...Chapter 8...
Woilah, author, kalau mau buat adegan tuh yang bener dikit napa?!! Alih-alih bagus, fenomena di depan justru malah terasa mengerikan. Suwer, ngapain aku bohong? Dasar penulis konyol!
"..."
Anak kecil, berdiri di tengah dashyatnya topan di depan? Jangan bilang kalau dia….
Anak itu, ya? Keturunan legendaris, seorang Wizard Elemental terhebat lagi ternama di kalangan masyarakat. Yap, siapa lagi kalau bukan Sasha si bocah gemblung. Hadeh, capek betul aku dengan tingkahnya, asli.
Tepat di seberang mataku saat ini, seorang gadis berusia sekitar anak SD dengan sangat jelas terlihat tengah berdiri di tengah-tengah pusaran angin.
Etdah, tuh orang nyawanya terlalu banyak apa gimana dah? Nekat betul, asli.
*Hooooooffffffhhhh*
*Hooooffffhhhh-*
*Wuuuuushhhh*
Woy-woy, angin, pelan dikit kek. Tanpa sadar kau hampir membuatku kelilipan. Etdah, dasar tak tahu adab memang.
Selang beberapa saat berputar, hembusan angin di sekitar Sasha tetiba berpecah, membuat sebuah fenomena angin puyuh cukup kencang, melepaskan tekanan angin nan besar ke segala arah, tak terkecuali area tempatku rebahan.
Oke, kalau hanya kejadian angin biasa, aku no problem. Kali ini gak, debu pun ikut menyertai, kampret!
Selagi fokus menatap ke depan, kumpulan angin yang mengandung debu-debu cukup menyebalkan tetiba menyerbu tepat ke arahku. Etdah, udah angin, berdebu pula. Menyebalkan betul!
"Emhhhhhhh-"
Apa lagi? Tak mungkin akan memaksa mata untuk terus terbuka bukan?
Paham kalau mata tidak dapat bertahan lebih lama, segera kedua kelopak pun bergerak, menutupi hampir sebagian dari indera penglihatan, menutup akses masuk menuju ke dalam bagian.
Haaah, untung tubuhku tersusun seperti sebuah peralatan teknologi. Sangat canggih betul, serius.
"Hmmmmmh." Tetap dalam kondisi mata tertutup, kedua tangan di pinggang lantas kunaikkan, ditempatkan tepat berada sedikit lebih tinggi dari kepala, mencegah agar debu di depan tidak bisa langsung masuk gitu aja. Dengan kata lain, aku menaruh kedua tangan tepat di hadapan mata, paham?
*Wuuuuushhhh-*
"Emmmmmmhhhhhh-"
Kisanak, semakin lama kok semakin berhembus kuat sih? Argghhhhh!!
Alih-alih melemah, angin yang tak jelas asal usulnya dari mana justru malah berhembus lebih kencang dari beberapa saat lalu. Siala* kau angin!!
*Wuuuuushhhh-*
*Wuuuufffffhhh*
*Wuuuuushhhh*
"Emhhhhhhh-"
Now what? Apakah aku akan terjebak di dalam situasi ini?
Selagi mengangkat tangan setinggi posisi kepala, aku mencoba menahan laju angin di hadapan untuk beberapa saat.
"…"
Bro? Aku tidak sedang terdampar di pulau tanpa satu macam pun penduduk, right? Aku tengah berada di dalam arena, kan? K- kalah iya, kenapa aku merasakan sensasi hidup di kota tak berpenghuni?
Belum ada jeda selepas mengucap narasi, angin yang sebelumnya sempat membuat kelopak mataku bergerak menutup kini secara tiba-tiba tiada tanpa ada kejelasan lebih detail.
Kalau disimpulkan, fenomena menghilangnya angin puyuh secara mendadak, ya? Ooke, ilmuwan, aku butuh penjelasan dari kalian. Otakku benar-benar bingung, serius.
"Hmmmm?" Apa? Masalah kah bila aku membuka mata? Aish kalian ini….
Mencoba memecah rasa penasaran, kedua kelopak spontan kubuka, memberikan kesempatan kedua pada mata, mencoba menangkap gambar tepat di hadapan mata.
Cepat atau lambat, aku akan melihatnya.
*Hoooooffffhhhh*
"..."
Oh- my- God. What the fuc* bro? Sas, Sasha, kalau kau membenciku, bencilah, tapi aku mohon banget padamu, jangan membuat suatu perihal aneh semasa kita berdua bertanding.
Haah… Sasha, kau ini hendak bertarung atau mencoba menciptakan sebuah fenomena alam di dalam arena? Gile, niat betul, sumpah.
Saat sepasang mata tertuju tepat ke arah target, mataku melongo, bibir terdiam, tak mampu mengucap apa-apa, melihat seorang anak kecil di seberang kini dipenuhi oleh banyak sekali warna-warna aneh di sekujur pakaiannya.
Yap, dialah Sasha, seorang gadis kecil berambut panjang dengan sikap berputar balik daripada bocah seumuran dia. Entahlah, aku pun pusing terhadap kelakuan tuh bocah. Bener, tidak sedang bercanda kok.
"Haaah-"
"Now i'm ready."
Siap? Siap dari apa? Mungkinkah kamu memiliki rencana tersembunyi untuk mengalahkanku?
Menghela nafas panjang, Sasha secara spontan mengucapkan beberapa patah kata sembari menurunkan tangan kanan hingga setinggi kepala.
Ookke, kuakui kalau bajumu cukup menawan, hanya saja hal yang membuatku heran tuh satu, telunjukmu kenapa mengarah ke arahku, coba?
Seusai ia menyelesaikan kalimatnya, entah mengapa Sasha diam, mengarahkan sebuah telunjuk, menatapku dengan tatapan begitu tajam, terus memperhatikan posisi tersebut untuk beberapa saat ke depan.
Memelototiku? Kenapa? Ada apa? Apakah aku melakukan sesuatu tidak benar? Iyakah? Sungguh? Kalau iya, tolong katakan sekarang juga. Aku berjanji untuk tidak mengulangi lagi, suwer.
"Lalu? Cuman gini aja?"
Hehe, bikin orang lain marah dulu ga sih? Lagian dia bertingkah aneh macam tuh. Jadi ga salah kan, aku?
Melihat Sasha diam, memperhatikanku bak seorang penguntit, aku yang merasa tidak nyaman lantas melontarkan sebuah pertanyaan simpel untuknya.
"Orang yang meremehkanku akan mati dalam kebinasaan."
Wuuu… mengerikan betul, asli. Ucapanmu terdengar seperti seorang penyihir, serius.
Tetap dalam posisi memperhatikan, Sasha merespon ucapanku dengan kepalan tangan kiri. Ini menandakan kalau ia benar-benar sudah hilang kesabaran.
Oke Sha, aku tahu kamu murka, tapi ada baiknya kalau kau tidak melakukan hal-hal gila selepas nih. Paham? Janji tidak mengamuk? Did you understand?
"Are? Apa maksudm-"
...
...
"…"
K- a- a- a- a- apa ini? K- k- k- k- kenapa jadi begini? A- aku bingung, tidak, o-otakku tidak dapat memahami kejadian saat ini!
Hendak melontarkan sebuah pertanyaan dari dalam mulut, sirine arena secara lantang memberitahukan bahwa waktu pertandingan tersisa tidak lama lagi.
Ya, tak dapat kupungkiri kalau saat ini aku merasa begitu bahagia. Bagaimana tidak? Selepas semua hal yang kulakukan untuk menahan Sasha, pada akhirnya aku berhasil memperlambat tuh bocah agar tidak menang sebegitu mudah. Betul-betul membuat hatiku senang, sungguh.
Tapi sayang, khayalanku buat menahan Sasha sampai selesai ternyata tidak berjalan sangat mulus.
Haaah… mau sampai kapan aku harus terjebak bersamanya? Sungguh aku ingin keluar sekarang juga.
Sirine belum selesai terucap, Sasha secara tiba-tiba menjerit, mengucapkan kata diam bernada kencang, mencoba mengungkap rasa kekesalan di dalam benak.
Apakah berhenti sampai di situ? Tentu saja tidak, bro, sebab selepas Sasha mengucap kata sepele, seluruh penonton yang berada di balik kaca penonton kini berhenti, bersamaan dengan jarum jam beserta suara sirine yang membisu dalam waktu sekejap mata.
Benar, mereka semua terdiam seolah tidak dapat melakukan pergerakan sedikitpun. Jangankan manusia, benda penunjuk waktu seperti jam saja ikut terhenti sebagai dampak dari ucapan bocah belum cukup umur tersebut.
Guys, apa ada yang memiliki bendera putih saat ini? Kalau iya, aku ingin meminjam benda tersebut sekarang juga.
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments