...Chapter 6...
Yap, itu benar. Saat cahaya seterang ajaran agama hendak menyinari ke arahku, sebuah kulit tank berbentuk tembok nan menjulang ke atas, hadir untuk menutupi tubuhku. Mungkin Inti Roh merespon akan cahaya terang di hadapan, sehingga sebuah kulit tank bisa muncul dalam waktu sekejap mata.
Fiuh, syukurlah, berkat kerjanya, aku bisa terhindar dari paparan sinar di depan. Arigatou, Inti Roh. Kaulah adalah penyelamat hidupku. Sungguh, tiada satu pun gurauan kali ini.
"Mantap dah Inti Roh, kau memang terbaik. Dengan begini, aku dapat mel-"
*Krrrrrrkkkk- krrrrkkkk-"
Are? Sepertinya aku mendengar suara, deh. Tapi… di mana? Juga barusan frekuensi suara dari siapa? Tolong jelaskan dulu kepadaku, oke?
Selagi aku menghela nafas menuju keluar, bunyi aneh secara jelas terdengar dikedua telinga. Oy, tolong dululah, aku benci hal berbau horor. Sumpah, buat apa aku bercanda, coba?
*Krrrrkkkk- krrrrrrkkkk- krrrrkkkk- krrrrkk-*
Wowowowow, tidak hanya sekali, suara tersebut jelas-jelas terdengar di sekitar area. Siala*, apa yang mesti kulakukan nih? Tiada satu pun petunjuk saat aku menoleh ke sekeliling tempatku berdiri.
Bingung bercampur rasa penasaran, segera aku pun menolah-noleh, melihat apakah ada suatu hal mencurigakan di dekatku dah.
Sangat amat disayangkan, sudah berulang kali aku mengedarkan pandangan, jawabannya masih saja belum memuaskan. Yah, permukaan tanah berwarnakan cokelat terang merupakan satu-satunya pemandangan yang dapat terlihat dari kedua mataku.
Bentar, barusan tadi bunyi apa dah? Tapi pas kulihat kok tidak ada sama sekali sih? Maksudku, suara bagaikan kaca yang ingin retak itu jelas sekali terdengar di telinga, namun begitu kutengok ke sekeliling, aku tidak mendapati sumber daripada suara tersebut.
Huuuu… berasa masuk ke teater horor, asli.
*Krrrrrrkkk- krrrrkkkk- krrrrrrkkkk-*
*Krrrrrrkkk*
Fumu, kalau kupikir-pikir, suara itu lama kelamaan terdengar semakin menguat. Bahkan frekuensi bunyi tersebut terus terjadi hingga beberapa kali.
Sebaiknya aku melihat-lihat kembali ke sekitar area.
"..."
Eits, tunggu sebentar, ini hanya perasaanku atau memang perisai tank di depanku tampak seperti permukaan kaca selepas dipukuli menggunakan palu.
Slash, kenapa nih? Ada apa dengan perisai buatanku? Mungkinkah ia tidak tahan menahan pancaran cahaya di bagian depan? Atau…
Cahaya di depan bukanlah sebuah fenomena alam?!
Tepat begitu aku memfokuskan pandangan ke arah depan, kumpulan kulit tank yang membentuk sebuah tembok melayang secara mengejutkan tampak mengalami banyak kerusakan. Permukaan retak, terdapat banyak sekali goresan di mana-mana, juga beberapa bagian terlihat seperti bolong dan menimbulkan efek panas menjalar ke sekitar bagian.
Siala*, kalau memang benar dugaanku sebelumnya, dengan kata lain Aku-"
"Haaah- haah- haah-" Buru-buru aku berlari, melangkahkan kaki menuju ke belakang, menghindari sinaran cahaya di balik permukaan kulit tank.
Kampret, kenapa, kenapa aku baru menyadari hal ini, sih?! Kisanak kamu Sasha!
*Krrrrkkkk-krrrrrrkkkk-krrrrkkkk-
*Praaakkk*
Gawat, benar-benar gawat. Beri aku sebuah kesempatan untuk berlari. Kumohon, lah, baru ¼ jalan nih.
Selagi fokus menggerakkan kedua kaki, sejenak aku mendengar suara retakan cukup besar dari arah belakang.
Fumu fumu, mungkinkah suara barusan berasal dari perisai berbahan dasar kulit tank? K- kalah iya, s- s-semoga perisai di belakang tidak hancur sebelum aku dapat menjauh. Kumohon jangan membuatku takut.
"..."
Siala*, tidak ada harapan lagi bagiku untuk hidup. Keparat kau Sasha!
Berlari sambil menghadapkan kepala ke belakang, sejenak aku membisu saat melihat kulit tank yang berjasa bagi hidupku kini dalam sekejap hancur menjadi asap hitam.
