Sepupu

Dania hanya tersenyum bersalaman dengan semua tanpa ada penolakan sama sekali dari mulutnya. Setelah itu Dania berpamitan masuk untuk membersihkan diri. Dania langsung masuk ke dalam kamar mandi dan memendam seluruh tubuhnya ke dalam bathtub karena lelah seharian kerja di tambah kejutan dengan kedatangan Rama calon suami yang pernah orang tuanya ceritakan dulu.

"Kak, di panggil Mama sama Ayah." Teriak Rafael dari luar pintu kamar mandi.

Dania hanya menarik nafas kemudian bersiap menemui yang kata Mama dan Ayahnya calon suami. Dania tampil seadanya menemui keluarga calon suaminya itu. Justru penampilan yang seadanya itu membuat orang tua Rama semakin menyukainya.

"Masya Allah calon mantu cantik banget. Semoga acaranya lancar ya Nak." Mama Rama.

Baik Rama dan Dania tak mampu menolak permintaan kedua orang tuanya. Dania yang merupakan putri satu-satunya tak mungkin meminta Rafael menggantikannya. Begitu juga dengan Rama yang merupakan anak tunggal.

"Aamiin Tante." Dania.

"Loh, kok Tante. Mama saja seperti Rama." Mama Rama.

"Iya Ma." Jawab Dania canggung.

Ayah Harun meminta Dania menemani Rama sekalian untuk mereka pendekatan. Dania pun mengajak Rama duduk di bangku dekat kolam sambil menikmati Teh hangat dan beberapa camilan yang di bawakan Bibi.

"Gw tau kita ga bisa menolak perjodohan ini. Tapi aku harap tak ada yang saling menyakiti di antara kita. Kita jalani saja semuanya perlahan walau hari pernikahan kita sudah mereka tentukan." Rama.

"Hm.. Maafkan sikap ku. Aku hanya kaget jika Mama dan Ayah secepat ini mempertemukan kita." Dania.

"Begitupun dengan aku. Ayah meminta aku segera menggantikannya di perusahaan aku fikir karena S2 ku yang telah usai nyatanya untuk ini." Rama.

"Hm..." Jawab Dania singkat.

"Kamu memiliki kekasih?" Rama.

"Tidak. Aku tidak sempat memikirkannya." Dania.

"Syukurlah." Rama.

"Mungkin kamu?" Dania.

"Sayangnya tidak. Semenjak Ayah memintaku meneruskan S2 aku memilih untuk tak berhubungan dengan wanita mana pun karena Ayah berpesan jika aku sudah memiliki jodoh dan Ayah tidak ingin aku mengecewakan jodohku itu." Jawab Rama jujur.

Percakapan mereka pun terus berlangsung hingga malam semakin larut. Jika orang tua Rama tak memanggil Rama mungkin percakapan mereka akan berakhir hingga pagi. Rama dan Dania pun saling bertukar nomer.

Hari senin adalah hari yang paling menyebalkan bagi sebagian orang terutama bagi pekerja seperti Raina dan Dania. Raina harus merelakan hari liburnya untuk kembali bekerja. Siang ini ada rapat intern yang biasa mereka lakukan tiap minggu.

"Bu, ini berkas rapat hari ini." Yuli sekretaris Raina.

"Terima kasih Mba Yuli." Ucap Raina memberikan senyumnya.

"Sama-sama Bu." Yuli.

Setelah Yuli pergi Raina mengganti file yang Yuli berikan dengan file yang sudah Raina persiapkan. Raina pun segera menuju ruang rapat setelah makan siang. Raina melangkah dengan santai dan duduk dengan tenang di ruang rapat. Di belakangnya duduk Yuli yang siap dengan tontonan yang akan di lihatnya.

Awalnya Yuli berfikir jika posisi direktur keuangan akan di alihkan padanya setelah direktur sebelumnya mengajukan pensiun karena usianya yang sudah tak muda lagi nyatanya Raina yang baru saja lulus dengan mudah memasuki perusahaan dan menjabat sebagai direktur produksi itu yang membuat dia iri pada Raina.

Namun, betapa mengejutkan Raina melaporkan kinerja kerjanya tanpa membuka berkas yang di serahkan olehnya tadi bahkan Raina hanya menyalakan proyektor yang menampilkan video produksi yang sedang berjalan. Yuli tak mampu berkata apapun dia hanya diam menyimak. Sesekali Raina melirik ke arahnya.

"Demikian laporan dari devisi kami Bu. Apa ada yang ingin anda tanyakan?" Raina.

"Maaf Bu Raina. Sepertinya apa yang anda sampaikan tak sesuai dengan apa yang kami terima." Direktur kreatif.

"Benarkah? Saya rasa semua yang saya sampaikan sesuai dengan laporan yang saya buat." Raina.

"Silahkan Anda lihat ini." Direktur keuangan.

Kemudian Raina tersenyum dan beralih ke kursi yang semula dia duduki kemudian dia memberikan mereka semua laporan satu persatu.

"Apa maksudnya ini?" Tanya Direktur Keuangan.

"Sepertinya ada yang ingin menyabotase kepemimpinan saya. Dan saya rasa melakukan hal seperti ini bukan menjadi kenaikan baginya malah membuat citra buruknya terungkap. Jadi apa yang saya sampaikan tadi sesuai dengan laporan yang saya buat dan kegiatan lapangan." Raina.

"Terima kasih Bu Raina. Saya menyukai laporan yang anda buat." Dania.

"Ya... Saya setuju."

"Saya juga."

Dan semua menyetujui laporan yang Raina buat membuat Yuli pucat pasi melihatnya. Yuli tak berani berkata apapun. Setelah rapat usai Raina tak membahas apapun dengan Yuli. Bahkan hingga jam kerja habis. Yuli pun berpamitan pulang lebih dulu seperti biasa pada Raina dan Raina mengiyakan seperti biasanya.

"Ish... Bos menyebalkan. Siapa coba yang membocorkan semuanya pada dia." Gumam Yuli.

Sampai di lobi Yuli melihat CEO dari perusahaan A berjalan menuju resepsionis. Yuli pun membenahi dandanannya dan berjalan menuju resepsionis juga.

"Maaf bisa bertemu dengan Bu Dania?"

"Maaf apa anda sudah ada janji?"

"Belum tapi bilang saja ada titipan dari calon suaminya."

Deg...

"Jadi CEO perusahaan A calon suami Bu Dania. Ah, sial... Beruntung sekali Bu Dania. Tapi, tak masalah.. Selama jalur kuning belum melengkung semua bisa di tikung." Batin Yuli.

"Maaf Pak. Bu Dania sudah di besmen." Resepsionis.

"Baiklah saya akan menemui dia di sana."

Yuli pun mengumpat karena CEO perusahaan A tak mengindahkan keberadaannya sama sekali. Ingin menyusul ke besmen tapi mobilnya tidak di parkir di sana karena memang di sana mobil khusus direktur.

"Sial! Coba posisi ku tak di rebut oleh anak baru itu pasti sekarang mobilku berada di besmen." Umpat Yuli dalam hati.

"Maaf Bu Yuli ada yang bisa saya bantu?" Resepsionis.

"Tidak ada. Kalian pulanglah. Ini sudah waktunya kalian pulang." Yuli.

Di basemen...

"Dania..."

"Maaf siapa?" Dania.

"Perkenalkan saya Rangga adik sepupu Rama. Saya hanya ingin mengantarkan ini dari Rama." Ucap Rama memberikan paper bag pada Dania.

"Kenapa kamu repot-repot membawakannya?" Dania.

"Apa Rama tidak memberitahukan padamu jika dia sedang pergi ke luar negri?" Rangga.

"Tentu. Itu dia kenapa ga nunggu dia datang saja. " Dania.

"Tak masalah. Aku pun senggang. Klo begitu silahkan lanjutkan. Kamu pasti sudah akan pulang kan?" Rangga.

"Hmm Ya. Ini sedang menunggu.. Tuh dia orangnya yang aku tunggu." Tunjuk Dania pada Raina yang sedang berjalan ke arah mobilnya.

"Baiklah kalo begitu saya permisi." Pamit Rangga tanpa ingin berkenalan dengan Raina terlebih dahulu karena dirinya terlalu gugup begitu melihat Raina yang berjalan ke arah mereka.

"Siapa dia? Calon suami Lu? Jahat banget ga ngenalin ke gw." Raina.

"Ish... Bukan dia sepupunya." Dania.

"Owh!"

🌼🌼🌼

Terpopuler

Comments

Mauli_datun

Mauli_datun

Rangga nih yg bertabrakan ama Raina itu y

2023-06-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!