...Chapter 2...
"Kisanak!"
...
Mancing emosi betul nih anak. Kalau bukan karena pertandingan, sudah tentu kau kuantarkan tepat ke gerbang kematian. Apa?! Aku tidak sedang bercanda! Setan memang!
Wow-wow-wow, excellent. Bermodal satu kalimat, seluruh senjata terhebat yang pernah diciptakan oleh manusia dalam waktu sekejap langsung berjejer rapi di sekitar aku menapak.
Gile-gile, senjata-senjata itu berasa seperti hidup, asli.
Selesai aku mengucapkan kalimat sedari mulut, semua senjata, entah itu senjata api, pendek, panjang, setengah panjang, bahkan persenjataan berat seperti tank, jet, helikopter tempur, pun hadir menutupi area sekitarku berdiri. Dengan kata lain, semua senjata di muka bumi ini kupanggil untuk membantuku melawan Sasha.
Yosh, kali ini aku akan mengalahkanmu, bocah tengil. Bersiaplah!
...
Sangat mengagumkan, sungguh, mataku sampai tidak mampu untuk berkedip.
Begitu aku mengucap dua patah kata, seluruh senjata di sekeliling kini mulai menyerang Sasha dengan cara mereka masing-masing. Entah itu senjata jarak dekat, jarak menengah, jarak jauh, senjata berat, bahkan senjata udara seperti rudal balistik tampak meluncur bebas ke arah Sasha berdiri. Makan tuh Sha, hadapin semua seranganku tanpa kabur, ya?
Omong-omong, sekarang aku mesti melakukan apa? Perlukah menonton dia menyelesaikan semua seranganku? Atau kembali melancarkan serangan besar padanya?
Hmmmm….
Kalau boleh jujur, aku lebih suka opsi kedua. Terlebih Sasha bukanlah anak biasa. Lahir sebagai Human Change dari keturunan Wizard Elemental, sudah tentu kekuatan mereka, tak terkecuali Sasha, berada di tahap orang normal tidak akan mampu untuk melawannya. Seriusan, aku tidak sedang bercanda ini.
"Haaaaapppp…." Tanpa berkata-kata lagi, aku segera melompat, menggapai permukaan awan nan tinggi, mencoba melayang bebas di ketinggian cukup signifikan. Yo, aku sudah seperti burung di kala pagi tiba, serius.
...
Untuk membuat Sasha terluka, apa pun akan kulakukan, sekalipun harus meledakkan arena menggunakan ledakan nuklir. Ya, itu harus, ini demi kebaikan kita semua!
Di saat semua senjata tengah mengarah pada tuh bocah, aku yang masih merasa kesal kemudian berkata, mengucapkan satu kalimat pendek dari mulut, menciptakan sebuah tragedi pada sejarah manusia. Yap, tragedi itu bernama penggunaan nuklir.
*Duarrrrrrrrr- duarrrrrrrrr- duaarrr*
Kurang, seharusnya lebih semarak lagi!
*Duarrrrrrrrr- duarrrr- duarrrrrrrrr- duarrrr*
Lumayan, teruskan!
*Duarrr- duarrrr- duarrr- duarrrrr- duarrrrr-*
*... Duarrrrrrrrr- duarrrrrrrrr- duarrr- duarrr*
Nah gitulah, kan terasa enak didengar. Hahaha, aku berasa mengikuti festival kembang api, dah.
Tak berselang lama pasca aku mengucap, sebuah ledakan nuklir berdaya ledak tinggi terjadi di sekitar Sasha. Parahnya lagi, letupan tersebut tidak hanya satu dua kali saja. Kalau dikalkulasikan, mungkin mencapai puluhan? Entahlah, aku pun tak tahu pasti. Yang jelas, selepas sebuah ledakan tercipta, ledakan lain akan lahir di area bekas ledakan barusan, biasa disebut sebagai ledakan berantai.
Owh, ya, sampai lupa aku. Siklus ledakan berantai di sekitar Sasha tidak akan mengalami kata henti. Jadi sebelum aku mengucapkan kata berhenti, maka rentetan letupan demi letupan bakal terus tercipta, tanpa ada pengecualian sedikitpun.
Yosh, mari kita lihat apa tindakan Sasha.
"Menyebalkan kamu, peserta nomor urut 100!"
Waduh, dia marah dong. Haha, santai aja dong, santai, sedari tadi emosi mulu.
Fumu, semua senjata milikku masih berusaha untuk melukainya, ya? Baguslah, teruskan, buat dia terluka hingga ia tidak mampu untuk melanjutkan pertandingan.
Sambil menatap ke bawah, suara tembakan dimulai dari senjata ringan, menengah, maupun senjata berat, terdengar begitu jelas di kedua telinga. Tidak hanya senjata seperti tank, rudal, bahkan nuklir sekalipun kuciptakan untuk memojokkan Sasha dari segala penjuru.
Satu arah, satu target, kumpulan senjata kepemilikanku ini memiliki satu tujuan serupa, tak lain dan tak bukan yakni melukai Sasha seorang.
Come on, Sasha. Masa kamu diam aja, sih? Ayolah, tunjukkan potensi dan juga jati dirimu! Aku ingin kau mengeluarkan seluruh staminamu, oke? Penting soalnya.
Omong-omong, kalian tidak perlu khawatir dengan arena. Kok? Bukankah kamu menciptakan banyak sekali nuklir di sekitar?
Yap, memang benar kalau aku dapat menghasilkan nuklir tiada henti. Namun perlu kalian perhatikan bahwa aku bukan berada di arena kaleng-kaleng. Maksudku, tempat yang menjadi lokasi aku dan Sasha bertarung saat ini memiliki standar tinggi, di mana seluruh kekuatan tak terkecuali kekuatan nuklir sepertiku bakal teredam sehingga tidak menimbulkan dampak negatif di sekitar arena. Kan ribet banget kalau kita, selaku peserta dalam arena mesti mengganti rugi karena telah berani mewujudkan senjata mematikan tanpa mengenal kata henti.
...
Haha, mantap pihak akademi, sumpah, lanjut terus hitung mundurnya. Aku sudah tidak ada cara lain untuk menahan nih bocah.
Bodo amat kalau aku tidak bisa melukai Sasha, yang penting aku dapat mengulur waktu hingga pertandingan usai. Dengan begitu aku dapat memenangkan pertandingan tanpa mengalami cidera sedikitpun. Ide yang sangat brilian, bukan?
"Gimana Sasha? Apa kamu memiliki niatan untuk menyerah? Waktu sudah mepet nih."
Sombong? Kuras tidak, deh. Kan aku hanya menyampaikan kebenaran pada nih anak. Harusnya dia berterima kasih padaku, dong. Ya kan?
"Kisanak kau pria!"
Oy Sasha, aku nih memiliki nama lengkap, dan nama panggilan. Kalau kau sukar mengingat nama lengkapku, maka lebih baik memakai nama panggilan sahaja, kan? Itu dasarnya, kan? Lah kalau anak ini tidak, dia memanggilku berdasarkan wujud kelamin? Yo what the fuc*?! Kau tidak bisa atau malah tidak tahu-menahu soal namaku, sih? Bingung aku sumpah.
"Akan kuselesaikan pertandingan ini dalam waktu sesaat!"
Fumu, sesaat? Jangan kebanyakan bermimpi, Sasha. Dengan waktu dan keadaanmu yang terpojok, mana mungkin kamu bisa membalikkan keadaan tanpa membuang-buang masa? Tak percaya aku, sungguh. Buktikan coba sekarang.
"Fufu, sekilas kau mengucap sebuah kalimat bualan belaka."
"Bualan kau kata?!!"
Hmmm? Memang betul, kan? Perkataan ia barusan tidak lain hanyalah omong kosong sahaja. Tidak lebih, dan juga tidak kurang. Kalau fakta, kenapa kamu harus marah, coba? Dasar kocak.
"Kan memang fakta, masalah?" Sambil terus mengambang di permukaan, aku menghadapkan kepala ke bawah, menatap Sasha di pojokan arena, terkurung oleh seluruh tembakan dan juga serangan dari seluruh senjataku.
Sudahlah, Sha, kalau kalah, kalah aja. Ga usah berlaga berada di atas angin. Hadeh, memang beda keturunan keluarga Wizard satu ini.
"Kisanak kau!! Kalau kau menginginkan sebuah pembuktian, marilah!!!"
Wow, gertakan cukup kuat. Tapi setidaknya aku sudah berada di atas angin. Sasha tidak akan bisa lepas selama ia belum bisa melarikan diri dari semua serangan senjataku. Yah, itulah alasan kenapa aku bisa tenang, sekalipun Sasha dibalut akan rasa emosi begitu tinggi.
"Kau tengok aja nih!!"
Hmmm? Tengok? Tengok apa? Oy, jangan membuatku penasaran, juga, jangan bertindak terlalu berlebihan.
Sasha, kendalikan dirimu!
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments