Gunjingan

Raina dengan panik membawa Kelen keponakannya karena bayi Karina itu demam padahal bayi itu baru berusia satu minggu. Raina yang baru saja bisa menerima kehadiran Kelen dan mengikhlaskan Kakaknya pergi menyusul kedua orang tua dan suaminya. Kini Raina di buat panik karena Kelen demam.

Orang tua Randy pun telah pulang kembali karena tak bisa berlama-lama di rumah Raina. Raina pun terpaksa tak masuk kerja selama satu minggu ini karena keadaannya yang belum bisa pulih. Dania pun memakluminya Rangga pun akan datang sesekali bersama Rama dan Dania.

"Bagaimana keadaan putra saya Dok?" Tanya Raina pada dokter anak yang memeriksakan keponakannya.

Raina memberikan nama Kelen pada keponakannya dan menyebutnya putranya seperti pesan dari Karina yang ingin Raina menganggapnya putranya.

"Sepertinya putra anda alergi susu formula." Dokter anak.

Deg...

"Lantas saya harus bagaimana Dok?" Tanya Raina polos.

"Tapi, ASI saya tak ada Dok." Raina.

"Anda bisa merangsang ASI anda agar bisa keluar lagi. Bantuan suami anda juga sangat berperan dalam pengeluaran ASI anda." Dokter.

"Lalu apa bahayanya jika saya masih memberikan susu formula padanya selama ASI saya belum keluar?" Raina.

"Bayi anda akan demam seperti sekarang ini." Dokter anak.

"Apakah itu akan bahaya?" Raina.

"Semoga ASI anda cepat keluar ya Bu. Berusaha lah dan berdoa jangan lupa ikut sertakan suami anda." Dokter Anak.

Raina dengan lemas berjalan sambil membawa Kelen dalam gendongannya. Entah apa yang harus dia lakukan agar ASInya segera keluar. Raina pun ikut kelas ASI seperti saran dokter anak tadi. Obat yang harus diminumnya begitu banyak bahkan lebih banyak dari obat Kelen.

"Mama akan berusaha sayang. Bersabar ya Nak." Ucap Raina pada Kelen.

Raina pulang menggunakan taksi online. Sampai di rumah Dania sudah menunggunya. Dania pun panik saat mendengar Kelen sakit. Dania tak bisa segera menjenguk Kelen karena ada rapat yang tak bisa di undur. Raina pun memakluminya.

"Bagaimana? Kenapa Kelen tak di rawat saja?" Dania.

"Kelen hanya alergi." Raina.

"Alergi? Bukannya Kelen belum di beri apapun?" Dania.

"Kelen alergi susu formula." Jawab Raina lemas.

"Apa?! Lantas bagaimana? Diantara kita belum ada yang menikah." Dania.

Lantas Raina memberikan sekantung obat untuk merangsang ASInya. Daina membulatkan matanya melihat tak percaya pada tumpukan obat yang di dapat Raina.

"Lu yakin?" Tanya Dania perlahan.

Raina hanya menganggukkan kepalanya.

"Tapi bagaimana? Bahkan lu belum bersuami." Dania.

"Menurut dokter jika gw yakin maka ASI gw akan keluar." Raina.

"Tapi juga harus bekerja Rai." Dania.

"Gw akan pompa ASI gw sementara gw kerja." Raina.

"Apapun keputusan lu gw dukung. Salam dari Mama dan Ayah mereka mengantarkan Rafael ke luar kota." Dania.

"Ya. Tak apa. Kelen baik-baik saja. Gw cuti sementara Dan. Sampai ASI gw keluar." Raina.

"Ya. Lu bisa bekerja dari rumah. Gw akan minta Yuli untuk mengirimkan setiap pekerjaan lu via email." Dania.

"Baiklah." Raina.

Raina mulai mencoba apa yang dokter katakan tadi padanya obatnya pun sudah diminum oleh Raina. Raina miris ketika Kelen demam karena ASI nya belum keluar dan Kelen harus meminum susu formula demi mengenyangkan perutnya. Dengan tekad yang kuat hampir dua minggu akhirnya ASI Raina keluar dengan lancar.

Raina pun melompat ASI nya untuk stok siang saat dirinya bekerja. Raina pun selalu membawa pumping ke kantor karena ASInya akan bocor jika tidak di keluarkan. Tanpa terasa ASI Riana rembes membuat pakaiannya basah dan menimbulkan curiga dari beberapa karyawan. Raina yang di kenal masih single mengapa ASInya bisa keluar dan rembes.

"Astaga bagaimana mungkin P***** Bu Raina bisa mengeluarkan ASI. Bukankah dia masih single?"

"Hei, Apa kau tau jika Bu Raina selalu pumping itu berarti dia memiliki seorang bayi."

"Apa mungkin dia seorang janda oleh karena itu statusnya di tutupi."

"Bu Raina janda dengan satu anak."

"Suaminya meninggalkan Bu Raina."

Bisik-bisik terus terjadi di kantor. Raina tak mempermasalahkannya dirinya tak perduli apa kata orang karena dia hidup bukan dari omongan orang.

"Apa kalian memiliki waktu senggang sehingga bisa menggunjing di saat jam kerja." Dania.

"Eh, maaf Bu. Kami tidak akan melakukannya lagi." Ucap salah satu pegawai.

"Hidup kalian belum tentu lebih baik dari orang yang sedang kalian bicarakan." Sindir Dania dan berjalan menuju ruangannya.

Dania menghela nafas panjang ketika dirinya harus mendengar gunjingan orang kantor mengenai Raina. Sementara Raina tampak santai dengan apapun yang orang bicarakan tentangnya. Rama datang ke kantor bermaksud mengajak Dania untuk makan siang bersama sebelum pergi memesan cincin pernikahan mereka.

"Ada apa? Apa ada masalah?" Rama.

"Hm... Apa yang harus aku lakukan dengan Raina. Seluruh karyawan kantor menggunjingnya mengatakan jika dia janda." Dania.

"Lantas apa tanggapan Raina?" Rama.

"Dia tak pernah perdulikan semuanya. Tapi aku tau dia berusaha kuat di luar walau hatinya terluka." Dania.

"Kita hanya bisa mendo'akannya saja. Jika Raina sudah tak tahan pasti dia akan meminta bantuan kita." Rama.

"Raina bukan tipe wanita seperti itu Mas. Raina akan diam menutupi semuanya sendiri." Dania.

"Kita harus mendukungnya apapun keputusan dia. Karena seorang Janda pun berhak menentukan hidupnya untuk kebahagiaanya." Rama.

"Iiis... Tapi dia bukan janda." Dania.

"Ya. Karena dia bukan janda makanya dia bertahan dengan semua gunjingan orang." Rama.

"Dimana Rangga? Biasanya dia selalu menempel bersamamu." Dania.

"Dia sedang bertemu klien dan sebentar lagi dia pasti datang." Rama.

Tok... tok...

"Masuk." Dania.

"Haii,, Apa gw mengganggu kalian?" Rangga.

"Sangat mengganggu sekali." Rama.

"Huss... Tidak. Masuklah Ga." Dania.

"Kau memang baik Kakak ipar tak seperti dia." Tunjuk Rangga pada Rama.

Mereka bertiga pun keluar bersama tanpa Raina karena Raina harus pulang dan memberikan ASI nya pada Mbok Parmi. Saat mereka turun desas desus gosip di kantor terdengar oleh Rangga, Rama dan Dania.

"Kenapa orang selalu memandang dari sisi negatifnya sih." Rangga.

"Karena ga semua orang kaya lu ga." Rama.

"Kaya hidup mereka paling baik dan benar aja ampe ngomongin orang segitunya." Rangga.

"Aku udah minta Raina kerja dari rumah aja tapi Raina ga mau. Katanya biar aja orang mau bilang apa. Dia ga mu nambah masalah lagi dengan dia kerja dari rumah." Dania.

"Aish... Terbuat dari apa hatinya sampai dia kuat gini." Rangga.

"Raina di tinggal kedua orang tuanya di bangku kelas 3 sekolah menengah atas dan Karina baru saja masuk kuliah. Sekarang Raina kembali kehilangan Karina saudara satu-satunya. Walau ada Tantenya tapi jauh di Turki." Dania.

"Turki."

"Ya. Ibu Raina berasal dari sana. Dan Beliau memiliki seorang Kakak di sana. Tante Gisel sangat menyayangi Karina dan Raina. Setelah kepergian orang tua mereka Tante Gisel mengajak mereka pindah ke Turki hanya saja Karina dan Raina menolak. Mereka lebih nyaman tinggal di sini." Dania.

"Saudara Ayahnya?" Rama.

"Om Marwan memiliki Kakak dan adik tapi mereka semua tak ada yang perduli bahkan saat Om Marwan meninggal mereka tak datang melayat." Dania.

"Menyedihkan." Rangga.

"Hmm... Itulah Mama dan Ayah selalu ada untuk mereka." Dania.

🌼🌼🌼

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!