Istri Bos

Aida mengernyitkan keningnya ketika mendengar suara tangisan bayi dan Rangga pun segera pergi meninggalkannya menuju suara tangisan bayi tersebut. Mengerti kebingungan tamu bos nya Dini pun memberitahukannya pada Aida.

"Maaf Bu. Sepertinya Pak Rangga akan sedikit sibuk sekarang karena putranya terbangun. Jadi, mari Ibu saya antar ke ruang rapat." Dini.

"Putranya? Apa aku tidak salah dengar?" Aida.

"Tidak Bu. Di dalam ada anak dan istri Pak Rangga." Dini.

"Rangga sudah menikah? Kamu jangan ngaco deh." Aida.

"Mana mungkin kami asal bicara Bu. Menurut informasi yang saya dengar Bapak hanya belum mengadakan resepsi. Jadi, dalam waktu dekat akan di adakan resepsi agar semua orang tau jika Pak Rangga sudah sold out." Dini.

"Ish... Ya sudah kamu antar saya ke ruang rapat. Saya akan menunggu nya di sana." Kesal Aida.

Dini pun mengantarkan Aida ke ruang rapat dengan menahan tawanya yang akan meledak menertawakan Aida yang tampak cemburu mendengar fakta yang ada.

Kelen pun kembali tenang setelah Aida keluar bersama Dini. Rangga tampak membulatkan matanya kala melihat Kelen yang kembali tertidur dengan lelapnya saat Aida pergi. Rangga menatap Raina tak percaya sementara Raina hanya tertawa tanpa suara. Rangga menyimpan Kelen kembali dan Kelen benar-benar tak terusik.

Grep...

"Kamu pasti yang membuat Kelen menangis untuk mengusir ulat bulu itu hm?" Tanya Rangga memeluk Raina.

"Tidak. Mana mungkin aku melakukan itu." Raina.

"Tapi lihat Kelen tak terusik sama sekali." Rangga.

"Aku tidak tau. Aku sedang mengecek kantor tadi dan terkejut mendengar Kelen menangis sambil memejamkan matanya." Raina.

Cup

Rangga mendaratkan ciuman di pipi Raina karena gemas. Bagaimana bisa Kelen menangis saat dirinya bertemu seorang wanita. Rangga baru menyadarinya jika pagi tadi pun dirinya meeting dengan seorang perempuan. Rangga tak menyangka jika Kelen seperti itu.

"Hentikan Mas.... Ih,,, sana pergi selesaikan rapat segera sebelum putramu bangun." Usir Raina yang merasa risih karena Rangga menciumi suruh wajahnya.

"Apa? Kamu ngomong apa tadi hm?" Tanya Rangga yang begitu bahagia kala mendengar Raina memanggilnya dengan sebutan Mas.

"Ga ada siaran ulang udah sana ih..." Raina.

"Bilang sekali lagi atau aku tak akan berhenti melakukan ini bahkan bisa lebih." Rangga.

Rangga akan mulai melancarkan aksinya hingga Raina menghentikannya.

"Mas,,, ih. Sana cepet rapatnya biar ulet bulunya segera pergi." Raina.

"Apa Mama Kelen juga cemburu hm?" Goda Rangga.

"Ih, kepedean. Ngga lah. Untun ala cemburu." Raina.

"Beneran nih Mama Kelen ga cemburu? Papa mau deket-deket nih sama ulat bulunya." Rangga.

"Biar aja sana. Paling Mas juga yang gatel-gatel Rai ngga." Raina.

"Hahahaaa... Tawa Rangga pun pecah dan segera di hentikan ketika melihat Kelen menggeliatkan tubuhnya.

Setelah puas menggoda Raina Rangga pun segera keluar menuju ruang rapat bersama Danar. Sementara Dini di minta Rangga untuk menjaga Raina dan Kelen di dalam ruangannya. Rangga meminta pada Dini agar tak ada yang masuk ke ruangannya siapapun.

Rapat berjalan kurang lebih 15 menit. Rangga ingin sekali kembali ke ruangannya segera karena tak bisa berjauhan dengan Raina. Entah kapan rasa itu tumbuh yang dia tau sekarang Rangga tidak bisa berjauhan dengan Raina di tambah baby Kelen yang begitu lengket padanya.

"Maaf Pak Rangga. Apa benar anda sudah menikah?" Aida.

"Saya rasa itu urusan pribadi saya Bu. Sekarang yang kita bahas hanya masalah bisnis saja." Rangga.

"Ish,,, Awas saja. Akan ku buat kau bertekuk lutut padaku Rangga." Batin Aida.

Rangga berdiri dan keluar meninggalkan ruang rapat setelah berpamitan dengan yang lainnya juga tentunya. Aida mengumpat dan geram melihat Rangga yang begitu dingin terhadapnya.

"Sebaiknya anda bersikap profesional Nona sebelum anda menyesal seumur hidup anda." Danar.

"Apa maksudmu? Berani sekali kamu mengancam saya." Aida.

Danar pun tersenyum jahat pada Aida. Kemudian dia berlalu pergi. Aida yang tak mengerti maksud dari perkataan Danar pun pergi begitu saja meninggalkan perusahaan Rangga.

"Keruangan saya sekarang." Pinta Rangga pada Danar.

"Baik Pak." Jawab Danar.

Setelah mengetuk pintu ruangan Rangga dan Rangga mempersilahkannya masuk Danar pun memasuki ruangan Rangga.

"Apa yang bisa saya lakukan Pak?" Danar.

"Saya rasa kamu lebih tau apa yang harus kamu lakukan." Rangga.

"Baik Pak." Danar.

"Lusa saya sudah tidak masuk kantor saya harap kamu bisa melakukannya sebelum saya cuti." Rangga.

"Siap." Danar.

"Kenapa? Ada masalah?" Tanya Raina sambil menggendong Kelen yang sudah terbangun sejak tadi.

"Tidak ada sayang. Duduk dulu. Mas selesaikan ini dulu nanti kita pulang." Rangga.

"Hm.." Raina.

"Kau kembali ke ruangan mu dan kerjakan tugas mu." Titah Rangga pada Danar.

"Baik Pak. Saya permisi kembali ke ruangan saya." Pamit Danar membungkukkan badannya pada Rangga dan Raina.

"Mas, tadi Mami telfon katanya minta Rai berKB dulu. Kata Mami Kelen masih kecil." Raina.

"Baiklah. Sore ini kita konsultasikan ke dokter KB apa yang bagus untuk kamu." Rangga.

"Hm.. Mas setuju?" Tanya Raina.

"Tentu. Semua untuk kebaikan kalian berdua sayang." Rangga.

"Baiklah." Raina.

Karena sudah melihat Rangga akhirnya Kelen tak mau lepas dari Rangga sehingga Rangga terpaksa bekerja sambil memangku Kelen. Rangga pun tampak tidak terganggu dengan kehadiran Kelen di pangkuannya. Merasa tak enak Raina mencoba membujuk Kelen untuk kembali di gendong Raina.

"Biarkan saja sayang." Rangga.

"Tapi, Rai ngapain dong." Raina.

"Kamu duduk manis saja di situ sayang. Mas sudah akan selesai ini." Rangga.

"Hmmm... Baiklah..." Jawab Raina meletakkan kepalanya di meja dengan di topang oleh kedua tangannya

Rangga tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah lucu Raina di hadapannya. Rangga tak menyangka pertemuan demi pertemuan yang tak di sengaja dengan Raina akan membawanya masuk ke dalam hidupnya.

Seperti yang sudah di ucapkannya tadi sekarang Rangga membawa Raina bertemu dengan dokter untuk menanyakan perihal alat kontrasepsi yang pas untuk Raina dan tidak mempengaruhi kesehatannya. Setelah dokter menjelaskan satu persatu alat kontrasepsi dengan kegunaan dan manfaatnya akhirnya Rangga dan Raina sepakat untuk menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan saja.

Dan sore itu untuk pertama kalinya Raina menggunakan alat kontrasepsi. Rangga dengan lembut memperlakukan Raina. Rangga sedikit cemas tapi Raina menampakkan wajah biasa saja.

"Apa kamu baik-baik saja sayang?" Rangga.

"Tentu saja. Mas fikir aku akan seperti apa?" Tanya Raina.

"Kalo begitu kita sudah bisa mencobanya?" Goda Rangga.

"Ish... Main coba saja. Tidak." Raina.

"Siapkan dirimu sayang." Bisik Rangga di telinga Raina.

"Iiih,,, sana ah jangan deket-deket." Raina.

"Jangan begitu nanti kangen loh Mama Kelen." Rangga.

🌼🌼🌼

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!