...Chapter 7...
*Hooooffffhhhh*
"Haaah-"
Are? Macam suara hembusan nafas dah. Kan? Kalian juga pasti mendengarnya, right? Jujurlah!
Selagi dalam kondisi mata tertutup, sejenak pendengaranku menangkap suara seseorang tengah menghembuskan kumpulan karbondioksida menuju keluar hidung.
Hadeh, rasa penasaran lagi-lagi tertanam di dalam benak. Aaah… tidak ada pilihan, daripada diliputi rasa penasaran, akan lebih baik kalau kedua bola mata ini kembali kubuka seterang tirai jendela. Ya, itu sangat membuatku terheran-heran.
"Hmmmmh." Pelan tapi pasti, salah satu indera dengan fungsi untuk melihat kini kubuka kembali ke posisi semula.
Yosh, sekarang mari kita lihat asal muasal dari suara tersebut.
"..."
E… bro, aku tidak sedang melihat sebuah patung berbentuk anak kecil, kan? Bila iya, maka alasan logis Sasha diam bak seorang mumi tuh apa? Ya kali dia kerasukan di tengah pertandingan, gak lucu banget, sumpah.
Begitu sepasang mata tertuju pada sumber bunyi, gadis kecil berusia sekitar 6-10 tahunan terlihat tengah terdiam, memfokuskan pandangan ke arah depan, menghadap tepat ke tempatku berada.
Oooke, Sasha, nama panggilan untuk tuh bocah, bisakah kau hentikan aksimu? Karenamu aku jadi diliputi rasa takut, sungguh.
Katakan kalau kau tidak sedang terkena ilmu hitam. Tolong jawab pertanyaanku, Sasha.
"Haaaaah…."
Nah, bergerak juga pun. Baguslah, kukira kau tengah mendalami ilmu sakti bak leluhur dulu.
Selang beberapa saat kuperhatikan, Sasha pada akhirnya menggerakkan tangan kanan mengeluarkan udara kotor sedari dalam hidung.
Owh, pertanyaan baru kembali kudapatkan. Tangan terangkat hingga setara posisi muka, apakah kau tengah mengadakan persembahan? Kan bias-
...
*Tssssiiiiiiiiiiiiiiiiing*
Wowowowow, silau oy! Sasha, aku tahu kalau perbuatanku sebelumnya tidak bisa dimaafkan gitu aja. Hanya saja, melakukan aksi konyol macam nih, apa kau ingin membuatku buta?!!
Mengucap beberapa kata dari dalam mulut, Sasha dengan tatapan sinis mulai menaikkan tangan, menciptakan sebuah silauan cahaya cukup terang di sekitar,
Kumohon hentikan perbuatanmu Sasha. Tidak hanya aku, seluruh spectator yang tengah menonton pertandingan bisa mati karenamu. Tolong dululah, pikir-pikir dulu jika ingin bertindak. Asal seenak jidat aja.
"Hmmmmmh."
Apa lagi? Kau kira mataku terbuat dari kaca yang dapat memantulkan cahaya? Kaga kan?
Merasakan sensasi melihat matahari secara langsung, kelopak di kedua mata spontan bergerak menutup hampir seluruh permukaan indera penglihatanku.
Fiuh, untung tubuhku tersusun atas sel-sel nan hebat. Ya seperti inilah, ga kebayang kalau mataku telat untuk menutup.
Huuuuh… bisa-bisa kena rabun mata, asli.
*Hooooffffhhhh*
"Hmmmm?"
Tadi suara Sasha, sekarang apa lagi? Jangan membuatku bingung lah.
Selagi kepala menunduk, mencoba meminimalisir cahaya nan silau dari arah depan, sekali lagi aku mendengar suara aneh tepat di dekat aku berdiri.
Etdah, keanehan di luar logika manusia senantiasa menyelingi hidupku. Apakah aku tergolong seroang yang istimewa? Atau… malah sebaliknya?
Entahlah, pusing sendiri aku.
"Hah?"
Oke, Inti Roh, apakah ini adalah ulahmu? Tidak siapapun yang mampu membuat shield berbentuk kulit tank seperti di depan selain engkau. Mengaku saja, aku tidak akan marah kok.
Saat sepasang mata telah kembali terbuka seperti semula, sebuah kulit tank berbentuk tembok bangunan melayang sangat jelas bagi siapapun mereka yang dapat melihat.
Fumu, menciptakan sebuah perisai tank, mungkinkah Inti Roh berusaha untuk melindungiku? Really? Seriusan? Kalau iya, aku sangat berterima kasih sih.
Haaah….
Akhirnya silauan sinar nan terang itu dapat dihalau oleh tembok tank di depan. Syukur deh, sangat-sangat bers-
*Krrrrkkkk-"
*Braaakkkkk*
Owowowowo, i- ini bohongan, kan? Cuman bohongan kan? T- tolong selamatkan aku.
Hendak mengelus dada sebagai pengucap rasa syukur, pertahanan unik buatan Inti Roh milikku tetiba mengalami keretakan, memperlihatkan beberapa garis-garis aneh berwarna putih silau di beberapa bagian, terus mengalami penyebaran kerusakan hingga benda di depan tak lagi menjadi sebuah benda padat.
Yah, pelindung di hadapan sekarang telah hancur menjadi debu-debu seputih salju.
S- siapapun, t- bawa aku pergi dari sini.
*Tsssssiiiingggg-*
"Buarggggghhhhh-!!!"
Panas betul ******!!! Waaarrgghhh….!!!!
Belum sempat aku mengedipkan mata, silauan cahaya nan terang tetiba hadir, mengenai seluruh area termasuk tempatku berdiri, membuat suhu tubuh membengkak melebihi angka normal, menciptakan sebuah jeritan keras yang keluar sedari dalam mulut.
Argghh!!! Sia* betul!
*Buarrrggggghhh-!!!"
*Hooffffhhhhhh-*
*Duarrrrr*
Siala* kamu Sasha!!! Udah berulang kali simulasi pembunuhan kau lancarkan, dan sekarang, sebuah proses manusia menjemput ajal secara paksa kau lakukan kepadaku? Kisanak lah!!
Terus bersinar menerangi seluruh ruangan di lokasi arena, aku yang berada tepat di dalam area lantas meledak, sebagai akibat akan penerangan cahaya cukup besar melebihi tangkapan kedua bola mataku.
Woilah, meledak karena pemanasan cahaya. Sing bener ndesek loh rek?
*Hooofffhhh-*
*Brukkkk*
Apa?!! Ingin mengejekku, kah?!! Grrrh!!!
Selang beberapa saat berteriak, secara tidak sengaja kesadaranku melayang, masuk ke dalam ruang imajinasi tanpa batas, terus membara sampai tidak sadar kalau tubuhku ambruk dalam waktu dekat.
Woi, tolong keluarkan aku dululah. Tak lama lagi aku bakal dijadikan ayam panggang super pedas nih. Pertolongan medis, kuharap kau tidak melupakan tugas utamamu.
*Tssssssrrrrrrttttt*
*Duuuuurrrrrrffffhhh*
Apa? Barusan suara apaan?! T- bagaimana nih? Aduh… mana kesadaranku tengah rebahan santai di alam mimpi lagi.
Aaahhhh… pusing lah.
Selagi aku berbaring tepat di permukaan tanah, sesuatu bak sebuah gelombang kejut tetiba terdengar cukup keras di area sekitar tempatku tiduran.
Ya, beneran, semacam itu dah. Aku pun tidak tahu pasti soal dari manakah sumber suara tersebut. Huhuhu, sekarang aku mesti melakukan apa?
*Hooooooffffffhhhh*
Mau berapa kali aku mesti begini? Ingin membuatku menderita, kah? Au dah pusing.
Selagi terus mencoba sadar dari jeratan mimpi, sejenak kedua telingaku menangkap semacam hembusan angin nan kencang di sekitar lokasi.
Etdah, padahal cuaca tidak menunjukkan adanya potensi bahaya angin kencang, lah ini kok bisa muncul tiba-tiba, coba? Tidak masuk akal.
"Emhhhhh."
Yosh, kesadaranku sudah pulih kembali. Baguslah, aku tidak perlu meminta teori kalian semua.
Selang menjelajahi alam bawah sadar untuk waktu lama, pada akhirnya aku berhasil membuka kedua mata sebagai pertanda bahwa diriku berhasil untuk bangkit.
Sip dah, berhubung kelopak mata secara perlahan kubuka, aku jadi tak sabar melihatnya.
"Hmmmmmh?"
"..."
Yo what the f*ck?!! B- bro, mataku tidak rabun, kan? Aku tak sedang mengkhayal, kan? Kalau macam tuh….
Bagaimana bisa sebuah angin topan bergoyang hingga membentuk putaran hembusan cukup kencaaaaang?!!
Tepat saat kedua penglihatan telah terbuka lebar, sejenak aku terdiam, memandang sebuah pusaran topan tak jauh dari posisiku berada. Iya, beneran, berada dekat sekali tanpa ada jarak pengamanan satu pun.
S- siapapun, kumohon tolong aku....
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments