Alea, Fani dan Rita sedang duduk di bangku taman sambil asik bermain ponsel, tiba-tiba saja Natasya datang mengambil ponsel milik Alea.
"Natasya, kembalikan ponselku!" Kata Alea sambil berdiri.
"Ambil saja sendiri." Kata Natasya sambil melempar ponsel Alea ke tempat sampah.
"Apa-apaan kau ini." Kata Alea kesal.
"Aku hanya ingin membantumu membuang sampah." Kata Natasya.
"Itu bukan sampah, bodoh." Kata Alea kesal sambil berjalan untuk mengambil ponselnya di tempat sampah.
"Sembarangan ngatain aku bodoh, kamu tuh, sampah." Kata Natasya.
"Oh ya, kita akan lihat nanti siapa yang sampah sebenarnya." Kata Alea.
"Kenapa harus nanti, sudah jelas kamu yang sampah." Kata Natasya.
"Jangan seenaknya mencela orang, keadaan bisa berbalik." Kata Alea tidak mau kalah.
"Memang begitukan kenyataannya, lihat saja dirimu, keluargamu saja membuangmu. Dengan alasan menitipkan ke ommu, kalau bukan sampah apa namanya." Kata Natasya.
Alea pun tertunduk sedih mendengarkan perkataan Natasya, karena memang benar apa adanya.
Ardi sedang memperhatikan Alea bersama teman-temanya dari jauh.
"Sepertinya dia membenci Alea." Batin Ardi melihat Natanya memaki-maki Alea.
"Jaga bicamu, mulutmu itu yang sampah. Seenaknya menghina orang lain." Kata Mico tiba-tiba saja datang.
"Mico, aku bicara yang sebenarnya." Kata Natasya.
"Cukup, sudah cukup. Apa kamu belum puas menghina Alea." Kata Mico kesal.
"Sok jadi pahlawan." Batin Ardi melihat Mico membela Alea.
"Kenapa kamu terus membelanya?" Tanya Natasya.
"Karena dia temanku." Jawab Mico.
"Alea jangan sedih, tidak usah dengarkan kata-katanya." Kata Mico melihat mata Alea yang berkaca-kaca.
"Ayo kita pergi dari sini!" Kata Mico sambil menggandeng tangan Alea.
"Natasya memang keterlaluan." Kata Rita.
"Mereka so sweet banget sih, cocok deh." Kata Fani.
"Apaan sih kamu, Fan. Lihat itu Aleanya jadi sedih." Protes Rita.
"Iya."
"Kita ikutin yuk!" ajak Rita.
"Gak usah, biarin aja, lagian Alea bersama Micokan. Jadi Natasya gak akan berani menggangu Alea lagi." Kata Fani.
"Dasar preman sekolah, pasti pura-pura tuh. Biar dapat perhatian dari Mico, nyebelin banget sih." Kata Natasya kesal.
"Hei siapa anak itu, beraninya menggandeng tangan Alea. Kenapa Alea juga diam saja." Kata Ardi kesal melihat Mico menggandeng tangan Alea.
"Mau pergi kemana mereka." Kata Ardi pergi mengikuti Alea dan Mico.
Mico membawa Alea ke kelas karena di sana masih sepi, mereka pun duduk di bangku yang biasa mereka duduki.
"Alea, tidak apa-apa. Menangis saja jika ingin menangis." Kata Mico sambil memegang bahu Alea.
Akhirnya Alea pun mengeluarkan air matanya yang ia tahan sejak tadi.
"Hiks hiks hiks." Suara tangis Alea.
Mico pun menyandarkan kepala Alea ke bahunya dan merangkulnya sambil mengusap-usap lengan Alea untuk menenangkannya.
"Dasar bocah tengik, beraninya memeluk istriku. Awas saja kau Mico." Batin Ardi kesal melihat Mico merangkul Alea, dari jendela dan hendak menghampirinya.
"Sabar Ardi sabar, ini sekolah." Batin Ardi mencoba menetralkan emosinya.
"Tidak bisa Alea itu istriku. Tidak tidak. Aku harus bagaimana ini. Masuk. Tidak tidak, tunggu saja dulu. Tidak bisa. Menyebalkan, kenapa aku ini." Batin Ardi sambil mondar-mandir bingung sendiri seperti cacing kepanasan.
"Apa sudah lebih baik?" Tanya Mico setelah melihat Alea tenang.
Alea menjawabnya dengan anggukan saja sambil menghapus air matanya yang tersisa.
Mico pun tersenyum melihat Alea sudah tenang dan sangat senang bisa membantunya.
"Ehem, sedang apa kalian berduaan di sini?" Tanya Ardi berjalan menghampiri mereka sambil melipat kedua tangannya dan menatap tajam.
"Ee ti-tidak, Pak. Kami tidak sedang apa-apa." Jawab Mico gugup.
