Aurel mengerjakan pekerjaannya dengan perasaan berbeda. Senyumnya terus mengembang kala Ethan menyemangatinya dari bawah, berteriak kegirangan seraya bertepuk tangan memanggilnya.
Nathan memerintahkan Komar sang supir untuk menemaninya hingga Aurel selesai dengan pekerjaannya.
"Nany, Ethan mau naik lagi, boleh?" pinta Ethan berharap dengan antusias.
Aurel yang tengah turun untuk beristirahat sejenak dan baru meneguk setengah botol air mineral lantas berpikir "mmm... kalo nunggu sebentar lagi, gimana? biar nany selesai kan dulu kerjaan nany biar gak dimarahin bos nany, oke? setelah itu baru kita bisa bersenang senang, deal?" bujuk Aurel bernegosiasi pada bocah tampan itu.
"Hn" Ethan mengangguk setuju. Senyumnya tak pernah surut dari bibirnya semenjak bersama Aurel.
Semua yang mengenal anak itu melihat perubahan yang sangat besar dari diri Ethan.
Terutama karakter Ethan yang sangat penurut pada Aurel. Tak pernah terlihat sekalipun Ethan membantah Aurel.
Aurel kembali naik untuk menyelesaikan pekerjaannya. Kepalanya selalu menoleh sesekali pada Ethan yang kini tengah berlarian mengelilingi area parkiran tak jauh dari area Aurel bekerja.
Lalu tampak Nathan datang menyapa sang anak dan menggendongnya sambil memberikan susu kotak dan roti bagi sang anak.
Pemandangan yang sangat menghangatkan hati.
Namun pemandangan itu harus rusak karena kemunculan seseorang.
Senyum di wajah Aurel surut seketika kala mengenali orang yang datang dan mendekati Nathan yang tengah menggendong Ethan.
"Ngapain dia kesini?" gumam Aurel yang memperhatikan interaksi Nathan dengan orang yang sangat Aurel benci. Raut kebencian tampak jelas di wajahnya.
Namun tampaknya bukan hanya Aurel yang membencinya, Ethan pun tampak memiliki perasaan tak suka pada orang itu.
Ethan bahkan merengek dan menjauhkan wajah dan tangan wanita yang menggelayut manja di lengan Nathan dan sesekali mencoba mencuri ciuman di pipi Nathan.
Ya, orang itu adalah seorang wanita.
Wanita yang telah menghancurkan keluarganya.
Yang secara tak langsung merenggut nyawa sang ibunda.
Yang telah memprovokasi sang ayah untuk mengusirnya.
Dialah Lily Brown, mantan sekertaris sang ayah, dan naik pangkat menjadi istrinya.
Tampak Nathan sangat risih dengan wanita itu, dan bersikap tegas nan dingin. Apalagi saat Ethan menangis kala Lily terus mengganggu Nathan. Namun wanita tak tahu malu itu tak gentar dan teguh pada pendiriannya.
Dia bahkan berhasil membuat Nathan menurunkan Ethan dan menitipkannya kembali pada Komar, lantas masuk kedalam gedung.
"Dasar sundal" geram Aurel mengumpati Lily. Dia segera menyelesaikan pekerjaannya karena Ethan sepertinya tak bisa ditenangkan.
Bocah itu terus menangis meraung dengan tatapan mengarah pada punggung sang ayah yang lambat laun menghilang ditelan pintu lobby yang berputar.
"Ethan, sayang. Kenapa nangis? ssshhh... ada nany disini, tenanglah sayang.." bujuk Aurel memeluk Ethan setelah menyeka keringatnya dengan handuk kecil miliknya yang tersampir di lehernya.
"Dady, nany... huaaa... dady nya pergi dibawa wewe gombel.. haaaaaa..." adu nya menunjuk arah pintu lobby.
Ingin rasanya menyemburkan tawa. Sekuat hati Aurel menahan diri agar tak menyinggung perasaan Ethan.
"Udaah.. gak pa pa, dady pasti bisa jaga diri. Kita naik?" bujuk Aurel, dan itu berhasil menghentikan tangisan Ethan seketika.
"Sekarang?.. hik.." tanya Ethan memastikan sambil sesenggukan.
"He em" angguk Aurel meng iya kan.
Ada rasa penasaran dalam diri Aurel. Kira kira apa yang dilakukan Lily di kantor Nathan. Apa yang mereka lakukan tepatnya. Melihat perangai Lily yang seperti itu, apakah ayahnya juga dulu diperlakukan seperti itu hingga luluh? Lelaki mana yang mampu menahan godaan seperti itu, pikirnya.
Merekapun naik dengan ekspresi antusias pada wajah Ethan. Bocah itu sepertinya melupakan kesedihannya dengan cepat.
Namun rasa penasaran Aurel sangat tinggi. Setinggi mereka yang kini berada di lantai 10. Lantai dimana ruangan kantor Nathan berada.
"Uwahaw.. nanyy.. tinggi sekalii..." pekik Ethan dengan girang seraya bertepuk tangan, sesekali menutup matanya dengan tangan mungil itu kala melihat kearah bawah.
Namun kepala Aurel menoleh pada kaca dibelakangnya. Kaca yang tak terlalu jelas tampak dari luar karena pantulan sinar matahari.
"Sialan, gak keliatan" gumam Aurel dalam hati.
Namun dia menyadari sesuatu.
Betapa bodohnya dia bertingkah seperti itu.
Seperti seorang istri yang hendak memergoki sang suami bermain gila dengan perempuan lain.
"Kita turun lagi ya" ucap Aurel yang akhirnya memilih masa bodoh dengan mereka didalam sana.
Sementara itu...
"Lily, apa lagi yang kamu inginkan? Sudah kubilang jangan ganggu aku lagi" hardik Nathan saat masuk kedalam ruang kerjanya.
Tanpa rasa malu, Lily menutup pintu dan menguncinya dari dalam.
Dia bahkan mencabutnya dan memasukkan anak kunci itu ke sela sela belahan dada nya.
"Hhh... jangan macam macam, Lily. Kamu tahu aku akan memanggil sekuriti kalau kamu nekat" ancam Nathan setengah frustasi.
Dia sangat tahu perangai Lily yang nekat dan obsesif.
Lily adalah teman sekelas mantan istri Nathan saat mereka di bangku SMA.
Nathan sudah menjalin kasih dengan mantan istrinya sedari SMA, hingga kuliah di London pun mereka selalu bersama, namun tidak dengan Lily yang hanya kuliah di dalam negri dengan masuk ke kampus swasta jurusan komputer akuntansi jenjang D3.
Lily terobsesi dengan Nathan dan tanpa sepengetahuan mereka, Lily mengenalkan teman kencan satu malamnya pada Angel, yang saat itu adalah istri Nathan.
Angel terpesona pada paras lelaki itu yang ke barat-baratan dan menjalin hubungan gelap setelah 3 bulan melahirkan, dan memutuskan pergi begitu saja meninggalkan suami dan anaknya.
Lily merasa menang saat itu, namun Nathan yang tengah kalut sempat menyakitinya degan mencekik leher Lily hingga tak sadarkan diri.
"Ayolah Nathan. Aku tahu kamu pasti kesepian" bujuk Lily dengan manja. Dia bahkan menempelkan tubuh bagian depannya pada lengan Nathan.
Nafasnya terdengar berat, dan Lily selalu ingin bersentuhan dengannya.
"Kita tak perlu membuat komitmen. Aku dan kamu sama sama membutuhkan" bisik Lily seraya mengitari tubuh tegap Nathan dengan tangan yang bergerilya meraba lengan, pundak, leher, dada, dan terus ke bagian bawah.
"Hentikan..." tegas Nathan mencekal tangan Lily yang mengarah pada intinya.
Rahangnya mengetat dengan tatapan tajam.
Nathan lantas menjatuhkan dirinya di kursi kebesarannya.
Namun tanpa ia duga, Lily duduk di meja, tepat dihadapannya dengan kaki mengangkang. Memperlihatkan area intinya yang hanya tertutupi sehelai kain jaring transparan. Lily mengenakan rok mini sehingga memudahkannya mengekspose bagian intinya.
Tepat di depan wajah Nathan, Lily memainkan miliknya sendiri dengan ekspresi yang sudah sangat terangsang.
"Ayolah, sayang. Dia menginginkanmu" tunjuknya pada miliknya sendiri dengan menyingkap kain jaring nan transparan itu lalu memasukkan jari tengahnya sendiri, dan sebelah kakinya menyentuh area milik Nathan yang sudah mengeras.
Nathan memang mendamba sentuhan wanita setelah sekian lama vakum dari dunia keintiman.
Nathan menengadahkan kepala, meresapi perasaan gelenyar yang di provokasi kaki telanjang Lily, merambat ke sekujur tubuhnya.
Lily yang merasa mendapat lampu hijau lantas turun dari meja dan berlutut diantara kaki Nathan.
sreett
Lily membuka sleting celananya dan takjub akan penampakkan isi celana itu yang membumbung tinggi.
Bisa dipastikan ukurannya yang sangat menggugah selera.
Nathan yang pasrah karena memang dia membutuhkan pelepasan, menegakkan kepala untuk melihat aksi yang akan dilakukan Lily.
AWAS SENDAL EH JEMPOLNYA KETINGGALAN👣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Mom Dee🥰🥰
wewww 😑😂
2023-06-30
0
mar
minta dihujat ni othor🙄
2023-06-30
1