhenti ketika Mama Mayang memanggilnya.

"Kemarilah Nak. Kenalkan Rama calon suami mu."

Deg...

🌼🌼🌼

Terpopuler

Comments

Mauli_datun

Mauli_datun

wah langsung ada pejodohan nih

2023-06-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!