Pedihnya Bulan Madu

Malam ketiga harusnya menjadi malam terakhir bulan madu mereka. Di luar rencana, Nero memperpanjang 2 hari lagi. Alasannya masih ingin menghabiskan waktu berdua dengan Widi.

"Kita pulang 2 hari lagi, Saya sudah beri tahu orang rumah dan mereka tidak masalah," ucap Nero membuka percakapan mereka saat sarapan.

Ketiganya sarapan bersama di meja. Widi dan Nero tidak masalah dengan itu. Lain dengan Fay, sejujurnya dia sangat keberatan dan berniat menolak.

Fay sangat ingin bicara tidak. Namun, ucapan itu ia batalkan sebab Widi terus-menerus merengek minta sarapan bertiga. Perempuan itu jelas ingin pamer kemesraan.

Sekuat tenaga Fay menahan kesabaran. Batinnya teriak ingin menyudahi perbuatan mereka, tapi sadar sebab di sini dialah yang dianggap pelakor itu.

Fay paksa telan makanannya meski terasa hambar. Nafsunya benar-benar hancur. Malas berdebat, ia pun mengiyakan keinginan Nero memperpanjang bulan madu.

"Terserah." Fay bangkit berdiri. "Aku kenyang. Kalian silakan lanjutkan sarapannya."

*****

📞"Gimana bulan madunya?"

"Seru banget!" Suara Fay berubah ceria begitu mendengar suara ayahnya di telpon.

📞"Pantesan diperpanjang dua hari. Mau kayak apa tetap nggak akan puas, Fay. Bisa dilanjut di rumah. Hahaha ..." canda Arya begitu Fay menceritakan soal keinginan Nero memperpanjang bulan madu.

"Fay cuman ikutin maunya Mas Nero, Pah. Galeri gimana?"

Jengah membicarakan Nero, dialihkannya topik pembicaraan ke soal galeri. Anak dan ayah itu langsung terlibat pembicaraan seru terkait galeri lukis yang mereka berdua kelola.

Fay selama ini bekerja sebagai kurator lukisan di galeri milik ayahnya. Kemampuannya memilih karya berkualitas tidak diragukan lagi. Pameran yang ia gelar pasti sukses.

Sebagian besar koleksi lukisan pilihan Fay pasti laku kalau dilelang. Nilainya selalu fantastis, mulai dari puluhan hingga ratusan juta.

Sesekali ia juga memamerkan karya lukisan buatannya sendiri. Sebagai lulusan seni rupa, melukis pasti sudah jadi keahliannya.

Nilai satu lukisan milik Fay minimal seharga ratusan juta. Harga tertinggi yang pernah ia capai senilai 200juta dollar. Harga yang sangat fantastis untuk pelukis muda.

Tok Tok Tok! Nero membuka pintu tanpa menunggu jawaban. Ia tampak lain dengan balutan pakaian santai. Kaos singlet dan celana jeans selutut. Rambut basahnya membuatnya terlihat fresh dipadu dengan wajah tampannya. Penampilan yang sempurna.

"Kami mau nonton di ruang makan. Berhubung kita nggak mungkin minta room service, tolong kamu bersihkan kamar sebelah."

Belum sempat mengiyakan, Nero sudah berlalu pergi.

"Aku belum jawab iya, Mas!" teriak Fay kesal.

📞 "Siapa itu Fay? Nero, ya?"

"I-i- ya, Pah. Mm... Fay dipanggil Mas Nero buat bantuin beres-beres kamar,"

📞 "Duh...pasti berantakan banget ya kamarnya abis main gulat. Malu ya pake room service. Mirip banget sama papa mama dulu. Hahaha ..."

Fay ikut tertawa meski pura-pura. Ia pun segera menyudahi perbincangan itu. Dihembuskannya nafas panjang.

"Berantakan banget, Pah. Berantakan habis bergumul dengan perempuan lain," dengus Fay marah.

*****

Sudah dua jam lebih Fay berusaha merapikan kamar yang ditempati Nero dan Widi. Botol alkohol berceceran di meja dan lantai. Camilan berserakan di semua tempat. Selimut dan seprai yang berantakan meninggalkan bau khas hasil persetubuhan.

Selama ini dia tidak pernah merapikan kamarnya sendiri. Merapikan sebanyak ini jelas membuatnya kelelahan.

Sayup-sayup terdengar suara tawa dari luar kamar. Fay mendelik tajam ke arah pintu. Muak dengan cara mereka, muncul ide di kepala Fay.

Diambilnya selimut dan seprai lalu melangkah menghampiri Nero dan Widi. Keduanya tengah asyik menonton film di ruang makan.

"Sudah beres?" tanya Widi basa-basi begitu melihat Fay yang berdiri di depan mereka.

"Beresin sendiri!" Fay melempar selimut kotor itu ke mereka. Ia sudah muak diperlakukan seperti manusia tanpa harga diri.

"Apa-apaan kamu!"

Tidak siap menghadapi amarah Nero, secepat mungkin Fay berlari masuk ke kamar, menutup pintu dan mengunci rapat. Jantungnya berdegup cepat.

Nero berteriak memanggil namanya dari luar pintu, memintanya keluar. Fay hanya diam, jujur ada rasa takut, tapi ada kelegaan juga. Setidaknya dia memiliki keberanian untuk menunjukkan siapa dirinya.

Seharian penuh Fay tidak berani keluar kamar. Masih takut kalau Nero masih marah. Perutnya mulai berbunyi, untung ia sempat menyimpan beberapa makanan ringan di kulkas kecil yang memang ada di setiap kamar.

Dilahapnya makanan ringan yang tersisa. Belum kenyang, diteguknya dua botol air mineral sekaligus. Baru kali ini ada pengantin wanita kelaparan sendiri di saat bulan madu, sementara si pria sibuk dengan kekasihnya.

Tatapan Fay tanpa sengaja melihat cincin di jemarinya. Masih jelas teringat betapa manisnya Nero mengucapkan janji di depan altar. Senyumnya juga merekah. Tanpa disadari rupanya itu sandiwara.

Malam mulai beranjak, kembali terdengar suara rintihan manja dari kamar sebelah. Pasti keduanya kembali bercinta.

Fay berjalan pelan naik ke tempat tidur. Sekali lagi dipandanginya cincin yang melingkar di jari. Perhiasan yang cantik, tapi tidak secantik kisahnya. Pernikahan palsu ini sungguh menyiksa.

"Masih dua hari lagi, Fay ..." bisiknya pada diri sendiri sembari sesenggukan karena menangis. Lambat laun ia pun tertidur lelap karena kelelahan.

Di kamar sebelah, usai bergumul cukup lama, Widi dan Nero berdiri berpelukan menghadap jendela kamar, menikmati pemandangan kota.

"Dua hari lagi kita harus balik, nanti kita masih bisa bertemu seperti biasanya, kan?" Kepala Widi bersandar manja di dada Nero.

"Pasti," jawab Nero sangat lembut dan mesra. Berbeda saat bicara dengan Fay, nada dan bahasanya kasar.

"Janji, dia nggak akan ingkari perjanjian nikah kalian, kan?"

"Percaya sama aku." Dikecupnya ujung kepala Widi. "Makasih sudah mau sabar nunggu."

Widi mengangguk. "Kamu cinta pertama aku dan jadi satu-satunya. Kita sudah berjuang bertahun-tahun, tinggal 3 tahun lagi. No problem."

"I love you Sayank."

Ilustrasi

Terpopuler

Comments

Richie

Richie

hadir

2023-07-05

1

Lady Ev

Lady Ev

smngat kk!
klo brknn mmpir jga dkaryaku

2023-07-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!