Ceroboh Berakibat Fatal

KRING!!! Alarm berbunyi pukul 4 pagi. Fay membuka mata perlahan, dikuceknya sebentar sebelum bangkit dari ranjang. Sudah dua malam sejak kejadian mengerikan itu ia tidur di kamar sendiri. Letaknya masih bersebelahan dengan kamar utama.

Sayup terdengar suara nafas menderu dari kamar sebelah. Fay menghela nafas heran. Dua makhluk itu dimabuk cinta atau pecandu ****? Setiap malam selalu bercinta sampai pagi.

Fay belum terbiasa dengan suara mesum mereka, sayangnya tidak ada pilihan selain pura-pura terbiasa. Diraihnya handuk dan masuk ke kamar mandi. Rutinitas kerja sudah menanti. Pagi ini Ia harus ke galeri.

Setengah jam kemudian ia turun ke bawah menuju dapur. Usai memilih beberapa bahan makanan di kulkas, wanita yang baru menginjak usia 23 tahun itu dengan lihai mulai mengolah menjadi menu sarapan.

Jago memasak juga jadi salah satu keahliannya. Resep yang Fay punya didapat dari almarhumah ibunya. Sejak kepergian beliau, rutinitas memasak ia ambil alih.

Fay tidak hanya menyediakan 3 porsi sarapan, ia juga menyiapkan 4 bekal. Pertama untuk dirinya, suami, dan kekasih suaminya. Satu lagi untuk papanya.

Dilihatnya jam menunjukkan pukul 6. Niat hati berpamitan sebelum kerja, tapi tidak jadi. Ditinggalkannya secarik kertas di samping piring sarapan Nero.

Aku ke Galeri dan sepertinya pulang malam. Maaf tidak bisa siapkan dinner. Hari ini hanya bisa siapkan sarapan dan makan siang. Fay.

*****

Hari berikutnya usai menyiapkan sarapan Fay ingin bergegas keluar rumah. Di hari libur kerja ia ingin mengunjungi papahnya di rumah.

"Mau ke mana?" Suara bariton Nero mengagetkan Fay.

"Ke rumah Papah, Mas. Hari ini aku libur."

Nero berjalan menuruni tangga mendekati Fay. Tegas dilarangnya keluar rumah sebelum sarapan bersama.

"Kamu boleh pergi setelah rutinitas sarapan bersama kita usai, titik!" Tegas penuh ketenangan pria itu berjalan menuju meja makan.

"Pagi semuanya," Widi muncul dengan baju piyama selutut warna biru muda.

"Itu kan baju aku! Nggak sopan kamu asal pake milik orang lain!" Suara Fay seketika meninggi begitu menyadari piyama kesayangannya dipakai Widi.

Wanita itu tersenyum sinis menatap Fay, berjalan mendekat hingga keduanya berhadapan.

"Sengaja. Kenapa? Nggak suka?" Tatapannya tajam memandang Fay. Keduanya saling adu pandang. Sempat diam beberapa saat. Nero hanya memperhatikan dari meja makan.

"Oke, aku kembalikan sekarang juga," lanjut Widi sengit tanpa sedikit pun merasa bersalah.

Ditanggalkan piyama yang melekat di tubuhnya saat itu juga. Kini tubuhnya hanya berbalut dalaman saja. Fay terperangah melihat kelakuan perempuan di depannya.

Plak! Plak! Dua kali gamparan tepat di pipi kanan mendorongnya dua langkah ke belakang.

"Keterlaluan kamu Fay!" Nero berteriak lantang dengan mata melotot. Pandangannya langsung melunak saat beralih ke Widi. Dilepasnya kemeja putih yang ia kenakan untuk ia pakaikan ke tubuh kekasihnya itu.

Dirangkulnya baju Widi, diajak kembali ke kamar. Wanita itu menatap Fay dengan senyum kemenangan.

"Aku nggak ingin Widi menanggalkan pakaian itu, aku hanya ingin dia minta maaf karena memakai milikku tanpa izin." Air mata Fay kembali menetes.

*****

"Selamat malam, Pah," Nero tersenyum santun mengecup punggung tangan mertuanya. Ia baru saja tiba.

"Fay ada di kamarnya. Susul saja. Papah ada sedikit kerjaan yang harus segera tuntas. Setengah jam lagi kita ngopi di taman belakang," sambut Arya Bramantio ramah.

Laki-laki usia 29 itu berjalan pelan menuju kamar yang terletak di lantai 2 paling ujung. Terukir nama "FAY" di pintu kamar.

Tok Tok Tok! Ceklek! Tidak dikunci. Kamar nuansa biru muda itu kosong. Terdengar suara air dari kamar mandi. Nero duduk di tepi ranjang, menanti Fay selesai mandi.

Lima menit kemudian, Fay keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk yang menutup batas dada atas hingga pangkal paha.

"Mas Nero!" Brak! Pintu kamar mandi ia tutup keras. Diraihnya bath robe yang tergantung dekat pintu. Usai mengenakannya, baru ia keluar menemui Nero.

"Saya sudah tahu semua isi di dalam kain itu," sindir Nero. Kedua pipi Fay berubah merah karena malu.

"Mas kok di sini?" Fay heran melihat keberadaan suaminya.

"Cepat ganti baju, kita pulang."

Fay menggeleng kuat. "Aku ingin cerai!"

Nero berusaha sembunyikan wajah terkejutnya, diambilnya nafas panjang, berbicara dengan tempo sepelan mungkin. Baginya, kunci memenangkan debat hanya satu, tenang.

"Tadi Widi ngaku salah. Dia sengaja mancing emosi saya biar kita bertengkar hebat dan kamu minta cerai secepatnya."

"Terus?"

"Saya harap kamu mau memaafkan Widi. Pahami kondisi dia. Jujur, ini sangat berat untuknya. Merelakan kekasihnya jadi suami orang lain."

Fay kecewa melihat sosok suami ego yang sibuk mementingkan orang lain. Di mata Nero hanya ada Widi dan Widi saja.

"Kamu janji akan selesaikan kontrak pernikahan kita. Cukup 2 tahun, Fay. Setelah itu kamu bebas! Janji!"

"Nggak bisa Mas! Semua perlakuan kejam kamu sangat keterlaluan!"

"Keterlaluan dimana? Semua yang saya lakukan sama sekali tidak menyalahi kontrak pernikahan kita," ujar Nero tersenyum yakin.

"Persetan dengan kontrak itu! Aku mau cerai!"

Nero bangkit berdiri, ditinggalkannya map hitam di atas ranjang sebelum beranjak keluar kamar.

"Kamu baca kembali isi kontrak kita, saya tunggu di rumah," pelan dan tenang laki-laki bertubuh atletis itu berjalan menjauh dan menghilang di balik pintu.

Firasat buruk menghantui benak Fay, disambarnya map hitam itu. Ia terbelalak kaget mendapati isi kontrak telah berubah. Di tulisan paling bawah terpampang jelas terkait konsekuensi apabila pihak 2 melanggar.

"Aku yakin banget kontrak pernikahan ini telah dirubah. Ini nggak adil." Tergesa Fay membuka kamarnya. Nero tersenyum puas menatap wajah paniknya. Nero sengaja menunggunya di depan kamar.

"Kita bicarakan di rumah, sekarang atau kamu terima konsekuensinya."

*****

...KONTRAK PERNIKAHAN...

Pihak 1 dan 2 bersedia bercerai setelah menjalani rumah tangga selama 2 tahun

Pihak 1 dan 2 tidak saling melarang untuk memiliki hubungan dengan orang di luar pernikahan dan wajib saling merahasiakan dari siapapun terutama orang tua, kolega bisnis, teman, dan keluarga besar.

Apabila hamil di penghujung waktu kontrak, perceraian akan ditunda hingga anak tersebut lahir. Hak asuh anak jatuh di tangan Pihak 1.

Pihak 1: Alrescho Nero Adhitama

Pihak 2: Jesslyn Fay Edre

PERINGATAN! JIKA MELANGGAR PERJANJIAN, PIHAK PELANGGAR WAJIB MEMBAYAR DENDA 10OJUTA DOLLAR DAN BERSEDIA DIPENJARA MINIMAL 2 TAHUN DENGAN CARA PALING MEMALUKAN SEUMUR HIDUP

Nero dan Fay duduk berhadapan di ruang kerja milik Nero. Di atas meja terdapat selembar kontrak pernikahan yang telah ditandatangani keduanya di malam pertama bulan madu.

"Isi kontrak ini beda dengan yang sudah kita sepakati, Mas!" protes Fay to the point.

Laki-laki itu terkekeh mendengar ucapan perempuan yang duduk di hadapannya. Disodorkannya HP, sekali sentuh, video langsung memutar adegan saat mereka berdua membicarakan kontrak untuk pertama kali.

Adegan video di HP melihatkan dengan jelas kalau tulisan terkait sanksi pelanggaran kontrak memang sudah ada di kertas itu. Diam-diam Nero mendokumentasikan itu semua untuk jaga-jaga apabila terjadi hal seperti ini.

Fay mereka ulang memori ingatannya saat membaca kontrak. Adegan dirinya tengah menangis mendengar des*h*n erotis di kamar sebelah, emosi yang meluap setelah membaca pesan suaminya, membuatnya ceroboh.

Satu kecerobohan Fay, menandatangani berkas tanpa menelitinya lebih jauh. Tulisan ini luput dari pandangannya.

Ia terdiam, berkali-kali mengutuk diri sendiri. Menyalahkan perbuatan bodohnya. Nasi sudah menjadi bubur, menyesal jelas tidak ada gunanya.

"Nona Jesslyn Fay Edre, silahkan tentukan keputusan Anda," Nero tersenyum menatap istrinya, kemenangan jelas ada di tangannya.

Ruangan mendadak sunyi cukup lama. Fay tak bergeming sedikit pun. Sorot matanya mengisyaratkan kekalahan.

"Kita lanjutkan saja kontrak ini, kamu tinggal ikuti perintah saya."

Fay mengangguk enggan. Bayar denda itu mudah. Dipenjara? Demi apapun dia tidak ingin menghancurkan nama baik keluarganya.

"Kesalahan kamu hari ini, akan saya maafkan dengan dua syarat."

"Kesalahan yang mana?"

Nero menyebutkan dua kesalahan. Pertama, menyinggung Widi soal piyama tadi pagi. Kedua, berani melanggar isi kontrak."

Perempuan itu protes, niatnya hanya membuat Widi tidak lagi menggunakan barang pribadinya sesuka hati. Lagipula ia sudah membatalkan keinginannya untuk cerai.

Nero menyayangkan cara bicara istrinya yang terlalu ketus. Seharusnya bisa bicara baik-baik. Ia juga memberikan nasehat untuk teliti dalam segala hal.

"Kamu ngerti maksud saya?" Nada bicaranya sedikit lebih lembut.

"Iya, Mas," jawab Fay lirih. Suka tidak suka, penjelasan suaminya ada benarnya juga.

"Kamu kerjakan syarat pertama untuk menebus kesalahan kamu, saya tunggu di kamar utama."

*****

Fay berdiri canggung di hadapan Nero yang asyik berbaring di ranjang. Piyama tidur melekat di badan keduanya. Barusan Nero meminta mengganti pakaiannya dengan piyama.

"Malam ini Widi tidak menginap, besok siang baru balik sini lagi. Jadi, sebagai penebusannya, kamu temani saya tidur."

Adegan ranjang yang menyakitkan kembali terngiang. Reflek ia menggelengkan kepala, menolak permintaan itu.

Memahami gelagat perempuan mungil di hadapannya, Nero tertawa kecil. Raut wajahnya terlihat jelas, Fay pasti sedang mengingat adegan ranjang mereka yang cukup sadis.

"Saya berjanji akan mengusahakan keturunan dari kamu. Jadi, sesekali kita juga harus berusaha."

Fay mundur beberapa langkah saat tiba-tiba Nero bangkit mendekatinya. Di tangan kanan tergenggam botol kecil.

Srrrt! Srrrt! Srrrt! Srrrt! Beberapa kali botol itu disemprotkan ke udara. Aroma bunga mawar menyeruak tajam. Fay menyukai aroma itu, diam-diam ia menghirup dalam-dalam.

"Relax. Malam ini biarkan alam bawah sadar yang bekerja menciptakan malam panas untuk kita."

Sekujur tubuh Fay mulai terasa panas. Ia sangat haus sentuhan. Menyadari gejala yang terjadi, matanya terbelalak lebar, mencoba lari keluar kamar.

Terlambat, Nero menarik tangannya hingga jatuh di atas ranjang. Ditanggalkannya semua kain yang melekat di tubuh Fay. Selanjutnya, ia tanggalkan piyama miliknya sendiri.

Obat perangsang yang sudah bekerja membutakan nalar keduanya. Pergumulan panas dua insan kembali terjadi.

Plak! Plak! Plak! Plak! Beberapa kali tamparan di pipi dilayangkan ke wajah Fay.

"Perempuan j*la*g, puaskan aku malam ini!"

Gambar Ilustrasi

Terpopuler

Comments

it's me_vibe

it's me_vibe

semngat thour,

2023-07-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!