"Keluar kamu!" Kata Ardi ambil menunjuk Mico.
"Iya, Pak." Kata Mico kemudian pergi keluar kelas, tapi masih melihat Alea dari jendela.
"Sedang apa kamu dengannya di sini?" Tanya Ardi dingin sambil menatapnya tajam.
"Hiks hiks, hueee.." Bukannya menjawab Alea malah menangis lagi.
"Aku bertanya, kenapa malah menangis?" Tanya Ardi masih dingin.
"Huueeeee..." Alea mengeraskan suara tangisannya
"Alea, jangan begitu. Ini di sekolah." Kata Ardi pelan.
"Huueeee..." Alea semakin mengeraskan suaranya.
"Haduh, Alea jangan keras-keras. Oke oke aku tidak akan memarahimu, tapi jangan menangis." Kata Ardi bingung.
"Huueeee..." Alea masih saja menangis.
"Oke oke aku akan pergi, udah ya jangan nangis ya." Kata Ardi sambil berjalan mundur kemudian pergi meninggalkan Alea. Sedangkan Mico yang mengetahui itu pun lanhsung pergi dari sana.
"Ternyata dia mudah di tipu."
"Hahaha, lihat bagaimana ekspresinya tadi."
"Lucu sekali. Aduh perutku jadi sakit."
Alea bicara sendiri sambil tertawa terpingkal-pingkal karena bisa mengerjai Ardi. Seketika itu dia lupa dengan masalah yang membuatnya sedih tadi.
"Benar-benar menyebalkan, awas saja nanti. Berani sekali mereka begitu, Alea juga kenapa tidak berperasaan." Kata Ardi kesal bicara sendiri di sepanjang perjalanannya.
"Pak Ardi, kenapa?" Tanya Indah yang berpapasan dengan Ardi.
"Tidak apa-apa." Jawab Ardi tanpa berhenti.
"Ada apa dengannya, dia terlihat kesal." Batin Indah.
......
Alea dan Ardi sudah berada di rumah, Alea sedang asik bermain ponselnya sambil duduk di sofa kamar Ardi sambil makan cemilan.
"Jangan main ponsel terus, prnya di kerjakan." Kata Ardi duduk di samping Alea.
"Nanti saja, prnya gak banyak kok." Kata Alea fokus pada ponselnya.
"Jangan di sepelein. Katanya mau jadi polisi, biasakan disiplin. Bagaimana cita-citamu bisa tercapai kalau seperti itu. Kamu harus bisa membagi waktu. Kapan saatnya bermain, kapan saatnya mengerjakan tugas." Kata Ardi.
"Iya iya, bawel deh." Kata Alea.
"Dan satu lagi, jangan terlalu dekat dengan Mico." Kata Ardi.
"Kenapa?" Tanya Alea.
"Kerena dia akan membawa pengaruh buruk kepadamu." Jawab Ardi.
"Tapi Mico itu baik." Kata Alea.
"Baik apanya, tadi saja mengajakmu berduaan di kelas sambil merangkulmu, begitu kok di bilang baik." Kata Ardi kesal mengingat kejadian tadi.
"Tadi itu Mico cuma membantu menenangkanku saja." Kata Alea.
"Halah, alasan." Kata Ardi kesal sambil melipat kedua tangannya dan mengalihkan pandangannya.
"Hmm, bilang aja kalau cemburu. Iyakan iyakan." Kata Alea.
"Tidak, mana mungkin aku cemburu dengan bocah ingusan seperti dirimu." Kata Ardi masih dalam posisi yang sama.
"Halah ngaku ajalah." Kata Alea.
"Tidak." Kata Ardi.
"Tapi Mico itu baik, pintar dan ganteng, dia itu bintang sekolah banyak yang naksir." Kata Alea memancing Ardi.
"Aku lebih baik darinya, lebih pintar darinya dan lebih ganteng tentunya." Kata Ardi kesal.
"Tuh kan emang cemburu." Kata Alea menggoda Ardi.
"Tidak." Kata Ardi.
"Halah ngaku aja, hayo ngaku ngaku." Kata Alea sambil menyikut Ardi.
"Apa sih gak usak nyenggol-nyenggol." Kata Ardi ketus.
"Ciee ada yang cemburu." Kata Alea masih asik menggoda Ardi.
"Aku tidak cemburu." Kata Ardi.
"Kalau tidak cemburu, lalu apa namanya?" Tanya Alea.
"Gak tahu." Kata Ardi ketus.
"Hahaha." Alea tertawa melihat tingkah Ardi yang seperti cewek ngambek.
"Sudah sana, kerjakan prnya!" Kata Ardi kemudian pergi keluar kamar.
"Cieee ngambek, pak Ardi sedang cemburu." Kata Alea meledek Ardi.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments