Bab 16

Aku mengatur nafasku yang tersengal karena pengejaran itu.

Cukup terkejut juga dengan pergerakannya yang tiba tiba berhenti, dan kini kami terjatuh bersamaan.

Dia pasti sangat kesakitan karena tertabrak tubuhku dan jatuh menimpa tubuhnya.

Namun tiba tiba suara berat dengan nafas tersengal terdengar tepat di telingaku.

"Setelah melihatku, lalu menyentuhku, sekarang kamu ingin merasaiku?" ucapnya masih dengan nada menggoda.

Aku yang terkejut menengadahkan kepala. Ternyata kami terjatuh tepatnya diatas sofa panjang.

Sialan

Dia memang merencanakan hal ini.

Bagaimana mungkin aku bisa terkecoh?

Kedua tangannya yang melingkar di tubuhku membuat aku tak bisa bergerak untuk bangkit.

Saat aku mencoba berontak dengan seluruh tenaga yang sudah terkuras, dia mengeratkan dekapannya seraya memejamkan mata dan berkata pelan " Diamlah, biarkan seperti ini sebentar. Aku lelah" ujarnya, lantas nafasnya terdengar konstan dan tenang.

Dia tertidur.

Dengan mendekapku diatas tubuhnya.

Maygat, kondisi yang benar benar membagongkan.

Aku akui aku pun lelah. Aku membiarkan posisi kami seperti ini dan perlahan kesadaranku menurun, lalu terlelap.

Aku terbangun kala mendengar suara jari mengetik keyboard.

Menggeliatkan tubuhku yang terasa nyaman dan hangat dalam pembaringanku.

Sedikit demi sedikit kubuka kelopak mata ini, dan mendapati majikanku tengah menatap laptopnya membelakangiku.

Aku melihat kearah bagian bawah tubuhku yang ternyata terbungkus selimut tipis.

"Apa kamu lapar?" suara rendah nan lembut itu kembali mengejutkanku.

Dia menyadari aku terbangun tanpa menoleh padaku.

Aku tak menjawab, namun perutku yang mewakili mulutku.

Perut sialan.

Lagi lagi dia terkekeh menertawakanku.

Aku segera menenggelamkan kepalaku kedalam selimut. Entah berapa banyak harga diri ini yang sudah remuk karenanya.

"Bangunlah, sini makan. Aku sudah pesan dari tadi" ucapnya lantas terdengar bangkit dari duduknya.

Aku sedikit mengintip dan dia tengah melangkah kearah dapur.

Penciumanku tergelitik oleh bau harum dari menu yang ada di hadapanku.

"Maygaaaat...." seruku menggumam lantas bergegas bangkit.

Mengesampingkan rasa malu, aku turun dari sofa dan duduk berlutut di depan sebuah kotak panjang berwarna coklat dengan logo genteng berwarna merah diatasnya.

"Limooooo....." pekik ku mencicit antusias.

"Baru saja sampai. Ayo makan" ucapnya yang datang membawa 2 gelas minuman panas berwarna coklat bening.

Teh panas

Yap, kukira tengah malam begini cocok minum teh panas dengan pizza.

One of my favourite food.

Tanpa menunggu lama, dengan senyum mengembang karena antusias, aku berlari kearah wastafel lantas mencuci muka dan tangan.

Sialnya lagi, tingkahku lagi lagi membuatnya terkekeh.

Bodo amat.

Yang penting makaaan...

Ammm...

Uuuuu.... mozarella yang lumer di mulutku langsung menggugah seleraku kala pertama menggigitnya, dan membuatku tak bisa berhenti untuk terus melahapnya.

1 slice pizza masuk ke mulutku dalam 2x gigitan. Lalu aku memilih topping yang lain dan cukup bingung mana dulu yang mau aku makan karena semuanya ada 8 topping.

Kuputuskan mengambil potongan yang dekat dengannya agar bagiannya habis duluan.

"Hei... kamu mengambil bagianku" protesnya tak terima jika aku menjarah daerah kekuasaannya.

Tapi aku tak perduli.

Aku terus melahap apapun yang bisa kujangkau, mengabaikan kekehannya yang sudah terasa kebal bagiku.

Biarlah dia menikmati kekonyolanku, karena aku menikmati makananku.

"Laper apa laper, neng..." tukasnya terkekeh.

Aku tak menghiraukan ejekannya. Kunyah kunyah kunyah... Itu yang otakku perintahkan saat ini.

"Apa yang anda kerjakan?" tanyaku penasaran karena melihatnya berkali kali memijat pelipisnya.

"Hanya masalah kecil" jawabnya lantas kembali mengetikkan sesuatu. Aku yang berharap bisa mengendap masuk ke perusahaannya memajukan tubuhku untuk memperjelas penglihatan ku akan tulisan yang cukup kecil itu.

Damn it, kekenyangan membuat otakku buntu.

"Hei, apa kamu mencoba mencuri informasi dariku?" protes Nathan seraya memeluk layar laptopnya agar terhindar dari kekepoanku.

"Ya ampun, pelit amat sama mahasiswi calon pemagang" celetukanku membuat Nathan tertegun.

"Apa kualifikasi kamu bisa kepikiran magang di perusahaanku?" tanya nya menantang kemampuan akademisku.

"Ck, nanti tuan liat aja surat permohonan dari kampus" ujarku lantas tangan ini dengan kurang ajarnya ingin mengambil laptop dari tangannya. Entahlah, kenapa aku merasa tak segan padanya.

"Senin saya tunggu suratnya" ujarnya lantas memberikan laptopnya padaku.

Semudah itu dia percaya?

"Baru juga semester 2, tuan. Jadwal PKL saya masih 5 semester lagi. Apa tuan berencana mengikuti semua tender ini?" tanyaku seraya membaca daftar lelang proyek.

Menurut keterangan om Alfred, pengacaraku, perusahaan yang dikelola ayah bersaing ketat dengan perusahaan Nathan dalam memenangkan tender.

Sering seringnya ayah yang memenangkan tender itu dengan bantuan Lily, si nenek lampir.

Sedangkan Nathan seorang pemain yang bersih.

"Kenapa tuan harus ikut semua lelangan ini? kenapa gak fokus sama 1 tender yang besar? selain menghemat waktu, tuan juga menghemat biaya entertain yang seharusnya gak sebesar ini dan membuat karakter pejabat perusahaan terbiasa akan sogokan.

Iya kalo dijamin bakal dapet tender, kalo ternyata biaya entertain tuan gak sebesar perusahaan lawan dengan plus plus nya, berapa uang yang terbuang sia sia? mending dipake buat bikin proyek sendiri kan? atau bisa dipake buat bonus pegawai teladan"

Aku terus mengoceh mengeluarkan pola pikirku yang simple.

Anehnya, majikanku manggut manggut menyimak.

"Lah, malah tidur.." gumamku yang terkecoh dengan gerakan kepalanya yang manggut manggut.

Ternyata dia tidur.

POV NATHAN

Aku merasa kenyang hanya dengan melihatnya makan junk food ini dengan lahapnya.

Entahlah. Melihatnya bahagia, akupun bahagia.

Seperti pada Ethan, aku akan bahagia melihatnya bahagia.

Namun perasaan ini...

Bukanlah perasaan seperti pada Ethan. Meski usia kami terpaut cukup jauh.

Mungkin aku lebih cocok menjadi pamannya, atau bahkan ayahnya.

Naaahh...

Dengan penampilanku, kami bahkan hanya tampak berbeda beberapa tahun saja.

Iya, hanya beberapa tahun.

Secara perutku tak menampakkan lemak, pun di bagian tubuh yang lain.

Bahkan hampir seluruh tubuhku menampakkan otot semua.

Terutama roti sobek ku, juga daging tak bertulang idaman wanita yang gagah saat menampakkan otot kekar nya 💪

Aku cukup terkesan dengan analisa dan pemikiran sederhana gadis ini tentang bisnis.

Bertahun tahun aku menggelutinya, bersaing mati matian dalam memperebutkan semua tender, lalu akhirnya sering kalah.

Orang tua itu, apakah dia memang sekotor itu jalan pikirannya? Meng-entertain dengan cara kotor bukanlah sifatku.

Benar kata gadis ini. Semua hanya buang biaya, waktu dan otak.

Tanpa sadar aku terlelap saat gadis cantik ini tengah mengoceh.

Setengah sadar, aku merasakan tubuhku yang lebih besar dari tubuhnya berusaha dipindahkan posisinya.

Mungkin dia takut aku merasakan sakit saat bangun dari tidur.

Dia bahkan sedikit mencubit hidungku karena kesal aku tak kunjung terbangun.

Saat dia mencoba membaringkan tubuhku di sofa, tak sengaja tubuhnya terbawa bobot tubuhku, dan dia terjatuh menimpaku, dengan bibirnya yang mendarat pada bibirku.

Gosh...

Ingin rasanya ku ***** bibir manis itu.

"Sialan"

Desisnya.

Sekuat tenaga aku menahan tawa dan hasratku.

"Dasar majikan sableng" gumamnya mengumpat.

"Apa?"

Terpopuler

Comments

mar

mar

lumat😆

*gpp jadi translator bintang😁

2023-07-05

1

mar

mar

lidah kan maksud othor😂

2023-07-05

1

Mom Dee🥰🥰

Mom Dee🥰🥰

setengah sadar itu pak nathan relll 😂

2023-07-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!