Saat membuka matanya Kelen tak melihat Rangga. Matanya terus mengedar mencari sosok Rangga. Dalam gendongan Mami Mayang gelisah pindah ke Mami Meli tetap gelisah dan di lihatnya lagi Raina, Kelen pun meminta pindah dalam gendongannya. Raina mencoba memberikan ASI pada Kelen namun di tolaknya hingga Kelen kembali menangis seperti kemarin.
Tidak mempan di bujuk sana sini Mami Meli pun menghubungi Rangga. Danar yang mengangkat panggilannya karena Rangga tengah meeting yang tak bisa di wakilkan pada Danar. Beruntung saat Danar menutup panggilan Mami Meli Rangga terlihat berjalan keluar dari ruang meeting.
"Maaf Pak, putra anda menangis kembali dan tak bisa di bujuk itu pesan Ibu Mel." Danar.
"Baiklah. Saya akan kembali setelah jam makan siang." Pamit Rangga.
Rangga pun kembali pulang ke rumahnya. Rangga menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang hingga sampai di rumah Raina. Benar saja Kelen tengah menangis kejar dalam gendongan Raina yang juga sudah berlinangan air mata.
Rangga segera mengambil alih Kelen dalam gendongannya kemudian memeluk Raina dan mendaratkan ciuman di puncak kepalanya memberikan ketenangan jika semuanya baik-baik saja. Raina pun memeluk Rangga tanpa ragu lagi menumpahkan kelelahannya membujuk Kelen yang terus mencari Rangga.
"Sssttt... Tenanglah. Kelen sudah lebih tenang Mama pun jangan menangis lagi ya. Maaf tadi Papa tidak berpamitan pada Kelen jadi membuat Kelen mencari Papa." Rangga.
Mami Mayang terbelalak tak percaya melihatnya. Mami Meli pun tersenyum kala Raina dan Kelen telah kembali tenang. Mami Mayang pun meneteskan air matanya.
"Terbuat dari apa hati putramu Jeng?!" Gumam Mami Mayang yang masih bisa di dengar oleh Mami Meli.
"Saya seperti melihat Papinya Jeng. Semua yang ada di diri Rangga seperti almarhum Papi nya." Mami Meli.
"Semoga mereka bahagia Jeng." Mami Mayang.
"Benar." Mami Meli.
Kelen kehausan namun Kelen tak mau lepas dari Rangga membuat Raina kelimpungan bagaimana mungkin dirinya mengasihi Kelen di hadapan Rangga. Rangga pun sama hal nya dengan Raina. Rangga tak dapat membayangkan jika Raina harus mengasihi Kelen di hadapannya.
"Sayang, kita mimik di dalam ya. Percaya sama Mama, Papa tidak akan pergi lagi." Bujuk Raina.
"Mamamaamamaaa." Oceh Kelen.
"Ga apa-apa Yang, DP minggu depan kan kita nikah." Goda Rangga mengalihkan kegugupannya.
Raina memutar bola matanya mendengar ucapan Rangga.
"Pokoknya Kakak jangan liat harus membelakangi kita." Raina.
"Iya iya. Ini Kakak putar badan." Jawab Rangga memutar badannya.
Raina mencoba mengasihi Kelen namun lihatlah bayi itu malah menangis karena Rangga tak melihat ke arahnya membuat Raina putus asa. Raina kembali menutup dadanya yang sudah terasa penuh.
"Kali begitu pumping saja. Biar Kelen minum melalui dot saja." Rangga.
Raina pun mengangguk. Mbok Parmi membawakan dot untuk Kelen dan memberikan ASI yang sudah Raina pumping sebelumnya namun apa yang terjadi Kelen menolak ASI dari dot yang di berikan Rangga. Kelen dengan pintarnya menyemburkan ASI nya. Akhirnya Raina pun pasrah ketika dada nya harus terlihat oleh Rangga dan Rangga pun sekuat tenaga menekan hasratnya.
Mami Mayang dan Mami Meli tak dapat berbuat apa-apa hanya menjadi penonton saja. Mami Meli mendapat telfon dari orang catering untuk berjanji bertemu membahas perihal menu yang akan di gunakan. Mami Meli pun berpamitan pada Raina dan Rangga. Mami Mayang berinisiatif menemani Mami Meli untuk bertemu orang catering.
"Kelen sudah tertidur. Bersiaplah. Kakak harus kembali ke kantor kalian ikutlah." Raina.
"Nanti Rai malah mengganggu Kakak. Rai tunggu Kakak di rumah saja bersama Kelen." Tolak Raina.
"Tidak. Justru Kakak akan sangat khawatir meninggalkan kamu dan Kelen di rumah berdua hanya di temani Mbok Parmi." Rangga.
"Baiklah." Ucap Raina pasrah.
Raina sudah mengajukan pengunduran dirinya di perusahaan Dania permintaan Rangga karena Raina terlihat kelelahan dan Rangga tak ingin Raina jatuh sakit. Apalagi Raina akan di persunting olehnya. Raina pun merelakan pekerjaannya demi mematuhi Rangga yang kini berstatus sebagai calon suaminya.
Rangga memboyong Raina dan Kelen ke kantornya karena ada rapat yang tidak bisa di tinggalkan. Raina menggendong Kelen sementara Rangga membawa perlengkapan Kelen. Mereka berdua sudah seperti keluarga kecil bahagia.
"Siapa wanita yang bersama Pak Bos?"
"Katanya itu istrinya Bos ya?"
"Eh, beneran gitu Bos udah punya anak?"
"Tadi katanya Bos segera pulang karena anaknya rewel."
Desas desus terus terjadi saat Rangga dan Raina melewati beberapa karyawan. Dan semua itu terdengar oleh telinga Raina dan Rangga. Rangga hanya diam memasang wajah dinginnya. Begitu juga dengan Raina yang diam saja berjalan di samping Rangga.
"Tidak usah perdulikan mereka." Rangga.
"Hm.." Raina.
"Kalian tunggu saja di sini atau di ruangan pribadiku." Rangga.
"Apa boleh?" Raina.
"Siapa yang melarang anak dan istriku memasuki ruanganku?" Rangga.
"Calon." Raina.
"Tidak. Aku merasa kita sudah Sah sayang." Goda Rangga.
"Ish.. Sana pergi katanya mau rapat." Usir Raina demi menjaga jantungnya yang sudah berdetak sangat kencang.
"Masih 30 menit lagi sayang." Rangga.
"Ish.. Gombal banget sih pake sayang sayang segala." Raina.
"Gombal sama calon istri ga apa-apa." Rangga.
"Terserah." Raina.
Raina membaringkan Kelen di tempat tidur kemudian Raina membuka tabletnya mengecek keadaan kantor Dania yang di titipkan padanya. Karena Dania belum mengetahui jika Raina mengundurkan diri. Bahkan Raina tak berani mengganggu pasangan baru itu.
Terdengar ketukan di pintu ruangan Rangga dan Rangga mempersilahkannya masuk. Seorang wanita berpenampilan sangat minim masuk kedalam ruangan Rangga.
"Bu Aida. Bukannya rapat kita di adakan 30 menit lagi? Anda bisa menunggunya di ruang rapat." Rangga.
"Tidak masalah Pak. Saya datang lebih awal, saya boleh kan menunggu di sini?" Aida.
"Sepertinya anda lebih baik menunggu di ruang rapat Bu. Saya masih mengerjakan pekerjaan saya." Rangga.
"Tidak masalah Pak saya bisa duduk di sofa menunggu Anda." Aida.
Rangga pun memencet tombol untuk memanggil sekretarisnya dna tak lama sekretaris Rangga datang.
"Ada yang bisa saya bantu Pak?" Dini.
"Bilang pada Pak Danar masukan Rapat Bu Aida sudah datang. Dan tolong antarkan Bu Aida je ruang rapat." Rangga.
"Baik Pak. Mari Bu ikut saya." Dini.
"Kamu pergi saja lebih dulu. Saya akan pergi bersama Pak Rangga." Keukeuh Aida.
Dini serba salah dengan posisinya. Mengerti Dini bingung Rangga pun kembali membuka suaranya karena dirinya benar-benar geram. Namun belum sempat Rangga berbicara tangisan Kelen terdengar begitu kencang dari dalam ruang pribadi Rangga membuat Rangga segera bangun dan melangkah menuju ruangan pribadinya.
"Ada apa sayang? Kenapa Kelen menangis sangat kencang?" Rangga.
"Ngga tau Kak. Tadi dia masih tertidur tiba-tiba menangis. Mungkin dia tau ada bibit ulat bulu di luar." Raina.
"Hah!"
🌼🌼🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Deni Asih
double up thor
2023-07-03
0