...Chapter 3...
...
Hmmm? Barusan Sasha mengucap jurus apa? Aku belum pernah mendengarnya, sungguh.
...
*Tssssiiiiing*
*Duarrrrrrrrr*
*Hooofffhhhhh*
What the f*ck? Bro, kau tidak lagi bercanda, kan? Tidak sedang bergurau, kan?
Gila-gila, hanya karena sebuah perubahan, semua senjata, dimulai dari jarak dekat sampai pada nuklir seketika musnah, menyambut kedatangan Sasha yang tampak menggunakan baju warna-warni bagaikan pelangi.
Yap, putih, hijau, merah muda, merah menyala, biru muda, biru tua, dan terakhir warna hijau, terpampang sebegitu jelas, berada di tiap-tiap gaun buatan Sasha, membentuk sebuah keunikan tersendiri dalam tekstur desain baju.
Uwoooooogggghh, kalau kau ikutan lomba desainer, mungkin juara satunya adalah kamu, Sasha.
Omong-omong, dia mengubah tampilan baju menjadi gaun, ya? Takut sih tidak, hanya bergidik ngeri aja sih.
"..."
Wow, tatapan mata tuh anak membuatku takut, sungguh. Terlebih dia menatap ke lapisan awan, memperhatikan diriku yang aksuh mengambang di udara lepas.
"Habislah kau kali ini."
...
Glek… entah kenapa, feelingku kok agak was-was, ya? Takut terjadi sesuatu nan mengerikan.
Ya, aku harus waspada, apalagi Sasha sudah berevolusi ke bentuk elegan.
...
*Suufffffffhh*
*Wuuuuushhhh*
*Buaarrrrggggghhhh*
Sasha siala*! Sakit betul serangannya, sumpah. Padahal aku belum siap, loh.
Buset-buset, dalam satu kedipan, tidak, dalam satu moment, sebuah pantulan sinar nan terang benderang tetiba melesat kencang, mengenai tubuhku di atas permukaan, menimbulkan sebuah ledakan cukup besar di ketinggian.
Edan memang, barusan itu apa dah? Jujur aku tidak dapat melihat dengan jelas. Sebuah partikel kecil berwarna putih di seberang mata, mungkin adalah satu-satunya benda yang tertangkap sekilas di kedua mataku. Ya, aku pun tak tahu pasti benda apa itu.
Hmmmm….
Hmmmm….
Wait, partikel kecil berwarna putih? Mungkinkah itu adalah sinar cahaya? Tapi kalau iya, masa Sasha dapat menggunakan kemampuan tersebut seenak tuh orang? Ga paham, aku benar-benar tidak paham.
*Hoooooffffhhhh*
Selagi aku bergumam, perlahan tubuhku mulai turun menuju ke bawah tanah. Kisanak, aku tidak dapat mengendalikan tubuhku. Beneran, aku tidak mampu menggerakkan apa pun, sumpah. Ya kali aku pasrah, membiarkan raga ini membentur permukaan tanah sebegitu keras? Huiiih, mengerikan, teramat sangat.
"Nah, kena kau!"
Macam suara tuh bocah, dah? Sasha kan? Owh iya, Sasha.
Oy bocah, berani betul kau melayangkan sebuah serangan aneh padaku? Terlebih, kau melenyapkan semua persenjataanku dalam sekejap mata? Kau tengah kerasukan apa dah? Jin berkekuatan Dewa, kah?
...
*Strrrggghhhhh*
Woy, apa nih? Berasa seperti diikat menggunakan tali tambang, asli. Sasha, tolong jelaskan maksudmu tuh apa?!
Selagi aku meluncur bebas ke bawah, sesuatu bak sebuah tali tambang tetiba mengikat, membalikkan tubuh yang tadinya menghadap tanah, kini berbalik ke posisi sedia kala.
Dibilang untung, sih iya, cuman kenapa aku tidak bisa menggerakkan satu pun bentuk organ tubuh? Padahal nyawaku sudah diselamatkan, loh.
Aaaahhh- resiko tutup mata saat terjun tuh gini nih. Mau tidak mau, suka tidak suka, aku mesti membuka kedua mataku lagi. Akan kubuka sebentar.
...
*Huuuurrrgggghhh*
*Wuuuuushhhh*
W-w-w-
Hol* **** man? Nih orang beneran psikopat sumpah. Siapapun, tolong selamatkan aku dari kegilaan orang satu ini.
Di saat kelopak telah kubuka seperti sedia kala, sebuah air dan juga kobaran api setinggi 10 meter lebih, terlihat tengah maju mengarah tepat ke arahku berada.
Woy, tolongin aku! Aku terjebak di jeratan akar-akar gak jelas!
Begitu aku hendak mengambil ancang-ancang untuk kabur, sesuatu seperti akar raksasa, entah bagaimana ceritanya tiba-tiba bisa muncul, mengikat dari ujung kaki hingga ke ujung leher. Kampret, kalau begini aku mana bisa bergerak. Kumohon, beri aku sebuah petunjuk.
...
Sia*, belum selesai juga ternyata. Ayolah, berpikir supaya dapat ide untuk lepas dari sini!
Hmmmm….
Hmmm….
Sebentar, loh, pffffft- hahahaha….
Kenapa tak kepikiran sedari tadi sih? Aish Alex, Alex, mengapa kau sebodoh itu. Ada-ada saja dah.
Selagi melamun dalam benak, secara ajaib otakku memunculkan sebuah ide brilian. Baguslah, dengan begini aku bisa kabur dari sini.
...
*Tsssssiiiiing*
Yosh, benda-benda yang kumaksud telah hadir di sekitar area. Sekarang tugasmu adalah….
*Ngeeeeeennngggg*
*Slash!*
Nah, bagus-bagus. Tubuhku sudah tak merasa sesak seperti tadi. Sumpah, saat dibelenggu, aku sangat sukar untuk bernafas. beneran, tidak lagi bercanda aku.
Haah- haah- haah-
Tak butuh waktu lama, semua senjata yang kupanggil bergegas memotong akar di sekitar tubuh, membuat tubuhku menjadi lega dan dapat bergerak bebas.
Haah….
Nah Sasha, sepertinya kau memang perlu diberi sedikit pelajaran.
"Oke Sasha, kalau kau macam tuh, maka aku akan menghadapimu lebih serius."
...
Ya, satu-satunya cara untuk mengalahkan Sasha yakni dengan mengajaknya duel pedang.
*Tsssssiiiiinnnggg*
Wow, sebuah pedang berukuran setengah dari lengan manusia, muncul di hadapan mataku. Jadi inikah gabungan antara pedang dan katana? Sangat keren lah, sungguh.
"Yosh, maju sini!"
"Hoooooooohhhhh." Sambil lari, aku mengucapkan sepatah kata sedari mulut, mengisyaratkan bahwa aku sudah siap untuk melakukan pertempuran jarak dekat.
"Percuma saja, nomor urut 100."
Nih orang budeg apa gimana, sih? Kan sudah kubilang, jangan memanggilku sesuai urutan nomor. Kau kira aku penunggu karcis, kah?
"Namaku Alex, lah!"
Mengucapkan panggilan untuk diri sendiri, mungkin tidak ada salahnya bukan? Toh tuh anak belum pernah berkenalan denganku.
"Terserah, lebih kau kubur mimpimu dalam-dalam, atau-"
Apa? Kenapa? Jelaskan padaku. Oy, jangan ngilang. Buset dia malah mengangkat tangan kirinya tanpa sebab.
Belum selesai bercakap, entah mengapa tuh anak malah memposisikan tangan sedikit lebih tinggi dari kepala sendiri. Buset, dia mau ngapain, dah? Sumpah setia?
"Hah? Apaan?!" Terus melangkahkan kedua kaki, aku melontarkan sepatah kata dari mulut.
"Kau tengoklah ke atas sana."
Fumu, apa kau ingin membahas tentang tsunami tadi? Etdah, kecil itumah. Tinggal kabur menggunakan pesawat jet. Gitu aja ribet.
"Hmmm?"
Untuk menutupi rasa penasaran di dada, tanpa membuang-buang waktu lagi, aku segera untuk menengok ke atas.
"Siala* kamu Sasha!"
Memang betul-betul nih orang, perlu kuberi pelajaran kah?
Edan-edan. Bayangkan boy, udah tsunami, sekarang dia manggil meteor? Mantap jiwa dah.
Begitu kepala ini telah mengarah tepat ke langit-langit biru, fenomena tsunami yang kulihat sebelumnya sekejap berubah menjadi sebuah pemandangan meteor besar kini tengah menuju ke arah kami berada.
Siapapun, tolong k- maksudku, tolong aku. Kalau hanya tsunami, aku masih dapat mengatasinya, lah ini meteor loh. Mana benda itu memiliki dua warna, yakni merah dan biru. Semoga aku dapat selamat di kemudian hari.
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments