Tok tok tok
Suara ketukan di pintu membuat Lily yang sedari tadi gelisah, berjalan mondar mandir sambil memutar tali jubah tidur berbahan satin itu terkesiap.
Ekspresi gelisahnya berubah antusias kala mengintip lubang monitor pada pintu dan menampakkan sosok Nathan yang tengah mengetuk pintunya.
"Akhirnya dia datang" pekiknya girang lantas menyugar rambutnya agar terlihat menggoda dan menurunkan sebelah jubahnya hingga mengekspose bahu mulus tanpa tali bra. Karena di balik jubah itu dia tak mengenakan apapun lagi agar Lily bisa dengan mudahnya menggoda duda dari sahabatnya itu.
"ekhem.." Lily melancarkan saluran tenggorokannya dan bersiap mengeluarkan suara seksi.
klek
"Halo say-"
Ucapannya terjeda karena penampakkan lain selain Nathan yang ditunggu.
brak
Lily langsung menutup pintu dan menguncinya agar para petugas itu tak bisa masuk dengan mudah
"Nathan sialan" umpatnya kesal lantas menyambar ponsel untuk menghubungi Dennis.
"Dennis, eksekusi gadis itu" titahnya langsung saat panggilan telfonnya baru diangkat.
"Gadis yang mana maksudmu?" tanya suara wanita diseberang sana.
Langkah Lily yang tergesa mencari jalan keluar alternatif pun terhenti.
"Kamu.." Lily geram karena rencananya kali ini gagal.
"Apa kamu bersenang senang?" tanya Aurel dari seberang telepon dengan tawa nyaring.
"Gadis sialaaann...." teriak Lily lantas membanting ponselnya.
Lily menyambar mantel dan tas lantas mencari jalan keluar selain pintu depan dan belakang karena pasti kedua akses tersebut sudah dikepung para petugas kepolisian.
brak brak braakkk..
Para petugas berhasil mendobrak pintu dari kedua sisi depan dan belakang bagian resort, lalu menyapu setiap sudut ruangan karena Lily tak keluar dari depan maupun belakang.
"Dia kabur lewat jendela" lapor salah satu petugas melalui sambungan radio satu arah.
"Sialan" umpat Nathan kesal lantas memukul daun jendela yang terbuat dari kayu itu kala ikut melihat jendela dapur yang terbuka lebar.
Nathan menyerahkan penyelidikan dan pencarian Lily pada pihak yang berwajib.
Fokusnya sekarang adalah menjemput gadisnya yang tengah terancam. Dia pasti sangat lemah dan ketakutan.
Pikir Nathan.
"Aurel... sayang.. kamu baik baik aja?" seru Nathan kala melihat Aurel tengah dipapah Alfred dalam balutan selimut. Tampak menggigil.
Alfred mengernyit dengan panggilan Nathan untuk klien emas nya ini.
"Jadi kalian sudah sayang sayangan toh" bisik Alfred yang dibalas sikutan di perut.
"Berisik" sentak Aurel mendesis. Diapun heran dengan majikan sablengnya ini.
Nathan langsung menarik tubuh basah kuyup Aurel dalam dekapannya, dan menciumi pucuk kepalanya bertubi tubi menyalurkan rasa lega karena semua sudah teratasi sementara ini.
Aurel benar benar terkejut dengan perlakuan lembut Nathan.
Dia merutuki selimut yang membungkus tubuhnya sehingga tak bisa bergerak untuk memberontak.
Aurel sedikit memundurkan kepalanya agar tak terus dikecupi sang majikan namun kepalanya ditahan Nathan.
Tak ada yang bisa dia lakukan selain pasrah.
Pasrah ditertawakan pengacara edan nya.
"Lapor, tuan. Tersangka harus dilarikan ke rumah sakit. Dia mengalami patah tulang rusuk" seorang anak buah Alfred memberikan laporan dan membuat Alfred tertegun dan menatap ngeri kearah Aurel yang tengah tersenyum iblis padanya.
Aurel bahkan berkata " You are next" tanpa suara, namun menyiratkan ancaman serius dengan tatapan mata mengintimidasi.
Alfred mematung dan sedikit berkeringat.
"Apa kamu baik baik saja? mana yang sakit?" tanya Nathan dengan cemas seraya memindai kepala hingga tubuh yang terbungkus selimut bak kepompong berjalan.
Ekspresi Aurel berubah sendu, seolah teraniaya dan tersakiti.
"Kepalaku pusing sekali. Rasanya ingin muntah..ooek.." jawabnya lemah dengan kening berkerut dan seolah hendak kembali muntah.
"Ya Tuhan. Maafkan aku, sayang.. aku janji kamu gak akan disakiti lagi" ucap Nathan berjanji lantas kembali menenggelamkan kepala Aurel kedalam pelukannya.
Aurel kembali menampakkan senyum iblisnya pada sang pengacara yang tengah mendengus, tak percaya dengan akting playing victim-nya Aurel. Padahal korban sesungguhnya tengah berjuang antara hidup dan mati dalam perjalanan ke rumah sakit akibat tendangan yang bisa menyebabkan kematian oleh Aurel.
"Gadis mengerikan" gumam Alfred mencebik.
......................
"Sayang, aku sedang dalam perjalanan wisata dengan teman temanku ke Bangkok. Kirimi aku uang ya sayang" pinta Lily melalui sambungan telfon pada suaminya, Baron.
"Lily? nomor siapa ini?" tanya Baron menyelidik, karena nomornya tidak dikenal.
"Ah.. ini.. ini ponsel milik temanku. Ponselku hilang, sayang. Untuk itulah aku memintamu mengirimiku uang untuk membeli ponsel yang baru. Aku juga butuh membeli-"
"Nanti saja aku kirim. Aku sedang pusing" ketus Baron langsung menutup panggilan dengan kesal.
"Aaargghh.. dasar payah.. laki laki tua tak berguna..." teriak Lily dengan kesal dan hendak membanting ponsel yang ia genggam.
grepp
"Ini milikku" sebuah tangan kekar menghentikan aksi Lily yang hendak membanting ponsel.
"Ah.. i iya.. maaf, hampir kelepasan" ucap Lily tak enak hati lantas melipat mulutnya.
Dia meminjam ponsel pada seorang sekuriti untuk menghubungi Baron, suaminya.
"Bolehkah.. bolehkah saya minta bantuan lagi?" tanya Lily takut takut. Pasalnya sekuriti yang ia mintai tolong ini berwajah garang dengan bekas luka yang melintang diagonal di wajahnya. Ditambah sikapnya yang dingin, dan bertubuh kekar khas seorang body guard, membuat Lily segan untuk menggodanya untuk mengambil keuntungan.
"Apa kamu perlu uang?" tebak pria kekar itu menatap tajam padanya. Dan hal itu membuat Lily mengangguk cepat sambil menampilkan wajah memelas.
"Kebetulan tempat ini sedang membutuhkan karyawan baru. Kamu bisa meminjam separuh gaji pertamamu untuk kebutuhan pribadimu. Anggap saja sebagai modal awal" ucap pria kekar itu sembari menunjuk gedung tinggi di belakangnya dengan lampu berkelap kelip menghiasi pintu masuknya.
"Hotel 'n Pub?" gumam Lily membaca neon sign.
Itu adalah hotel bintang 5 yang cukup terkenal dengan fasilitas pub komersil yang menyediakan penari strip setiap malam tanpa bisa disentuh oleh hukum.
Penghasilan pub ini bisa mencapai 1 milyar dalam semalam jika sedang ramai. Dan hotel bintang 5 yang berada di sampingnya adalah fasilitas bagi pelanggan member VVIP pub tersebut.
"Itupun kalau kamu mau. Dan saya ingatkan... di dunia ini tak ada yang gratis" bisiknya di akhir kalimat seraya mengedipkan sebelah mata.
Lily yang peka akan hal itu mengerti jika pertolongan yang diberikan pria kekar ini yang telah meminjamkannya ponsel, pastilah meminta imbalan.
"Baiklah. Kamu yang atur" tekad Lily dengan mantap menyerahkan diri pada pria kekar itu. Toh hasratnya juga belum tersalurkan.
Nathan memapah Aurel hingga ke kamarnya.
Beruntung Ethan sudah tertidur meski sempat merengek pada Aminah menurut penuturan sang kepala asisten itu.
"Biar aku siapkan air hangat" ucap Nathan setelah mendudukkan Aurel di kursi lantas pergi ke kamar mandi yang ada di kamar itu untuk mengisi bath tube dengan air hangat dan sabun beraroma therapy.
Aurel hanya diam menunggu sang majikan keluar dari kamar mandinya. Dia tak berani membuka handuk yang membungkus tubuhnya karena pasti mencetak jelas tubuhnya.
"Sudah. Mari saya bantu" ucap Nathan meraih tubuh Aurel yang lantas menghentikan langkahnya.
"Maksudnya?" tanya Aurel.
"Saya bantu mandikan" jawab Nathan dengan entengnya.
NANGGUNG 1 LAGI MAK😆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Mom Dee🥰🥰
weehh,, bukan muhrim 😂😂
2023-07-08
1
mar
mana ada bantuan gratis ya nat😆
2023-07-06
1