Good Job Ance

"Siapa orang itu?"

Nero terdiam cukup lama mendengar pertanyaan adeknya. Kondisinya sekarang sudah pulih. Tiga hari dirawat di rumah sakit, dokter mengizinkan pulang dengan catatan bed rest di rumah selama lima hari.

Sekarang ia sedang berbaring di atas ranjang tidurnya. Di sampingnya ada Fay dan Galen. Ance masih dalam perjalanan.

"Mas pernah diteror karena nekat mempertahankan hubungan sama Widi?" Fay ikut menimpali.

"Namanya Tedi," jawab Nero menunjukkan gambar seorang pria dari HP miliknya.

"Dia siapa, Mas?" tanpa Fay lagi.

Nero menjelaskan kalau pria yang diam-diam menyusup masuk ke rumah dan memukulnya adalah Tedi. Teman satu SMA yang juga naksir Widi. Sayangnya ia ditolak sebab Widi memilih dirinya.

Galen melihat lebih seksama foto pria itu. "Tunggu! Wajah ini tidak asing." Ia langsung merogoh HP miliknya dan membuka satu foto. "Benar dia."

Fay terbelalak kaget melihat foto Widi selfie berdua dengan pria yang Nero sebut Tedi, posenya terlihat mesra.

"Saya sudah tahu," ungkap Nero dingin. Muka masanya jelas menunjukkan sebenarnya dia enggan membahas hal itu.

"Video kemarin bisa jadi bukti ka-"

"Sudah Saya hapus," potong Nero tegas.

Galen melontarkan umpatan kasar, marah sebab lagi-lagi kakaknya tidak ingin kejadian kemarin dilaporkan ke polisi.

"Kita lupakan saja manusia nggak penting ini. Fokus pada rencana yang sudah kita sepakati kemarin." Nero meletakkan HP di atas nakas samping ranjang.

"Kita sedang menunggu kabar baik dari orang suruhan Ance yang bekerja di Cafe milik Widi," jelas Fay.

"Setelah Saya pertimbangkan, data itu pasti ada di kantor. Widi sangat jarang membolehkan Saya datang ke sana. Kami selalu bertemu di apartemen miliknya," ungkap Nero.

"Kalau bukti itu tidak ada, baru kita cari di apartemen milik Widi," ulas Fay mencoba menyamakan persepsi.

Nero mengangguk setuju. "Lebih baik seperti itu saja."

Drrt ... Drrt ... Drrt ... Telpon masuk dari Ance.

📞 "Mbak Fay, barusan Saya dapat kabar kalau tidak ada hal-hal pribadi yang di simpan di kantor. Clear."

"Ada hal apa lagi?" tanya Fay tidak puas dengan laporan Ance.

📞 "Nihil, Mbak."

Fay menutup telpon. "Ance bilang hasilnya nihil. Tebakan Mas keliru."

"Nihil gimana?" tanya Galen lebih detail.

"Tidak ada hal berbau pribadi yang disimpan Widi di kantor atau di ruang manapun yang ada di cafe."

"Oke, kita lanjutkan rencana penggeledahan di apartemen Widi ... terutama di ruang rahasia itu," putus Galen.

"Kita mulai gerak besok," usul Fay. Galen mengangguk setuju.

"Saya ingin istirahat, bisa kalian keluar?" pinta Nero sembari menutup matanya.

Fay dan Galen hanya mengangguk, keduanya langsung keluar kamar. Fay sempat berhenti sejenak saat hendak menutup pintu, ingin memastikan apa Nero benar-benar ingin tidur.

Dilihatnya Nero memejamkan mata. Tak ada tanda-tanda ia ingin beranjak sedikit pun. Fay menghela nafas panjang, perlahan pintu kamar ia tutup.

*****

Esoknya Galen dan Fay pergi ke rumah Ance lagi. Kali ini Nero tidak ikut sebab masih harus istirahat. Asisten pribadinya, Resta harus bolak-bolik kantor dan rumah hanya untuk minta tanda tangan Nero.

Di rumah Ance, mereka mulai mempersiapkan segalanya. CCTV yang dipasang Widi di apartemennya bukan fasilitas, itu hasil inisiatifnya sendiri.

CCTV hanya ada di ruang tamu, dapur, ruang makan, dan depan pintu kamar Widi. Perempuan itu hanya memiliki satu kamar tidur, ruang makan, dapur, dan ruang tamu sekaligus tempat ia bersantai.

Ance sukses menyamar jadi pegawai laundry untuk bisa masuk dengan mudah ke dalam apartemen, lalu menyelipkan alat peretas CCTV sesuai perintah Galen.

Sekarang Galen tengah mencoba mengotak-atik laptop miliknya, mencoba merubah pengaturan CCTV dari jauh. Butuh waktu dua jam untuk menyelesaikan itu semua.

"Beres. Di hari yang gue tentukan, kita bisa masuk ke sana dengan aman," ucap Galen yakin.

"Nggak nyangka loe pinter IT, Len," puji Fay kagum. Selama ini dia hanya mengenal Galen dengan kameranya saja.

"Biasa aja, Fay," sahut Galen tersenyum simpul.

"Orang yang bisa bantu kita buat retas sandi di pintu juga sudah ready, Mbak," cerita Ance lega.

"Semoga kita berhasil," harap Fay sungguh-sungguh.

*****

Di jam yang ditentukan, ketiganya sudah berada di dalam basement apartemen Widi, duduk di dalam mobil milik Galen.

Ada Fay, Galen, Ance, dan satu orang ahli bongkar sandi pintu atau brankas. Dirasa waktunya sudah tiba, ketiganya turun mobil, bergegas menuju lantai dimana apartemen Widi berada.

Segalanya seolah berjalan mulus, dari rumah Nero mengabarkan bahwa kepulangan Widi masih beberapa hari lagi, jadi aman.

Perlahan di saat lorong depan kamar sepi, mereka langsung masuk dengan memori ingatan Ance. Beruntung sandi pintu masih belum berubah.

CCTV dalam kondisi mati untuk beberapa saat ke depan. Ance langsung menunjukkan dimana kamar utama Widi dan letak ruang rahasia itu.

Firasat Fay sangat buat kalau semua hal pribadi Widi pasti tersimpan rapi di dalam ruangan rahasia itu.

Butuh setengah jam lebih, akhirnya pintu rahasia itu terbuka. Ada satu ruangan kecil, di dalamnya hanya ada satu meja dan satu kursi. Di atas meja ada satu komputer dan laci kecil tiga susun.

Widi membuka laci itu dan menemukan lima buat flash disk. Banyak foto selfie dengan beberapa lelaki berbeda.

Dari lima flashdisk, ada satu yang tampak beda. Bentuknya paling bagus dengan gantungan berbentuk inisial huruf N.

Penasaran, ia putuskan untuk memeriksa flashdisk itu lewat komputer yang baru saja dinyalakan Galen.

"Ini dia," gumam Ance begitu folder dibuka dan memperlihatkan wajah Nero dan Widi.

"Bawa flash disk itu," perintah Fay, ia palingkan muka ke arah lain sebab tidak tahan melihat kemesraan Widi dan Nero dalam memori flash disk itu.

Segalanya langsung mereka rapikan seolah tidak berjejak. Secepatnya mereka keluar dari apartemen itu dan kembali ke mobil.

"Berhasil." Ance menghembuskan nafas lega begitu duduk kembali di dalam mobil. Ia tampak lega. Galen sekali lagi memastikan alat peretas sudah mati dan tidak ada jejak apapun.

Fay memandang flash disk dengan tatapan kosong. Hatinya kembali terasa sakit, merasa bodoh dengan keadaannya sendiri.

Di jalan menuju pulang, Fay sempat mengabari Nero bahwa usaha mereka berhasil dan kini sedang perjalanan pulang.

"Semoga ini bisa membantu kamu, Mas ... entah untuk apa yang penting aku tidak mau kamu dipermalukan suatu saat nanti oleh wanita iblis itu," batin Fay tidak terima.

Terpopuler

Comments

kak pii

kak pii

geregetan bacanya......sabar juga ada batas nya

2023-07-20

0

Nur Siti

Nur Siti

setelah itu minta cerai aja fay..dari pada hatimu sakit...bahkan tidur pun sebut nama pelakornya...

2023-07-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!