Semuanya, tolongin ak-
*Buaaaaahhh*
Kampret-kampret-kampret! Argghhhhh- kisanak betul memang!
Belum ada jeda pasca hangusnya perisai menjadi debu, cahaya yang sebelumnya berhasil terblokir sempurna dalam waktu cepat bersinar, menerangi seluruh wilayah tidak terkecuali tempatku berlari.
Dam*, asli, kurang aja betul tuh bocah. Awas saja kau Sasha!
"Argghhhhh-!!"
Ini bukan hari kesukaanku! Sumpah, sial betul aku, sungguh!
Hendak melanjutkan perjalanan, menjauh dari lokasi kejadian, tanpa aba-aba cahaya milik Sasha bersinar, menembus tepat ke arah punggung, menyebabkan sebuah rasa sakit nan hebat di bagian organ terdalam.
"Argghhhhh-!!"
*Duarrrr*
Yah, begitulah nasibku sebagai seorang Human Change, kalau tidak membunuh, ya jadi pihak yang terbunuh.
Selang 5 detik kemudian, aku yang tidak kuasa menahan rasa sakit lantas meledak, menimbulkan sebuah efek letupan cukup dahsyat di sekitar tempat terakhir kali aku berlari.
*Brukkkkkk*
T- siapapun, kumohon tolong aku. Ak-ak- aku tidak kuat untuk melakukan hal apa pun.
Terkena silauan sinar tanpa ada pemberitahuan sama sekali, alhasil tubuhku pun ambruk, menghantam tanah sebegitu keras.
Eits, kalian semua tak perlu risau, sebab aku terjatuh dengan mendaratkan kedua dengkul terlebih dahulu.
"Haah- haah- haah- haah-"
Gila, berasa macam ikut audisi seorang psikopat aku. Mana sakit betul lagi.
Dengan posisi duduk setengah berdiri, hela nafas terdengar cukup cepat, menarik dan buang nafas dalam waktu berdekatan. Sumpah, tubuhku rasanya berat betul untuk digerakkan.
"Hoooooohhhhh!!"
Perempuan dengan postur tubuh pendek di seberang mata? Jangan bilang dia adalah Sasha, seorang anak keturunan First of Wizard di planet tempat aku lahir ini?
Yap, itu benar, selagi aku memerhatikan area sekitar, Sasha, selaku bocah menjengkelkan yang pernah kukenal, saat ini tengah berdiri, memegangi sebuah pedang berukuran setara akan tubuh, mencoba meneriakkan satu patah kata melalui mulut lebarnya.
Oy Sasha siala*! Diamlah, telingaku merasa sangat terganggu, tahu gak?!
"Hoooooohhhhh."
Woy, berisik lah. Apakah perkataanku barusan masih belum cukup jelas di telingamu?
"Doryaaaaaahhhh!!!"
Kampret, narasiku malah dikiacangin. Memang-memang nih bocah.
Alih-alih berhenti, dengan segenap raga, Sasha kembali menjerit sebegitu keras, membuat sebuah frekuensi suara nan tinggi di sekitar tempat arena pertandingan diadakan.
Grrrrrrhh… DIAMLAH SASHA BEG*!
Berisik, tahu gak?!
*Hooooooffffffhhhhh*
Siala*, tadi berisik, sekarang malah menerbangkan banyak debu ke seluruh area. Maumu apa sih?!
Selang 2 menit selepas teriak-teriak tanpa sebab, pada akhirnya Sasha memilih berhenti, menutup mulut rapat-rapat, tidak melakukan pergerakan apa pun selain bernafas.
Ya-ya, kuakui kalau kau tidak menjerit-jerit kembali, tapi angin yang kamu lemparkan tuh terasa sangat menyebalkan. Sasha, cepat minimalisir debu di sekitar, semua ini tak akan terjadi kalau bukan karena engkau, oke? Mengerti kau?!
Selagi Sasha mingkem, sebuah angin berwarna cokelat kegelapan tetiba muncul dan mulai menyelimuti arena pertandingan. Tahulah, pusing aku menghadapi bocah satu itu.
"Hmmmmmh."
Apa lagi? Ya kali aku akan diam melihat kumpulan angin berdebu hendak mengarah padaku? Jelas tidak bukan? Ada-ada saja, deh.
Melihat angin berdebu tersebut menyebar kurang dari 1 detik, segera kedua mata yang sebelumnya terbuka lebar lantas kututup, menghindari potensi debu dapat masuk ke dalam indera penglihatan.
Semoga selamat, semoga selamat.
*Hoooooossshhhhhh*
Bersambung…..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments