Kelen Hilang

Rangga datang dengan tergesa setelah Mama meli menghubunginya padahal Rangga baru saja tertidur beberapa jam yang lalu. Mbok Parmi membukakan pintu untuk Rangga. Terdengar suara tangisan Kelen dan Rangga pun segera naik ke kamar Raina.

"Ada apa?" Rangga.

"Kita tak tau Ga. Kelen terus menangis." Mama Meli.

Jangan di tanya ke adaan Raina sekarang. Rangga pun segera menghampiri Raina dan Kelen. Rangga mengambil alih Kelen yang tengah menangis dari gendongan Raina.

"Sssttt... Kesayangan Papa kenapa hm? Sedih ya Papa di usir Mama tadi? Jangan sedih Mama hanya bercanda sayang. Papa ada kerjaan jadi Papa ga menginap di sini bersama Oma. Sudah ya jangan nangis Papa kan sudah pulang." Bujuk Rangga seperti benar Papanya.

Mama Meli menahan senyumnya agar tak keluar. Sedang Raian memutar bola matanya tak percaya dengan apa yang di katakan Rangga pada Putranya. Sementara Mbok Parmi sudah tersenyum sejak tadi. Dan ajaibnya lagi Kelen berhenti menangis setelah Rangga mengatakan hal tersebut.

"Nah, pinter anak Papa. Sekarang bobo lagi ya. Ini masih malem. Besok main lagi sama Papa ya." Rangga.

Kelen menatap Rangga dengan lekat. Tangan mungilnya memegang kaos Rangga dengan erat seolah tak ingin di tinggalkannya lagi. Rangga menimang Kelen agar tertidur. Tak butuh waktu lama Kelen pun tertidur semua bernafas lega.

"Mama ke kamar dulu. Ayo Mbok. Kelen sudah tidur." Ajak Mama Meli.

"Iya Bu." Mbok Parmi.

Raina hanya diam terduduk di tepi tempat tidur menundukkan kepalanya yang terasa sedikit berat karena kurang tidur. Rangga duduk di sampingnya dengan Kelen dalam gendongannya. Rangga memperbaiki posisi Kelen agar nyaman kemudian memeluk Raina dari samping.

"Capek ya? Tidurlah. Aku akan menemani kalian di sini." Rangga.

Raina menyandarkan kepalanya di bahu Rangga membiarkan Rangga memeluk pinggang rampingnya. Rangga melonggarkan pelukannya perlahan dan meminta Raina untuk tidur di kasur. Raina menurutinya karena dirinya sudah terlalu lelah tidak tidur semalaman. Rangga pun membaringkan Kelen di samping Raina.

"Peluklah agar Kelen tetap merasakan kehadiran mu." Rangga.

Raina mengulurkan tangannya memeluk Kelen. Rangga duduk di samping tempat tidur dan mengusap kepala Raina dengan lembut. Tanpa terasa Rangga pun ikut tertidur bersama Raina dan Kelen namun posisinya terduduk bersandar pada headboard.

Matahari mulai menampakkan sinarnya kala Raina dan Rangga masih terlelap dengan posisi masing-masing. Sedangkan lihatlah Kelen yang dengan anteng menggerakkan tangan dan kakinya sesekali Kelen memasukkan jari tangannya ke dalam mulutnya.

Mama Meli bermaksud membangunkan Rangga dan Raina tapi apa yang di lihatnya keduanya masih terlelap dengan nyaman sementara Kelen yang telah terbangun dan asik bermain sendiri. Perlahan Mama Meli membawa Kelen. Kelen tergelak dan Mama Meli segera membawanya.

"Cucu Oma senang ya Papa dan Mama berkumpul?" Tanya Mama Meli seraya memandikan Kelen.

"Ya." Racau Kelen yang begitu tepat dengan pertanyaan yang Mama Meli ajukan.

Hatinya begitu sakit kala melihat Kelen yang masih sekecil itu harus kehilangan kedua orang tuanya. Harapannya adalah Raina dan Rangga. Mama Meli berharap Raina mau menerima Rangga putranya untuk melengkapi hidup Kelen. Mama Meli membawa Kelen berjemur sementara Mbok Parmi membersihkan rumah.

"Eughh..."

Lenguh Raina menggerakkan badannya. Raina merasa ada yang menindihnya benar saja tangan kekar Rangga bertengger di lengannya dan dimana Kelen? Mata Raina membulat belum reda keterkejutannya Raina semakin terkejut kala melihat Rangga yang tertidur sambil duduk.

"Kak, Kakak bangun..." Panggil Raina setelah berhasil memutar badannya.

Bukannya bangun Rangga malah membenarkan posisi tidurnya dan semakin memeluk Raina.

"Kak Rangga bangun. Kelen ngga ada." Gemas Raina.

"Apa! Kelen ga ada?!" Ucap Rangga langsung membuka mata dan melihat ke samping Raina.

Kemudian dengan cepat Rangga bangkit dan berjalan keluar di susul Raina yang juga berjalan cepat menyusul Rangga. Kepanikan terlambat jelas di kedua raut wajah Rangga dan Raina.

"Mbok, Dimana Kelen?" Tanya Rangga saat melihat Mbok Parmi.

"Ah, di belakang Den bersama Ibu sedang berjemur." Mbok Parmi.

"Ah, Syukurlah." Ucap Rangga dan Raina.

"Tapi, sebentar. Kelen bersama Mama." Batin Rangga terulas senyum jail di bibirnya.

"Kemarilah." Pinta Rangga agar Raina lebih mendekat.

"Apa?" Tanya Raina yang masih setengah sadar.

"Ikuti saja Mama Kelen." Goda Rangga.

"Ish... Kakak jangan mengambil kesempatan." Raina.

"Tenanglah. Besok ku nikahi kau agar Mama lebih senang." Rangga.

"Jangan bercanda. Rai belum mengatakan apa-apa sebagai jawaban." Raina.

"Diam mu adalah jawaban iya sayang." Goda Rangga.

Raina melihat sisi baru di diri Rangga. Sisi hangat dan lembut di tambah sisi manja sangat berbeda ketika Rangga berada di luaran sana. Dingin dan tegas itulah yang terlihat dari seorang Rangga Prananta CEO dari perusahaan A yang banyak di gandrungi perempuan-perempuan di luaran sana.

"Hm,,, lihatlah sayang. Putra kita di culik oleh Omanya." Ucap Rangga seraya merangkul bahu Raina berjalan lebih dekat dengan Mama Meli dan Kelen.

"Kalian sudah bangun?" Mama Meli.

"Kembalikan putraku." Rangga.

"Hei,,, tidak bisa. Kali ini dia milik Mama Omanya." Mama Meli.

Seakan mengerti candaan orang-orang dewasa itu Kelen tergelak di perebutkan.

"Hah,,, Kau lihat betapa dia senang bersama Mama." Mama Meli.

Raina hanya bisa terdiam dalam pelukan Rangga.

"Tidak bisa Ma. Rangga akan membawa Kelen ke kantor dan Mama harus menemani Mama Kelen ke butik." Rangga.

"Butik."

Jawab Mama Meli dan Raina bersamaan.

"Iya. Angga akan segera meresmikan hubungan Angga dan Rai. Angga tak bisa menunggu lama lagi apalagi Mama sangat senang tinggal disini. Rai akan kesepian di rumah." Rangga.

"Kalo begitu kita jual saja rumah besar itu. Mama lebih senang tinggal di rumah ini." Jawab Mama Meli santai.

Rangga tak percaya kehadiran Raina dan Kelen mampu menyihir sang Mama yang dengan mudahnya mengatakan jika dia ingin menjual rumah yang penuh dengan kenangan masa lalunya bersama sang Papa.

"Mama yakin ingin menjualnya? Tidak berniat untuk memboyong Raina dan Kelen ke sana?" Rangga.

"Tidak. Untuk apa? Kau memiliki rumah sendiri pastikan kau akan membawa istri dan anakmu ini ke rumah mu. Dan Mama tak ada alasan untuk bisa mengikuti kalian jika Mama menjual rumah itu Mama memiliki alasan karena Mama tidak memiliki rumah." Jawab Mama Meli dengan santainya.

"Apa!" Ucap Rangga tak percaya dengan perkataan Mama nya. Selama ini dirinya membujuk Mama nya untuk tinggal bersamanya sangat sulit. Mamanya selalu berkilah jika dirinya tak ingin meninggalkan kenangan bersama Papanya di sana tapi lihatlah sekarang dengan mudahnya dia mengatakan akan menjual rumahnya.

"Ini putramu yang kau bilang akan kau bawa ke kantor. Ayo sayang bersiap kita persiapkan perhelatan sakral yang akan di gelar minggu depan. Kau tak perlu risau jika laki-laki itu menyakitimu akan Mama tebas burungnya hingga tak bersisa." Mama Meli.

"Astaga! Mama..."

🌼🌼🌼

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!