...Chapter 12...
"B- bagaimana mungk-"
"Kenapa kamu terkejut? Bukankah semasa mendaftar, pihak akademi sudah berusaha untuk menjelaskan mengenai hal ini?
"..."
"Inti Roh adalah jantung kedua bagi Human Change, memiliki peranan cukup penting bagi sang pengguna agar dapat menghasilkan suatu kemampuan super dari dalam tubuh. Perlu anda ketahui peserta nomor urut 100, sumber kekuatan milik Human Change ini memiliki tingkatan kekuatan yang berbeda-beda. Bila diibaratkan, setiap manusia super digambarkan bak puluhan buku yang ditumpuk-tumpuk menjadi satu."
"Bukan tanpa alasan kami menganggap setiap Human Change macam tuh, sebab bagi setiap benda yang dapat menghasilkan energi kekuatan tentu memiliki tingkatan power tersendiri. Kesuperioritasan power Human Change dibedakan melalui tingkatan kelompok, sehingga sistem hierarki berlaku di dunia ini."
"...."
"Tiap-tiap Human Change dengan kategori penghasil energi/kemampuan terlemah bakal ditaruh di bagian bawah. Sementara Human Change berpenghasilan energi sangat tinggi akan diletakkan di kelompok paling atas. Perlu anda ketahui, peserta nomor urut 100, Human Change di kasta paling bawah tidak akan pernah menggapai apa lagi melukai Human Change di tingkatan teratas. Kenapa? Itu dikarenakan adanya perbedaan kekuatan cukup dominan pada dua kelompok tersebut. Bagi Human Change di kelompok terendah, mereka hanya bisa berangan-angan bisa mengalahkan kumpulan manusia super yang berada di puncak hierarki. Langit dan bumi berdiri secara terpisah, begitu pula dengan orang-orang tersebut."
"..."
"Owh, tertinggal satu informasi, meski memiliki tingkatan kekuatan nan jomblang, Inti Roh milik setiap manusia super memiliki suatu kesamaan berupa kebal terhadap serangan fisik dan pikiran. Berpusat di benak sehingga tidak dapat ditemukan di dalam raga membuat sang pemilik akan tahan dari luka bakar, luka robek, luka tusukan, bogeman cukup kuat dari Human Change, serangan berbasis pikiran, serta serangan-serangan sejenis lainnya. Sebuah kesalahan besar buat orang yang ingin menghancurkan Inti Roh milik lawan tanpa ada perhitungan, sebab benda keramat itu bakal melindungi sang pemilik dari segala macam marabahaya di sekitar. Jadi bila ditarik sebuah kesimpulan, manusia super tidak akan bisa membunuh sesama jikalau kekuatan energi mereka tidak sebanding atau dapat menyamai persis kemampuan milik lawan."
"Demikian informasi ini kami infokan kepada anda. Bila anda memiliki pertanyaan, tolong tanyakan sekarang juga, paham?"
"..."
Perkataan kecerdasan buatan, tetiba muncul di dalam benakku, ya? Pengguna Inti Roh tidak dapat dilukai menggunakan serangan pikiran maupun fisik? Kalau macam tuh….
"M- maksudmu-"
Eits, aku tidak tsundere, juga, aku baru ingat soal perihal kemampuan terpendam dari Inti Roh. S*al, seranganku untuk melukai Sasha gagal sebagai dampak skill jantung kedua miliknya, ya?
"Hohoho, terkejut? Dapat kuwajarkan sih, toh kamu tak lain hanyalah seorang Human Change kelas bawah."
B-b-b- kuakui kalau pengetahuanku minim. Cuman… sopankah melontarkan kalimat barusan ke orang yang lebih tua? Bruh, kamu punya moral dan adab, kan? Kalau gak, bisa kupahami, serius.
"Grrrrhhh!!!"
Marah? Ya iyalah kocak. Perihal ketidaktahuan, aku bisa dihina macam nih. Orang mana yang tidak akan emosi coba?
"Uy galak betul, rileks lah wak, rileks, lagian buat apa kau marah-marah macam tuh? Ingin berakhir seperti mereka, kah?"
K- maksudmu cakap macam tuh apa Sha?!! Kau menyamakan aku dengan orang-orang di luar arena, hah?!!
"..."
Oi pikiran, tolong dulu jangan berpikir ke mana-mana. Serius, kok jadi begini sih? Asli sangat membuang kepala pusing.
Entah kenapa, ya, pertanyaan demi pertanyaan mulai muncul satu persatu di dalam benak. Serius, aku tidak paham, semuanya bisa hadir sendiri. Sumpah, buat apa aku bercanda d-
"Lengah adalah kunci dari kekalahan-!!"
"Ap-"
*Buagghh*
Sasha brengse*! Lawan lagi mengkhayal malah ditinju sebegitu keras. Baji*gan memang!!
Mendengar lawan berbicara sendiri, tentu menimbulkan sebuah tanda tanya besar di benak, right? Yah, hal serupa pun tengah dirasakan olehku.
Sungguh, mendengar nih anak bercakap tanpa melibatkanku tentu membuat benak diliputi rasa penasaran, kan? Begitulah, rasa penasaran yang mengakar di dalam pikiran sontak membuat mulutku mengucap satu dua buah pertanyaan.
Sangat amat disayangkan, ucapan belum selesai, Sasha dengan kejam langsung memukul, membuat luka ringan di perut, secara tidak sengaja menghasilkan pancaran cahaya cukup silau bagi kedua bola mata.
*Tssssiiiiiiiiiiiiiiiingg*
Woi, silau banget pancarannya. Kalau begini terus, bisa-bisa mataku jadi orang sipit nih.
Dengan keadaan menahan rasa sakit, aku mencoba menutup sebagian besar kelopak mata sebagai pertanda bahwa indera penglihatan tidak sanggup untuk melihat lebih lama lagi.
Asli dah, nih anak makan apa sih? Bisa mengeluarkan silau macam tuh, mungkinkah kamu memiliki kemampuan seperti bintang di angkasa lepas? Iyakah, really? Betulkah? Suwer, memang beda keturunan keluarga Penyihir satu ini.
"Uhuk-uhuk-uhuk."
Argghh… menyerang di kala orang tidak sedang dalam kondisi siap, kau layak dikenakan penalti. Bayangkan, saat kepalaku lagi ditimpa banyak pertanyaan, nih anak tanpa ada rasa bersalah lalu melayangkan sebuah pukulan keras hingga membuat langkahku mundur sebanyak tiga langkah. Siala* kamu bocah!
Mencoba meminimalisir rasa sakit pada perut, spontan aku mengambil langkah menjauh dengan maksud agar tidak dilukai kembali oleh tuh anak.
"Uhuk-uhuk-uhuk."
Persetan atas rasa sakit. Perkara ditinju aku bakal mengaku kalah gitu? Hahah, jangan harap, bocah.
Usai melangkahkan kaki agak jauh dari posisi Sasha, dengan tangan kanan menempel erat di perut, aku memilih untuk berdiri walau bagian atas lambung masih terasa begitu nyeri. Sumpah, baru kali ini aku merasakan sensasi sakit macam nih. Beneran, tidak ada niatan menipu kok.
"Haaah… kukasih kau sebuah clue, peserta nomor urut 100."
Cla-clu, cla-clu, kamu kira aku lagi mengikuti sebuah misi?
Di tengah rasa sakit yang membayang-bayangi pikiran, sejenak aku mendengar suara Sasha dari jarak tak sebegitu jauh. Hadeh, bukannya mengucap kata maaf, dia malah ingin memberikanku sebuah petunjuk. Dasar bocah berkepala udang.
"Apaan?!"
Oy-oy, tolong jangan remehkan aku, oke? Perkara baru pertama kali mempunyai kekuatan, bukan berarti raga atau fisikku bakal lemah di situasi macam nih.
Meski perut terasa sakit, tetap menguatkan nada bicara adalah respon bila aku tengah merasakan emosi begitu tinggi. Kalau boleh jujur, aku mulai membencimu, bocah gadungan.
Haaaaahhh….
"Mengapa kau masih bisa bergerak?"
Pertanyaan konyol macam apa nih? Di antara sekian banyak pertanyaan, mengapa kau malah melontarkan pertanyaan tidak masuk akal seperti itu? Tolong dulu, jangankan aku, orang awam saja bakal garuk-garuk kepala dah.
"Apa maksudmu?"
Yah, walau ucapannya tergolong tidak logis, tapi tetap saja, rasa-rasa penasaran mulai timbul di dalam benak.
Sambil memegangi kulit di sekitar perut, aku melayangkan satu buah kalimat tanya ke arah bocil di depan. Tak perlu kusebut kalian pasti sudah tahu dia siapa, kan?
"Apa kau tidak heran, di saat mereka tengah berhenti sebagai dampak kekuatanku, kenapa kau masih bergerak bebas untuk melawanku?"
Lah iya-ya, aku kok baru sadar sekarang. Jujur, aku pun bingung. Kenapa? Ya gini aja, sebelumnya Sasha mengucap bahwa dia memberhentikan aliran waktu, right? Nah hal yang menjadi pertanyaanku, kenapa aku masih bisa bergerak bebas seperti lawan di depan, ya? Padahal bila diambil asumsi dan juga logika, aku sepatutnya ikut membeku sebagai dampak kekuatan dari Sasha semata. Asli, aku kok baru terpikirkan soal ini sih, sumpah.
"Memang kenapa? Kau hendak memberikanku sebuah hidayah, kah?"
Sedikit joke, mungkin tak apa-apa lah. Toh dia gak kelihatan emosi kok.
Mencoba memajukan salah satu kaki ke depan, aku merespon pertanyaan Sasha sembari diselipi sebuah candaan kecil.
Ya-ya, aku tahu kalau candaanku garing, tapi buat apa aku malu? Toh aku tidak sedang melakukan sebuah aksi kriminal, kan?
"Bodoh, ya kagak lah."
Fumu, kalau bukan, lalu apa tujuanmu mengatakan kalimat barusan?
Meski terkesan konyol, tapi Sasha menjawab responku sekalipun dengan nada bicara begitu menyakitkan.
Ooke, cepat beri tahu aku Sha, aku dibuat penasaran nih.
"Terus?" Kembali melangkah satu kaki ke depan, sebuah kata mewakili rasa penasaran di dalam benak lalu terucap, mencoba menanyakan alasan mengenai kenapa aku bisa bergerak bebas tanpa terpengaruh oleh kemampuan pemberhenti waktu milik Sasha.
Ayo Sasha, jawab pertanyaanku sekarang juga. Tolong matikan rasa terheran-heran yang timbul di dalam benakku, kumohon betul, ya?
"Hmmm? Jujur tak ada apa-apa sih. Alasan aku tidak ikut membekukanmu agar aku dapat bermain lebih lama dengan tikus sepertimu."
T- t- aku tidak salah mendengar, kan? Kau tidak menyebut hewan menjijikkan berawalan T, right? Tidak sedang bercanda, bukan? Kalau iya….
Kisanak kau Sasha!!!
Dikasih hati malah minta jantung, nih anak memang cocok untuk dijadikan tumbal proyek, serius, muak sekali aku mendengar ucapannya barusan.
Argghh… mulutmu harimaumu, bocah gemblung!
"..."
Terdiam? Tidak-tidak, aku hanya melamun karena ucapan nih anak. Sumpah, minta disumpelin makanan sebaskom, memang dah.
Entah mengapa, benakku mendadak dipenuhi oleh berbagai macam pikiran berbentuk tidak beraturan. Betulan, aku sampai tidak tahu tengah berada di mana nih.
"Jangan lengah, bodoh!"
Are? Macam dengar suara or-
"…"
Siala* nih orang kalau muncul kenapa selalu tiba-tiba sih? Serius, apakah kau satu golongan dengan makhluk halus? Muncul tanpa diundang, pulang tanpa diantar, katakan padaku kalau kau bukan sejenis seperti mereka, oke? Tolong jangan membuatku takut.
Omong-omong ya, nih anak kok malah berlari ke arahku sih?
Eeeeheeeeehh….
D- dia berlari ke arahku? Kalau macam tuh….
"Hiyaaaaaahhh!!"
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Erik
Kemren bahasanya
2023-09-09
1