Mencari Tahu (Part 2)

Fay menghela nafas lega berhasil menuntaskan pekerjaannya sebelum jam makan siang. Diraihnya cermin dan alat make up di laci, menata ulang make up di wajah agar tetap sempurna tanpa luka lebam.

Ia berniat mengunjungi kantor suaminya untuk makan siang bersama. Bekal dengan menu favorit telah ia siapkan.

"Semoga Mas Nero suka, nggak sia-sia aku cari tahu lewat Galen," bisik Fay optimis.

*****

"Maaf, Nyonya. Tuan Nero tidak ada di ruangannya. Beliau pergi sejam lebih awal dari jam makan siang."

Drrt... Drrt... Drrt... Pesan dari Nero.

📲 Pesan dari Nero untuk Fay -> J*la*g! Jangan harap kamu bisa manfaatkan CCTV kantor hanya untuk mendekati saya! Pulang sana!

"Ada pesan yang ingin disampaikan, Nyonya?"

Fay menggeleng cepat lalu bergegas pergi. Hatinya sakit, kalimat itu terlalu kasar.

"Mengajak makan siang suami bukan hal rendah." Fay menghela nafas sedih. Sebenarnya dia juga heran, bagaimana Nero bisa tahu rencananya.

Teringat CCTV yang bisa dilihat dari HP miliknya membuat Fay paham. Pasti Nero juga memiliki itu.

"Hebat juga dia bisa baca pikiran orang," puji Fay.

Malas kembali ke galeri, Fay memutuskan berhenti di taman kota yang terlihat cukup unik. Kebetulan banyak pengunjung tengah asyik menikmati makan siang mereka di sana.

"Sepertinya makan di taman bukan ide yang buruk." Diparkirnya mobil di halaman parkir taman. Fay senang mendapati satu bangku kosong berjarak beberapa langkah dari mobilnya.

Diedarkannya pandangan ke sekitar taman. Sebelumnya ia tak pernah datang ke taman ini. Hobinya hanya lewat tanpa niat sedikit pun untuk berhenti.

Tak jauh dari taman, di seberang jalan berdiri menjulang gedung megah. Satu hal yang menarik perhatiannya. Nama perusahaan yang tertera seolah mengingatkan pada sesuatu.

"Adyatma Company, sangat tidak asing," komentar Fay membaca nama papan gedung megah itu.

"Nona JF," panggil seseorang dari samping. Fay yang ke oleh seketika terkejut mendapati Albie sudah berdiri tegak di situ. Penampilannya sangat formal khas kantoran.

"Albie." Fay langsung berdiri membungkukkan badan tanpa hormat ke arah Albie.

"Anda sendiri?"

"Hanya iseng cari suasana baru, bosen makan di galeri," jawab Fay, "Anda kok bisa di sini?"

Albie menunjuk gedung di seberang jalan. "Itu perusahaan saya."

"Sudah makan siang? Kebetulan saya bawa bekal, cukup untuk 2 orang."

Albie langsung mengangguk. Senyumnya ia tahan sebisa mungkin agar terlihat biasa.

"Nona JF masak sendiri?"

"Fay, panggil saya Fay. Terkesan aneh jika Anda memanggil saya dengan nama inisial."

"Baiklah."

Obrolan ringan dengan berbagai topik seru mengalir begitu saja. Tanpa sadar Fay mulai merasa nyaman dengan Albie. Ia tak lagi merasa canggung.

Keduanya pun berpisah dengan janji bertemu lagi di lain hari untuk perbincangan santai lainnya.

*****

Malam ini Nero tidak pulang ke rumah. Barusan dia mengirim pesan akan menginap di apartemen Widi. Enggan di rumah sendiri, Fay memutuskan pulang ke rumah ayahnya.

Alasan yang ia berikan lantaran suaminya pergi ke luar kota untuk urusan bisnis. Untung saja Arya Bramantio mempercayai jawaban putrinya.

Diam merenung di kamar membuat Fay teringat dengan cerita Galen soal Nero dan Widi. Dibukanya media sosial di HP. Diketiknya nama mereka bergantian.

"Barangkali ada informasi lainnya di media sosial mereka," pikir Fay sembari menggerakkan jarinya di layar HP.

Masing-masing akun memiliki foto kebersamaan dari zaman masih SMA hingga dewasa. Pose-pose romantis di berbagai momen dan tempat.

Foto terakhir tertera tanggal sehari sebelum pertemuan keluarga. Hari dimana ayahnya memberi tahu bahwa keduanya dijodohkan dan harus menikah dalam waktu dekat.

Matanya terasa panas mendapati kenyataan bahwa pernikahan ini memang paksaan untuk Nero. Fakta ini tidak sama dengan cerita Galen.

"Galen! Loe sengaja bohongin gue ya?"

📞"Bohong apaan, Nyet?" terdengar suara Galen dari telpon.

"Barusan gue cari tahu tentang Mas Nero dan Widi di media sosial, di postingan mereka terpampang terakhir bertemu itu sehari sebelum pertemuan keluarga. Tega banget loe bohongin gue!"

📞"Tenang, sumpah gue nggak tahu! Wait, media sosial? Kok loe bisa buka akun mereka?

"Kenyataannya bisa!"

📞"Loe dimana?"

"Di rumah gue sendiri. Mas Nero nginep di luar. Ada urusan bisnis."

📞"Gue meluncur."

Sejam kemudian mobil Galen berhenti di depan pagar rumah Fay. Usai mengirimkan pesan, beberapa menit kemudian Fay keluar. Keduanya memutuskan cari kafe terdekat.

Sekali lagi Galen menjelaskan kalau dia memang tidak tahu soal pertemuan terakhir itu. Apa yang selama ini dia tahu sudah ia ceritakan pada Fay.

"Gue heran kenapa loe bisa buka akun mereka berdua. Soalnya gue nggak bisa."

Fay mencobanya sendiri, ternyata memang tidak bisa.

"Loe pernah coba buka pake akun lain?"

Galen menepuk jidatnya. Kemiripan yang ia punya hanya tampang. Nero masih jauh lebih cerdas dari adeknya.

"Berarti Mas Nero dan Widi sengaja blokir semua orang terutama loe," kata Fay menyimpulkan.

"Tapi suami loe setia, kan? Loe pernah lihat mereka jalan berdua, ketemuan, atau telpon diem-diem gitu?"

"Lebih dari itu! Bahkan gue dengan suara mereka bercinta!" Lontaran kalimat itu tentu saja hanya dalam hati. Fay hanya menggelengkan kepala.

Fay merasa Galen tidak perlu tahu lebih jauh lagi. Cukup ini menjadi persoalan yang harus ia tanggung. Baginya resiko kontrak itu terlalu mengerikan.

"Gue bilang juga apa, yang panting sejak ketemu loe, mereka berdua udah nggak pernah ketemuan lagi. Titik!"

"Polos lugu apa bego sih loe!" omel Fay kesal.

"Sialan loe! Apa yang gue omongin kan memang fakta."

Fay hanya mengiyakan saja meski fakta jelas berbicara sebaliknya.

Malam ini satu fakta menguatkan bukti bahwa memang Nero terpaksa menikahi dirinya. Meski pahit, ia juga akan kumpulkan bukti lebih jauh lagi.

Bagi Fay, sikap yang ditunjukkan Widi terlalu sempurna. Itu jelas mencurigakan. Ia ingin membuktikan kebenarannya.

"Balik, yuk!" ajak Galen.

*****

Jesslyn Fay Edre, usia 25 tahun. Putri tunggal Arya Bramantio pemilik Galeri Renjana tempat dimana beliau bekerja. Memiliki nama panggilan Fay. Posisi di galeri sebagai kepala kurator karya.

Sesekali juga melukis. Hobinya hanya melukis. Paling suka makan mie kuah campur telor setengah matang, sayur bayam, tomat, dan beberapa irisan cabe.

Belum pernah pacaran tetapi baru saja menikah dengan Arlrescho Nero Adhitama CEO CV Adhitama Group.

Ben baru saja membacakan profil milik Fay hasil penelusurannya. Albie menegang mendengar kalimat terakhir soal status Fay.

"Pernikahan itu hasil perjodohan, Tuan. Satu hal lagi. Ibu Nona Fay meninggal di kecelakaan pesawat yang sama dengan Ibu Tuan Nero."

"Sebuah kebetulan yang luar biasa," komentar Albie pelan dengan seringai penuh misteri.

"Sementara hanya itu, Tuan."

"Kerja bagus, Ben. Kamu bisa pergi."

Seiring kepergian Ben, dipandangnya sekali lagi foto Fay yang tersimpan rapi di galeri HP.

"Perempuan cantik dan istimewa memang selalu mudah mendapat jodoh, tapi dia hanya jodoh. Kamu ditakdirkan berpasangan denganku," gumam Albie optimis.

Ilustrasi Foto Fay di HP milik Albie

Terpopuler

Comments

Richie

Richie

kena sensor.. tapi kalau ingin ketik yang sekiranya bakal sensor mending sensor sendiri.. kaya b*ngs*t ... yang baca bakal tahu karena ada huruf hint nya

2023-07-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!