...Chapter 19...
Betah di tempat antah- berantah? Matane lah rek. Aku tidak ingin mati atau hidup di daerah asing, lah!
Dengan nada santai, Sasha lalu membungkuk, mengucapkan satu kalimat penuh dari dalam mulut, memberikan kata-kata pembuka untukku semata.
Ey mas bro, berhubung aku tidak paham, sekarang beri tahuku mengenai keadaan sekitar. Tolong, kepalaku sama sekali tidak dapat memahami secara logis.
"Apa yang tengah terjadi? K- kenapa, permukaan langit doang secara mendadak berubah menjadi hitam dan putih-putih cukup cemerlang? M- mu- mungkinkah-"
"Hayya, baru sadar, ya? Bagus deh. Benar, langit di sekitar bukanlah astmosfer di bumi."
"J- jad-"
"Yup, ukuran bumi secara signifikan kuubah hingga berkali-kali lipat. Tidak hanya massa, gaya gravitasi, inti bumi, dan lain-lain, berubah tanpa memedulikan hukum-hukum yang berlaku. Owh, teruntuk ukurannya sendiri, aku menciptakan bumi sesuai dengan tahap kekuatanku. Kau pasti sudah menduga aku ada di tahap berapa, bukan?"
Wowowowow, mengejutkan, sangat-sangat membuat logika serasa masuk ke alam lain. Suwer, barusan kau cakap apa, dah? Bumi di-upgrade baik secara kuantitas maupun kualitas? Penjelasanmu sama sekali tidak dapat dicerna oleh pikiranku, seriusan, bercanda pun tak ada guna.
Mengungkap kalau saat ini bumi telah berevolusi ke bentuk sangat ekstrim, aku dengan kecerdasan begitu minim spontan hanya bisa diam, mencoba memfilter setiap informasi, tidak terkecuali perkataan Sasha barusan.
D- ditingkatkan ke fase di mana manusia seperti tinggal di planet berukuran monster pemakan planet, siapapun, tolong selamatkan diriku sesegera mungkin. Kumohon, kepalaku akan nambah kacau bila terus-menerus menetap di sini.
"Ap- apa katamu?!!"
Selepas semua perkataan disertai akan bukti-bukti konkret, terus aku tidak merasa marah, gitu? Woilah, orang gila macam mana, tuh? Taraf emosinya perlu dipertanyakan sih, asli.
Memposisikan wajah menghadap ke depan, pertanyaan bernada cukup keras spontan keluar untuk ditujukan tepat pada bocil di seberang.
Aelah, lagi asik-asik gelud di arena, nih anak malah ngubah area sekitar menjadi sedikit lain. Aneh memang.
"Hmmm? Kenapa? Kau keberatan, kah? Lagian apa yang ingin takutkan? Aku hanya mengubah realitas, bukan menghancurkan alam semesta."
Dam*, bro, kau mengatakan hal itu semudah membalikkan tangan. Gila, bener-bener tidak waras, apakah aku sedang test uji coba memasuki rumah sakit jiwa? Argghhh, keparat lah!
Tanpa ada rasa beban, Sasha mengatakan bahwa perbuatan ia barusan sekedar mengubah kejadian dunia nyata, tidak terlalu berpengaruh besar. Sekarepmu, lah, mumet juga ngurusin orang sepertimu.
"Bertarung dalam kondisi mata dapat melihat keindahan luar angkasa nan indah, bukankah itu sangat menarik? Terlebih, kali ini bumi memiliki diameter ukuran melampaui apapun di tata surya kita sebelumnya, loh."
K- kisanak kau Sasha!!! Dia, dia memahami secara pasti kalau aku nih lemah dalam otak dan otot. Woilah, kampret juga kau!
Again, Sasha mengucap satu paragraf cukup panjang demi menunjukan kebolehan ia di dalam super power Human Change. Etdah, perasaan aku tidak sedang merawat anak kecil, dah. Kenapa aku mesti memperhatikan kelakuan bodoh dari bocil di hadapan wajahku, sih? Aish, menjengkelkan sekali, pemirsa.
"Hah? Maksudmu-"
"Ya, selain Bumi, Merkurius, Venus Uranus, Matahari bahkan seluruh benda di semesta kita ikut membesar menyesuaikan ukuran Inti Rohku yang telah melipat ganda. Bukankah itu terasa sangat menyenangkan?"
"..."
Me- kau cakap apa barusan? Aku tidak salah mendengar, right? Di beberapa menit lalu, apakah dia mengucap bahwa ini terasa sangat mengasikkan? W- wah, kalau begitu….
MENYENANGKAN MATAMU DITARUH DI KAKI, LAMA-LAMA KUBOMBARDIR JUGA, KAU! GRAAAHH, MENGESALKAN BETUL!!!
"M- membesarkan tata surya, katamu?"
Panik? Terkejut? Jelas iya lah, bodoh! Ya kek mana coba, dia membicarakan itu semua seolah tidak ada arti apa-apa. Maksudku, alam semesta nan luas aja diibaratkan sangat kecil, apalagi bumi tempat tinggal umat manusia. Kacau dah, suwer.
Menyatakan bahwa tata surya sudah membesar mengikuti standar kekuatan, dalam posisi memegang bagian perut, sebuah pertanyaan cukup singkat lantas keluar tepat ke arah lawanku semata.
Begini nih kalau bertarung melawan orang di atas tingkatan kita. Alih-alih bertarung seri, lawan justru dibuat keteteran dah. Rill, not fake-fake, dah.
"Kenapa? Kau kira semua itu tidak akan mungkin terjadi?"
Slash, kartu joker dikeluarkan dengan gaya begitu cantik. Woilah, bukan maksud aku memuji lawan di seberang, tahu tak?!!
Sedikit memiringkan kepala ke kiri, Sasha menjawab pertanyaanku barusan dengan balik bertanya. Bruh, dikira aku ilmuwan berotak pandai? Tidak, aku hanya anak yatim yang kebetulan didiagnosa sebagai keturunan Human Change. Keparat, lah!!
"Ngomong apa sih, kamu? Terasa membuang-buang waktu s-"
"Sudahlah-!!"
...
*Wusssshh-*
Wowowowowo, santai dek, santai. Semua masalah bisa dibicarakan menggunakan otak dingin, bukan main asal nyepam laser tanpa pamrih. K- di sekolah apakah kau tidak pernah diajarkan sopan santun kah, budak?!! Geram banget aku, suwer.
Belum usai aku mengucap, tiada peringatan satupun, tangan kanan yang semula diarahkan menghadap ke depan mendadak bersinar, mengeluarkan cahaya laser berwarnakan emas cerah lagi terang benderang, melaju untuk menargetkan diriku semata.
S- guys, sekarang aku mengharapkan bantuan kalian. Sumpah, dalam kurun waktu ke depan, nyawaku sama persis seperti daging dendeng.
*Sssshhhhhhh*
"Emhhhhhh-"
Tutup mata, tindakan pencegahan mesti dilakukan sekarang juga!
Belum ada semenit aku bergumam, pancaran sinar nan silau secara jelas bener-bener menciptakan sebuah kondisi di mana kelopak bergerak 90% menutupi bola mata tercinta.
Come on, guys, apa kalian ingin melihat diriku mati konyol di sini?! Ayo, berikan aku sebuah petunjuk atau bantuan, lah!
*Wuuuuuusssshhhh*
"Ehhhhmmmmh-"
Kampret, udah silau, sekarang malah terjadi hempasan debu cukup besar? Aish, lasermu sangat menjengkelkan sekali, bocah!!
Selagi punggung tangan kuhadapkan tepat menghalangi laju penglihatan, sebuah hempasan angin tak tahu darimana tetiba hadir hingga membuat tubuhku mundur dalam kondisi diam. Yup, secara tidak langsung aku menyebut bahwa raga digerakkan melalui bantuan angin.
Bruh, aku nih hanya memiliki satu tujuan, menyelesaikan tugas-tugas di akademi dan kembali tinggal di panti. Sesusah itukah takdirku untuk menempa ilmu di sekolah khusus manusia super ini? Ya, kah? Really? Tiada suatu kebohongan, right? Aku mulai mempertanyakan keefektifan garis takdir, ciyusan.
"Hmmmmmh."
Are? Mataku tak merasa silau kembali? Wah, ada yang tidak beres nih. Mau tak mau, cepat atau lambat, aku mesti memeriksanya sendiri, sih.
Tidak dapat menahan rasa penasaran lebih lama, kedua kelopak alhasil kukembalikan ke posisi semula. Terkadang untuk mendapatkan suatu hasil, kita perlu melakukan sebuah pengorbanan. Yah, aku sangat berharap betul bisa menghirup udara bebas selepas kelopak kusingkirkan sesegera mungkin. Semoga tidak terjadi apa-apa!
*Wuuuuuusssshhhh*
"Hmmmmh?"
Sebentar, beri aku sedikit masa. Mataku masih belum terbuka penuh, nih.
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments