...Chapter 10...
"Kenapa?! Kenapa kau malah membekukan semua hal termasuk penonton di luar arena?!!"
Kuakui kekuatanmu itu kuat, Sha, cuman kalau kau gunakan seenak jidat, keselamatan nyawa orang bisa terenggut begitu aja. Kau paham tidak sih?! Sedari tadi kuperhatikan, kau bertarung demi memuaskan hawa nafsumu. Dasar tak berperikemanusiaan!
Masih dalam posisi berdiri, aku secara terus-menerus menguatkan tenaga tebasan, mengerahkan kedua lengan untuk menyudutkan Sasha dalam pertarungan ini.
Hooooh… mau bagaimanapun, aku harus mengalahkan nih bocah. Jangan beri dia kesempatan melawan, ya!
"Membekukan, katamu? Hahahaha, hahahaha…."
Dih, napa nih bocah? Lucu kagak, kelihatan stress mah iya, asli.
Sambil menggenggam pedang cahaya menggunakan kedua tangan, Sasha melontarkan pertanyaan kemudian disambung dengan tertawa sebegitu keras.
Yah, dia mengangkat, membuka mulut selebar goa, menampakkan satu dua buah gigi nan berkilau tepat di hadapan wajahku.
Woilah, hentikan tawamu sekarang juga, aku benar-benar jijik melihatnya. Sungguh, tolong untuk tidak membuat raut muka macam tuh.
"Napa kau ketawa? Apa ada yang lucu k-"
"Kau pikir alasan mereka membeku karena aku menggunakan kemampuan ice? Iyakah? Serius itu bro?!!"
Buset, nyaring bener. Padahal badan masih kisaran anak-anak, tapi suaranya terbilang cukup keras juga, ya?
Belum selesai pertanyaan kulontarkan, dalam waktu cepat Sasha berkata, menyela pertanyaanku dengan tiga buah pertanyaan bernada kencang. Asli, di akademi dia makan apaan sih? Bisa lantang gitu suaranya, serius.
"Memang kenapa, hah?!! Masalah kah?!!"
Kalau misal prasangka ku memang benar, buat apa untuk mengelak, right? Ada-ada aja nih orang.
"Pffffft- hahahahaha…."
Minta ditempeleng nih bocah, menjengkelkan betul, sumpah. Sehabis berhenti, sekarang ia kembali melanjutkan tawa? Tahulah, pusing aku.
Sasha merespon ucapanku melalui suara tawa terbahak-bahak meskipun aku tidak merasa sedang mengucap kalimat candaan. Asli, nih bocah udah sinting plus gila kah? Kalau iya, akan kuwajarkan bener, sih.
"Grrrrrhhhh-!"
"Hahahaha- hahahaha…"
Woy diamlah, tawaanmu terdengar begitu sumbang. Tahu sumbang gak kamu?!
"Haaaah… bodoh, mereka terkecuali kita berdua dapat terhenti bukan karena membeku biasa."
Wait, bukan membeku seperti kekuatan freeze gitu? K- jangan bil-
"M- maksudmu-?" Tetap mengarahkan pedang ke leher lawan, aku berusaha mengucap sepatah kata dari dalam mulut. Yah, walau akhirnya ucapanku disela oleh bocil satu ini.
"Ya, mereka terhenti karena aliran waktu di luar kuberhentikan secara paksa. So did you understand?"
"..."
Bruh, you not joke, right? Kamu tidak merayakan April Mop, kan? T- tolong jangan membuatku takut.
Memiringkan kepala ke arah kiri, Sasha mengucap satu kalimat menyeramkan sebelum ditutup dengan sebuah senyuman indah di bibirnya.
Asyu, asyu, asyu. Kenapa, ya, setiap aku terbangun, satu persatu takdir sial senantiasa datang. Entah berapa kali dah aku dihantam sebegitu banyak kesialan. Satu, dua, puluhan, atau mungkin ratusan? Bodo amatlah dah, gak ngerti aku.
Haaah….
Memberhentikan aliran waktu, ya? Kupikir itu hanya ada di film-film superhero di tv. Kalau boleh jujur, aku tiidak setuju terhadap ucapan Sasha beberapa saat lalu. Kenapa? Ya logika aja, manusia mana bisa memanipulasi ruang dan waktu, kan? Sekalipun manusia super pun tidak akan bisa, percayalah.
Ingin sekali benakku membantah, hanya saja… pemandangan yang saat ini berada di sekitar sudah menjadi bukti cukup kalau Sasha memang benar-benar memberhentikan waktu.
"…."
Sembari menengok sejenak ke sekeliling, aku merasa kebenaran betul-betul terucap dari dalam mulut Sasha. Seriusan, mereka terlihat seperti hidup dan mati.
"…."
Kesihan sekali para penonton di luar. Niat hati ingin menonton, eh bocah biadab di depanku nih malah membuat waktu berhenti seketika. Memang idiot nih bocah.
"Ap- kau cakap apa barusan-?!!"
"Hooooffffhhhhhh."
Diseliputi rasa murka? Wajarlah. Selepas perbuatan yang ia lakukan, terus aku bakal diam dan tidak merasa emosi, gitu? Gile, tidak berperikemanusiaan banget nih bocah SD.
Sambil menampakkan ekspresi marah, aku bergegas mundur, menghempaskan badan menuju ke belakang, lalu dalam beberapa saat kemudian dua tumit kugerakkan maju menuju ke arahnya.
B- berani kau berbuat macam tuh?!! Bersiap sedialah kau Sasha!!! Tebasanku akan membayar semua dosa-dosamu!
Berhubung aku tidak mundur begitu jauh, alhasil aku yang sudah sedikit lagi sampai lantas melangkah sambil mengangkat kedua pedang setinggi bahu orang dewasa.
Yoklah, kemari dan hadapi aku, Sasha!!
"Fumu? Larut dalam emosi, kah?"
*Taaaaangggg*
Sia*!! Gerakan nih anak gesit betul, sumpah. Asli, mau berapa kali pun aku tidak akan bisa untuk melukainya inimah.
Usai berlari beberapa meter, aku dengan segenap tenaga mengangkat salah satu pedang, melayang tinggi melebihi kepala, terus berada di posisi tersebut sebelum turun tepat pada bahu kanan Sasha.
Yap, secara tidak langsung aku berusaha untuk memberikan sebuah luka fatal pada bocah kisanak tepat di hadapan mata. Jengkel kali lah, serius.
Sayang, seindah apapun gerakan menebas yang kuayunkan, negatif tetaplah negatif. Begitulah, kita tidak bisa berharap lebih terhadap angan-angan.
Sejengkal lagi sebelum kulit robek terkena serangan, Sasha lalu bergerak, memindahkan pedang ke salah satu tangan, memposisikan senjata di genggaman tepat menghadang pedang buatanku.
Kampret, cepat sekali pergerakan nih bocah. Serius, dia nih masih tergolong Human Change atau bawahan dari Dewa-dewi sih? Bingung juga aku, asli.
"Hahaha, kenapa? Kaget melihat reflekku yang begitu cepat? Gak heran sih, Human Change jelata sepertimu tidak akan sanggup untuk membayangkannya."
Argghhhhh…!!! Benar-benar membuatku muak. Udah mengejek, sekarang menghina orang menggunakan kata-kata seperti itu?!! Beeeh, mau kena dia nih!
"Kau… di saat seperti ini masih berani untuk mengangkat muka konyolmu itu?!!"
Tolong dululah, Sha, sebelum menghina seseorang, akan lebih baik kalau berkaca terlebih dahulu. Oke? Paham ya, dek Sasha?
"Masalah?"
D- dia tidak merasa bersalah dan tidak mau disalahkan? Wah, minta diberi pelajaran nih bocah!!
"M- masalah katamu?!! Grrrhhh!!!"
Apa? Kau pikir aku akan diam selepas hinaan nan menyakitkan keluar dari kedua buah bibirnya? Gak, kan? Orang waras pasti berusaha untuk melawan, right? Begitu pun dengan diriku, paham?
*Taaaanggg*
"Hoooooohhhhhh…."
*Taaaaangggg*
Kisanak!!! Sekali lagi dia menepis seranganku?!! Bocil menjengkelkan!!
Usai melesatkan satu lagi pedang, aku secara cekatan kemudian lari, bergerak beberapa langkah menuju ke samping, memutari tubuh bocah di dekatku.
Awas saja kau, lengah dikit langsung kena kau!!
Selang 4 detik-an berlari, aku yang sudah berada di kiri bahu Sasha spontan menebas punggung salah satu keturunan Wizard legendaris.
Ya, aku memang berharap agar tubuh tuh anak mengalami cidera walau hanya sekedar luka tebasan, cuman….
Seranganku gagal sebab ditangkis olehnya sendiri.
Bagaimana cara mengatakan ini, ya? Jujur aku bingung soal cara dia bisa berbalik sekaligus memasang posisi menahan serangan lawan dalam waktu singkat. Asli, apakah ada sesuatu hal yang tidak begitu kumengerti? Sungguh? Iyakah? Kalau iya, tolong beritahuku secepat mungkin.
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments