...Chapter 15...
*Krrrrrrkkkk-krrrrkkkk-krrrrkk*
"Haaaaaahhh-"
*Huffffffhhhhh*
"...."
Are? Lempengannya tak lagi bergetar? T- tunggu dulu, m- macam mana jadi begini? Ini tidak logis, bener-bener di luar logika, dah.
Selagi raga larut dalam pergerakan tanah, entah bagaimana ceritanya gempa di tempatku menapak tetiba berhenti tanpa ada pemberitahuan sama sekali.
Etdah, datang tanpa diundang, pulang tanpa diantar, terserah kamu dah bencana alam, pusing
Omong-omong, tuh bocah ngapain? Mengendurkan, menaikkan, naik, turun, atas, bawah, kau tengah kerasukan, Sha? Perilakumu itu loh, membuat benakku terheran-heran.
Kaki dihentakkan, memposisikan satu kaki dengan lainnya sedikit berdekatan, sejenak aku terdiam begitu melihat lawan, tak lain dan tak bukan adalah Sasha, berdiri santai tiada beban, seolah-olah ia tidak merasakan apa-apa saat gempa barusan berlangsung.
Haaaah….
Aku kok merasa kalau Sasha memiliki keterkaitan atas fenomena beberapa saat lalu, ya? Entahlah, terkadang instingku bisa meramal masa depan. Rill not fake-fake.
"Argghhhh!"
Persetan dengan kondisi tubuh, mau patah tulang pun bakal kupaksakan untuk berdiri.
Bergerak, menempatkan dua lutut di tanah seraya mengangkat badan menuju ke langit, perlahan aku mulai mengambil posisi berdiri walau rasa sakit memaksa kedua paha untuk berhenti.
Tahan, sabar, hasil memuaskan bakal menunggu di garis finish. Mohon bersabar ya, bisa dah bisa, kalahkan rasa nyeri itu dan buat mereka tunduk!
"Emhhhhh-"
Nice lah, kedua indera tak lama lagi bakal aktif kembali, sekarang mari kita persiapkan diri untuk menyambung pemandangan di depan.
Usai kedua kaki diposisikan menapak segara tidak sempurna, aku dalam kondisi kelopak mata masih bersarang, spontan bangun, menyingkirkan salah satu organ terpenting tersebut agar fungsi panca indera sekali lagi bisa kugunakan.
Yah, pernyataanku tidak ada satu pun kesalahan, right? Kedua mata inderaku bener-bener penting dalam kondisi gawat macam nih.
"Hmmmmh?"
"Fuuuuuuhhhh-"
Oooke, guys, aku memiliki banyak sekali pertanyaan di otak, mungkin salah satu yang dapat kutanyakan adalah….
Ngapain dia di sana?
B- bukan niat hati melarang, cuman apa kalian tidak heran selepas gempa terjadi di dalam arena, ia tanpa ada beban lantas dia, mengeluarkan karbondioksida menuju ke luar hidung.
Haaaah… sebelum mulai, ada baiknya kita interogasi ia terlebih dahulu.
"Nah bocah, sekarang apa yang ingin kau lak-"
"Diamlah-!!"
...
*Durrrrrfffhhhhh*
*Buarggggghhhhh-*
Biadaaaaaabbbb!!! Keparat, betul-betul ingin dihantam tuh kepala!!!
Belum sempat perkataan terucap secara sempurna, sebuah laser cahaya berwarna putih silau kesilauan, secara mengejutkan keluar dari kedua bola mata lawan.
*Burrrrrhhhhhhhh*
Bocah sial*n!!! Gak ada salah apa-apa tetiba dilaser, kau tidak tahu sopan santun dalam melakukan battle, kah?!!! Argghh, sangat menyebalkan!!!
Tak menduga bakal diserang macam nih, alhasil aku hanya bisa teriak kesakitan, di mana tubuhku terus bergerak ke bawah mengikuti laju laser milik Sasha.
Asli, tanpa mengedip saja aku tak bisa untuk melihat laju kecepatannya. Pasti di atas rata-rata, melebihi kilat petir, atau cahaya, mungkin. Betulan, aku tidak sedang bermimpi, kok. Percayalah padaku.
Grrrhhh… awas saja kau bocil! Sampai dapat, kau takkan kuberi satu pun pengampunan. Ingat pesanku baik-baik!
*Burrrrhhhhhh*
"Arghhhhhh-!!!"
Laser biadab!!! Berhenti tak?!! Ragaku berada remuk nih!
Tetap pada posisi pasrah, sampai sekarang perutku secara terus-terusan ditembak menggunakan sebuah laser panas entah sampai kapan.
Kumohon keajaiban, tolong jangan matikan aku. Aku bener-bener masih ingin melanjutkan hidup di akademi ini. Lagian apa kalian tega melihat anak yatim sepertiku dibiarkan ditindas macam nih? Really? Sekeji itulah kalian?
Haaaah….
*Huffffffhhhhh*
*Duarrrrr*
Yah, takdir memang tak dapat kurubah. Membuat Sasha bertekuk lutut di hadapan, ternyata tidak mudah, ya?
Haah-
Selang beberapa saat ditembakkan laser cukup panas, sebuah ledakan berkekuatan setara dengan letupan Hiroshima kini terjadi tepat di tempatku berada.
Kampret, kalau hanya terpental ke belakang, aku sih fine-fine aja. Ini kaga, udah dipaksa masuk, secara tetiba meledak lagi. Kisanak kau Sashaaaaa!!!
*Durrrrrffhhhh*
"Argghhhhh-"
Aku tak tahu itu bunyi apa, tali aku tak begitu peduli, sih. Serius, ragaku kenapa terasa sukar untuk digerakkan ke sana kemari, dah.
Meledak tanpa pengumuman sedikitpun, aku dalam kondisi tubuh menabrak pembatas arena sejenak merasakan lumpuh di seluruh anggota penggerak tubuh. Yap, baik tangan, paha, kaki, ataupun leher, sama-sama tidak ada yang dapat digerakkan kanan-kiri.
Woilah, guys, cepat tolong aku! Aku tidak kuasa menahan rasa sakit ini.
"Argghhhhh-"
"Uhuk-uhuk-uhuk."
Siala*, belum apa-apa udah mengeluarkan dahak aja. Tcihh, menjijikkan betul, lah.
Duduk sambil mengangkat tangan kiri ke mulut, kumpulan lendir dahak tetiba keluar beberapa kali melalui batuk tidak jelasku ini. Etdah, untung instingku reflek cekatan untuk menutup. Coba kalau tidak, hiiih, bisa ke mana-mana, dah.
"Uhuk-uhuk-uhuk."
"Haah- haah- haah-"
Menormalkan pernapasan sebentar, mungkin salah satu jalan terbaik untukku. Yap, terlebih selepas apa yang barusan kualami, bener-bener di luar akal sehat, deh.
"Hahah, gimana? Enak terkena peningkatan berlipat ganda kekuatanku?"
"..."
S- selepas perbuatan ia barusan, sempat-sempatnya tuh anak menyapaku tanpa merasakan rasa malu begitu dalam. Kampret, betul-betul tidak punya adab, memang. Masih untung aku selamat, coba kalau tidak, entah bagaimana lagi dah.
Di tengah kondisi kaku yang tengah kurasakan, bocil berpakaian cukup anggun lagi secerah mentari siang, Sasha, melontarkan sepatah kalimat, di mana ia melangkah begitu lamban, namun kedua sorot mata tertuju tepat ke wajahku.
Heran, ciyus, ini aneh banget. Padahal dia pelakunya, tapi kok malah dia yang marah? Kan sangat tidak logis, right?
Omong-omong, pemandangan di sekitarku kenapa terlihat mengerikan, sih? Asli, berasa suatu tempat ketika kejatuhan meteor raksasa, suwer.
Begitu pandangan mengedar ke sekitar, lokasi tempat aku dan Sasha berduel seketika menjadi hitam disebabkan ledakan besar. Yup, bahkan beberapa api-api kecil tampak masih berkobar di beberapa titik pada arena.
Haaaah….
Begini ya ketika manusia diberi tanggung jawab untuk memikul kekuatan. Diharap dapat untuk menambah wawasan, eh nih anak malah mencoba menghancurkan kehidupan di sekitar arena. Beruntung sekalipun terkena time stop, mereka tetap terlindungi oleh sebuah perisai besar di bagian terluar arena, syukurlah.
By the way soal pemandangan, aku jadi penasaran dengan ucapan Sasha barusan. Melipat-lipat gandakan kekuatan? Maksudmu baju yang dilipat menjadi kecil, gitu? Ish entahlah, aku pun tak paham. Lebih baik kutanyakan sahaja.
"A- apa maksudmu?"
Maafkan aku soal minimnya informasi, namun alangkah baik bagi anda untuk menjelaskan perkataanmu barusan terhadap lawanmu. Toh aku tidak ada harapan menang melawanmu, betul?
Memposisikan kepala agar sejajar dengan pinggang, aku yang masih terduduk di ujung arena melontarkan sebuah pertanyaan cukup membingungkan terhadap lawan di seberang.
Come on, Sha, tolong paparkan padaku apa maksudmu barusan?
"Peningkatan drastis."
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments