“Baru kali ini saya dengar soal murid yang keluar di jam pelajaran,” kata seorang lelaki yang sedang duduk di kursi empuknya. Mata lelaki itu mengarah pada tiga orang remaja yang berdiri di hadapannya.
Dia menarik napas kasar, mencoba terus bersabar. “Ini yang pertama kalinya, jika kalian ulangi lagi. Bapak terpaksa memanggil orang tua kalian! Setelah ini minta maaf sama guru kalian!”
Pak Ilham melambaikan tangan, memberi isyarat pada ketiga pelajar untuk keluar dari ruang kepala sekolahnya. Kepalanya menggeleng-geleng. Ini kali pertama pak Ilham mendapati murid yang terlalu berani seperti mereka.
Amarah tanpa sebab dari guru sastra Inggris di kelas bahasa membuat Alan dan Firza dengan senang hati menuruti perintahnya. Keluar kelas karena suntuk mendengar emosi sang guru yang menggebu-gebu.
Setelah Alan dan Firza hilang di balik pintu kelas, Rara yang menjadi target awal ikut berdiri. Melanggeng keluar kelas tanpa menoleh sedikit pun ke arah gurunya yang sedang duduk dengan kesal.
Rara menjadi satu-satunya cewek yang keluar dari pelajaran sastra Inggris hari ini. Sementara sisanya berada di dalam kelas. Diam tanpa suara menunggu kemarahan wanita itu mereda.
Puncaknya, mereka bertiga dipanggil ke ruang kepala sekolah setelah aksinya dilaporkan oleh guru sastra Inggris. Menghabiskan setengah jam pulang sekolah untuk mendengarkan ceramah pak Ilham.
Untung mereka tidak sampai dihukum. Syukur dengan hati pak Ilham yang masih lemah lembut. Rara, Alan dan Firza kembali ke kelas yang sudah sepi untuk mengambil tas mereka.
Di gazebo depan mereka bertiga disambut lambaian tangan teman-temannya. Feina langsung berdiri ketika Annisa melambai. Diikuti Kairav dan Risa yang juga penasaran dengan keadaan ketiganya.
“Gimana? Dihukum kalian? Kena marah, gak?” tanya Feina bertubi-tubi.
Rara melengos, “untungnya enggak, cuma diceramahin. Suruh minta maaf juga.”
“Padahal si anu yang nyalah duluan, emang cewek kalo pms setiap bulan? Dia lagi pms kali!” Firza yang uring-uringan membuat Risa melayangkan pukulan.
Risa membenarkan posisi tasnya, “guru sastra Inggris? Di kelasku dia jadi guru bahasa Inggris. Emang agak-agak, nggak bisa kesenggol dikit orangnya.”
“Kalo lagi seneng sama kelas A misal, ya yang dipuji-puji kelas itu. Kalo enggak, udah kena semprot pasti!” dia berdecak, membayangkan kelakuan wanita tadi sudah membuat muak.
Mereka berjalan keluar gerbang sekolah, langkah kaki pelan membentuk irama. Sambil terus mengoceh menghasilkan gosip-gosip tentang gurunya sendiri.
Serempak, mereka melihat ke arah Alan. Kunci dari aksi yang dianggap heroik teman sekelasnya ini. Alan mengangkat kedua alis, “kenapa?” tanyanya heran.
Annisa menepuk pinggang cowok tinggi di sebelahnya, “wah! Hebat sih kamu, dari kemarin sebenernya udah pingin ngomel aja aku.” Ucapan ketua kelas membuat yang mendengarnya melotot.
Baru ini mereka mendengar Annisa menggerutu, sebelum-sebelumnya Annisa adalah cewek yang pasrah. Dia cukup minim bicara sebagai ketua kelas. Berbalikan dengan sifat Rara.
Langit perlahan menggelap, udara berubah menjadi lebih dingin. Walau begitu suara aduan benda di dapur masih terdengar riang. Bau sedap memenuhi ruangan.
Dari balik pintu kamar yang sedikit terbuka, tampak wajah seorang gadis yang mengintip keluar. Mengamati ibunya memasak.
Feina sumringah, “bentar lagi Feina selesai belajar bantu ibu, ya,” ujarnya kemudian kembali masuk ke dalam kamar. Duduk di depan meja belajar dan mulai mengakhiri bacaan terakhir dari materi yang ia baca.
Jari Feina memijat pangkal hidung setelah selesai belajar. Dia keluar kamar, menghampiri ibunya yang sedang menyiapkan makan malam.
Dari Feina di dalam kamar tadi, samar ia mendengar batuk dari wanita tersebut. Ingin sekali dia menghampiri lebih awal untuk memutus kegiatan Dianti.
Tetapi Feina tahu Dianti akan menolak. Ibunya selalu seperti itu jika sang putri khawatir, mencari berbagai cara supaya dia terkesan baik-baik saja.
Tak jarang Dianti akan mengancam sang putri dengan ancaman aneh-aneh. Pernah suatu ketika Dianti bilang akan berhenti mengonsumsi obat jika Feina tidak fokus pada belajarnya.
“Besok udah jadwalnya ambil obat, Feina aja yang ambil. Ibu di rumah istirahat!”
“Iya, sayang ....”
•••••••
Suara alarm mengakhiri tidur pulas Feina. Dia mengedip mata beberapa kali untuk menghasilkan pandangan jernih karena matanya terasa amat sepat.
Selesai merapikan penampilan, Feina berangkat ke sekolah. Di depan sana sudah ada Kairav yang menunggu. Setia di atas pelana sepedanya.
Mereka berdua mengayuh pedal penuh semangat. Melewati lautan para pelajar di gerbang depan. Segera memarkirkan sepeda dan menguncinya.
Di depan ruang kelas Bahasa yang bersanding dengan kelas IPA-4 terdengar suara-suara yang ricuh. Gerombolan pelajar sesak memenuhi kedua kelas itu.
Teriakan demi teriakan saling bersahutan, mendorong ke sana—kemari. Melihat adegan yang mencurigakan ini membuat Feina dan Kairav segera berlari menuju tempat kejadian.
Tangan keduanya membiak gerombolan murid-murid tersebut. Dilihatnya beberapa anak dari kelas bahasa saling menunjuk-nunjuk, tak jarang dari mereka bermain tangan. Mendorong juga meninju.
“Apa, anjing?!” suaranya terdengar keras.
“Diem kau! Buangan bangsat!” satunya lagi tidak kalah liar, “jadi kalian yang keluar kelas pas pelajaran sastra Inggris, emang gada otak mau diapain aja bakal kosong!”
“Bacot Lo!” teriak Rara seketika. Gerombolan pelajar dari kelas yang berbeda. Sahut-menyahut memekakkan telinga.
Mereka bertengkar. Awalnya beradu argumen karena salah satu siswa IPA-4 menyinggung kelakuan anak Bahasa kemarin.
Membuat sebagian anak Bahasa tidak terima. Jadilah seperti sekarang ini, mereka bertengkar hebat, sebagiannya sibuk melerai.
Sampai guru piket dan pak Vian menghampiri karena kegaduhan yang mereka timbulkan cukup keras terdengar di telinga guru-guru yang sudah tiba.
“STOP! BUBAR SEMUA! MASUK KE DALAM KELAS!”
Pak Vian cukup kalang kabut saat melerai kedua kelas itu. Setelah dia berteriak kencang barulah mereka bergeming. Dada mereka pada naik turun, sorot mata buas memandang satu sama lain.
Masih untung karena tidak banyak guru yang datang, bisa tambah panjang masalahnya jika mereka dipergoki banyak guru. Alhasil, kedua kelas tadi bubar, masuk ke dalam kelas masing-masing dengan perasaan kesal tak karuan.
Tertinggal satu pelajar yang masih di depan kelas. Pandangan cowok itu mengitari penjuru teras kelas. Dia berhasil menangkap sosok yang selama ini dia incar.
Kairav menggertakkan giginya, tangan lelaki ini mengepal erat. Pasalnya, dia melihat Dafa yang sedang mengamati kericuhan kelas sampai mereka terlerai.
Dengan sigap, kaki Kairav terpacu cepat. Mengikuti ke mana arah Dafa pergi sebelum kembali kehilangan lelaki brengsek itu.
Tatap mata Kairav tajam ke arah punggung Dafa yang berjalan di depannya. Dia memanggil, urat di leher menonjol keluar, “Dafa!”
Cowok yang dia panggil menghentikan langkahnya, menoleh ke Kairav. Dafa tersenyum miring, seolah tahu siapa lelaki yang sudah memanggil ini.
“Kau ... Cowok yang ada di samping Feina itu,”
Mereka berdua berjalan, sama-sama memutus jarak. Kini kedua cowok itu saling berhadapan, tinggi mereka sama persis. Membuat lingkaran yang sulit ditembus.
“Brengsek! Mau kau apakan Feina?” seloroh Kairav dengan wajah datar, tapi kilatan di dalam matanya menimbulkan aura mengintimidasi.
Dafa tersenyum tipis sembari memalingkan wajahnya ke bawah, kemudian dia membuka mulut, “Feina? Ah ... Jadi kau Kairav yang sering dibicarakan anak-anak?” dia memegang barisan gelangnya yang ada di tangan kiri.
“Berhenti ngusik Feina! Atau urusanmu denganku!” matanya menyipit tajam. Kairav semakin mempersempit jarak.
Namun Dafa tidak tinggal diam, dia mengangkat dagu. Lalu berbisik ke telinga Kairav di depannya, “sekali jadi milikku, selamanya akan tetap milikku. Feina itu sepenuhnya udah ku genggam, coba aja kalo bisa.”
Ingin rasanya melempar pukulan keras di muka bajingan ini. Tapi lagi-lagi Kairav berusaha sedikit bersabar, memendam amarah dan mencoba meluruskan emosinya.
Hanya kepalan tangan yang semakin erat dan kencang, hingga kuku-kuku Kairav menancap tajam di telapaknya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
rukayah
mendebarkan! ditunggu lanjutan nya
2023-07-24
1
Honeyhae
semangat up ya ❤🔥❤🔥❤🔥, di tunggu kelanjutannya. btw 🤭mau tnya tpi malu, itu PP mu the8 bukan sih? atau aku slah liat.
2023-07-24
1