Hati yang Luka

Seminggu kemudian Ance memberi kabar soal keberhasilannya bernegosiasi. Ia sukses membujuk satu karyawan untuk membantunya.

Ance memanfaatkan posisi karyawan yang sedang dikejar hutang. Ia berjanji akan membantu melunasi asalkan mau kerja sama.

Karyawan itu minta waktu satu minggu. Ia harus bergerak hati-hati agar tidak ketahuan. Fay berjanji akan transfer imbalan yang dijanjikan Ance dengan satu syarat.

Fay minta karyawan itu harus bawa bukti video yang mereka cari atau bukti lainnya soal perselingkuhan Widi. Ia tidak menerima tangan kosong.

Tahap selanjutnya, Ance dan Galen akan mencoba meretas semua titik CCTV, mengaturnya mati otomatis di waktu tertentu.

Nero kebagian tugas memantau Widi. Ia harus bersikap manis seperti biasanya, tujuannya agar bisa bertanya aktifitas perempuan itu dengan leluasa.

Fay tetap harus menjalankan perannya sebagai istri yang bahagia di depan keluarga besar.

*****

"Mas!" Fay beberapa kali mengetok pintu kamar utama. Sama sekali tidak ada sahutan.

Sejak kepulangan mereka dari rumah Ance, suaminya tampak lebih murung. Ia sering melewatkan makan malam.

Awalnya Fay membiarkan saja, tapi lama kelamaan ia sudah tidak tahan. Ini jelas di luar kebiasaan Nero yang tidak pernah absen makan malam.

"Ayo makan malam, Mas!" ajak Fay untuk kesekian kali.

Hening, tidak ada sahutan suara. Fay semakin heran. Ia mencoba berpikir positif, mengira Nero sudah tidur. Diketuknya pintu sekali lagi. Tetap tidak ada sahutan.

"Apa aku buka aja, ya?" Fay menimbang-nimbang keputusannya. Diraihnya gagang pintu, perlahan ia gerakkan. Pintu terbuka, ternyata tidak dikunci.

Fay membuka pintu semakin lebar, ia edarkan pandangan ke seluruh ruangan. Kamar itu kosong, tempat tidur Nero tertata rapi.

Perlahan, ia beranikan diri masuk ke dalam. Pintu ke arah balkon tertutup sempurna, jelas Nero tidak ada di balkon.

Melihat pintu kamar mandi yang terbuka, Fay langsung menebak kemungkinan Nero di sana. Pintu kamar mandi akan selalu ditutup jika tidak digunakan. Was-was dan perlahan, Fay berjalan mendekati kamar mandi.

Ia spontan meneriakkan nama Nero, tatkala mendapati tubuh Nero tergeletak di samping bak mandi. Pakaian kantor masih melekat di badan.

"Mas Nero!' teriak Fay berlari menghampiri tubuh Nero, menepuk pipinya berkali-kali. Pria itu tidak kunjung bangun.

Menyadari kepala belakang Nero berdarah, Fay semakin panik.

Fay langsung menelpon tim medis agar datang menolong. Ia juga meminta Galen untuk datang membantu.

Tak butuh waktu lama, Fay dan Galen berhasil membawa Nero ke rumah sakit. Tim medis bertindak dengan cepat.

Keduanya duduk di ruang tunggu ICU. Fay berusaha tenang, ia terus mengirim doa lewat batin. Berharap semuanya baik-baik saja.

"Sebenarnya kejadiannya gimana, Fay?" tanya Galen sekali lagi. Ia masih belum puas dengan jawaban ketidaktahuan Fay.

"Aku bener-bener nggak tahu, Len. Niatku cuman ngajak dia makan malam. Tapi, tahu-tahu Mas Nero sudah tergeletak di kamar mandi."

"Apa dia kebentur?" Galen mencoba mengira-ngira. "Fay, gue tadi sempat lihat tongkat bisbol di kamar mandi."

"Di mana?"

"Di samping jendela ... dan jendela itu terbuka," ungkap Galen.

"Jangan bikin gue ketakutan, Len! Nggak ada orang lain selain gue dan Mas Nero di rumah. Satpam juga selalu berjaga di depan, kok."

"Gue periksa lagi, loe di sini saja. Bokap juga bakal ke sini."

"Jangan balik sendiri! Gimana kalau beneran ada orang jahat dan dia belum pergi? Gue nggak mau loe kenapa-kenapa."

"Tenang aja, gue nanti minta ditemani satpam rumah loe. Kabarin aja perkembangan Nero."

Galen langsung pergi tanpa menunggu persetujuan Fay. Ia benar-benar ingin memastikan penyebab insiden ini dengan mata kepalanya sendiri.

Fay hanya pasrah melihat punggung Galen yang pergi menjauh dan menghilang. Setelahnya, matanya kembali tertuju pada pintu ICU yang tak kunjung terbuka.

"Aku tahu kamu pasti baik-baik aja, Mas," bisik Fay penuh harap.

*****

Nero sudah dipindahkan ke kamar rawat VVIP. Kedua ayah mereka datang melihat kondisi Nero dan baru saja pulang.

Sebenarnya mereka ingin ikut menginap, Tapi Fay mencegah sebab tidak mau merusak jam istirahat. Lagipula masih ada dirinya dan Galen yang bisa menjaga.

Fay hanya mengijinkan Arya dan Danu datang menjenguk tanpa menginap di rumah sakit. Mengingat keduanya juga sudah tak lagi muda walau belum terlalu tua.

Fay duduk di samping tempat tidur, Nero masih tertidur lelap. Kepalanya diperban sebab pendarahan yang ia alami.

Dokter mengatakan Nero mengalami luka akibat benturan benda tumpul. Untung saja tingkat keparahannya tidak tinggi. Ia juga memiliki beberapa memar di lengan kanan dan kiri, juga di kaki. Semua akibat pukulan benda tumpul.

Fay semakin yakin kalau ada seseorang yang coba mencelakai suaminya. Dirogohnya HP dalam saku celananya. Ditekannya tombol telpon, mencoba menghubungi Galen.

"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, silakan coba kembali atau tinggalkan pesan setelah bunyi nada berikut."

Tiga kali Fay mencoba melakukan panggilan, hanya suara operator yang terdengar. Pikirannya mulai tidak tenang, takut terjadi sesuatu.

"Ance," cetus Fay spontan. Segera ditelponnya Ance. Memintanya datang ke rumah sakit. Setidaknya ada seseorang yang dia percaya untuk menjaga Nero. Dia harus secepatnya memastikan kondisi Galen.

Tak berapa lama, Ance datang. Fay berpesan untuk langsung mengabarinya bila Nero bangun.

Setengah berlari Fay meninggalkan rumah sakit, mencari taksi, berharap secepatnya tiba di White Land. Berharap akan menemukan Galen di sana.

"Fay!" teriak Galen dari halaman rumah sakit. Rupanya ia baru saja datang. Saat hendak masuk rumah sakit, ia melihat Fay berdiri di pinggir jalan depan rumah sakit.

Fay mengurungkan niatnya pergi dan berlari menghampiri Galen. Wajahnya tampak lega melihat kondisi sahabatnya yang baik-baik saja.

"Loe kenapa nggak bisa dihubungi?" tanya Fay ngos-ngosan karena lari.

"HP gue mati. Loe mau ke mana?"

"Nyari loe! Takut gue kalau loe kenapa-kenapa!" omel Fay kesal.

"Mas Nero gimana? Siapa yang njagain?"

"Ada Ance. Tadi orang tua kita sempat ke sini, tapi mereka udah cabut. Loe yang kasih tahu?"

"Satpam rumah. Dia panik, terus telpon bokap."

Fay yakin kalau ayahnya pasti dikabari mertuanya. Makanya mereka langsung datang ke rumah sakit.

"Gimana? Loe nemu sesuatu yang mencurigakan, nggak?"

Galen belum mau menjawab pertanyaan Fay, ia mengajak sahabatnya itu pindah ke taman samping gedung utama rumah sakit.

"Gimana?" tanya Fay sekali lagi begitu keduanya duduk di salah satu bangku taman.

HP yang Galen keluarkan dari saku jaket ia letakkan di tangan Fay. "Gue nemu rekaman yang sepertinya nggak sengaja kerekam. Ada di galeri video."

Fay langsung mengenali kalau itu HP milik suaminya. Ia buka galeri dan putar video terbaru. Terlihat gambar langit-langit kamar mandi setelah goncangan gambar. Sepertinya HP Nero terjatuh dari sakunya, tanpa sengaja ia menekan tombol kamera.

Ada dua suara di sana, satu suara milik Nero dan suara lainnya milik seseorang, entah siapa yang jelas dia laki-laki.

🎞️🎞️🎞️

"Siapa kamu?" bentak Nero pada seseorang.

"Siapa gue itu nggak penting. Dasar bajingan!" bentak seseorang, suara pria itu asing bagi Fay.

"Mau apa kamu? Jangan mendekat!" perintah Nero panik.

Bug! Bug! Bug!

"Argh! Sialan! Berhenti memukul!" teriak Nero kesakitan.

"Jauhi Widi! Gue udah bilang ini berkali-kali sama loe! Widi milik gue!" racau laki-laki asing itu sembari terus melakukan tindakan entah apa yang jelas Nero teriak kesakitan.

Sesaat kemudian terdengar suara seseorang jatuh. Suara Nero tak terdengar lagi, suasana mendadak sunyi. Tak berapa lama, muncul suara panik Fay yang menemukan Nero sudah tergeletak di kamar mandi.

🎞️🎞️🎞️

"Kita harus tunggu Mas Nero bangun, gue yakin dia kenal orang itu," komentar Galen yakin.

"Tapi dia di rekaman itu juga bertanya, Len," sanggah Fay.

"Setidaknya pria itu sempat mengatakan kalau dia pernah menyuruh Mas Nero buat ninggalin Widi. Mereka sebelumnya pasti pernah bertemu atau setidaknya komunikasi. Apapun itu, kita tunggu dia bangun."

Mereka berdua kembali ke kamar rawat Nero. Ance sudah tertidur pulas di sofa. Galen yang kelelahan pun menyusul.

Fay memutuskan tetap berjaga, ia duduk di samping ranjang Nero. Suaminya tampak tidur lelap. Dokter tadi memberikan obat agar Nero bisa istirahat total sebab staminanya cukup lemah akibat kurang tidur.

"Istirahat, Mas," bisik Fay pelan.

"Widi ... Di ... Widi ..." gumam Nero pelan tapi cukup jelas di telinga Fay.

Nero sepertinya mengigau. Air matanya menetes. Raut wajah Nero tampak sendu.

"Sedalam itukah perasaanmu untuk Widi, Mas?" batin Fay pedih. Ia semakin yakin, Nero benar-benar terluka oleh penghiantan Widi.

Sayangnya ia tidak bisa berbuat apa-apa sebab hatinya terlanjur dalam mencintai Widi. Setelah segala hal menyakitkan yang dilakukan Widi di belakangnya, masih belum mampu menghapus perasaan Nero padanya.

Fay sangat yakin betapa hati suaminya sangat terluka oleh cinta yang menyakitkan. Hatinya juga merasa perih oleh cinta bertepuk sebelah tangan dari Nero.

Tak tahan menahan sesaknya dada, Fay perlahan berjalan keluar, berharap luka hatinya sedikit mereda saat ia menjauh sebentar dari Nero.

Tanpa ia sadari ada sepasang mata yang mengamatinya. Galen terdiam melihat Fay keluar kamar. Hatinya juga perih.

"Harusnya gue yang miliki hati loe, bukan pria sialan itu," desis Galen geram. Sesaat kemudian, diam-diam diikutinya Fay. Hanya memperhatikan dari jauh, memastikan Fay tetap aman.

Terpopuler

Comments

Florensia Dita

Florensia Dita

Kata Fay terlalu berat...

2023-07-20

0

kak pii

kak pii

tinggalin saja toh di perjuangkn juga membuat sesak

2023-07-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!