Reincarnated Into Weak Noble
"Bangunlah Ayato!"
"Ayato, kau dengar? Ayato!"
Ditengah mentari pagi seorang gadis sedang berusaha membangunkan pemuda yang masih meringkuk lelap di tempat tidurnya. Meskipun gadis itu sudah berusaha membangunkannya, tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa pemuda itu terbangun
Gadis itu memiliki rambut hitam yang sebahu dengan mata berwarna oren dia menatap tajam pemuda yang tertidur lelap.
"Jahat sekali kamu mengabaikanku!"
Gadis itu berdengus kesal karena pemuda yang ingin dibangunkan masih terlelap dalam mimpinya. Dia masih mencoba membangunkannya tapi usahanya tampak sia-sia.
Pemuda itu masih tertidur lelap di kasur, namun karena merasa terganggu dia akhirnya berkata.
"Beri aku waktu 10 menit lagi Nana, aku akan tidur lagi..." Setelah berkata dia menutup tubuh dengan selimut tebal.
Gadis bernama Nana itu makin murka dia berjalan ke arah Ayato dan merebut paksa bantal serta selimutnya. Pemuda itu berusaha melawan namun Nana lebih menakutkan, jadi dia memutuskan untuk mengalah. Pemuda itu menaikan tubuhnya dengan malas kemudian menghela napas.
"Ada apa pagi-pagi gini?"
Pemuda itu membuka mata perlahan.. Dan matanya terbuka lebar saat dia menyadari si Nana membawa majalah buku yang terlarang baginya. Itu adalah koleksi berharga milik Ayato yang disembunyikan di kolong bawah kasur dan dia sudah yakin bahwa koleksi langka itu sudah disegel olehnya. Tapi bagaimana dia bisa mendapatkan koleksi itu?
"Kau.. Nana.. Dari mana kamu dapat barang itu?" Muka Ayato menjadi panik dan membiru keringat dingin terus berjatuhan.
"Fufu, kamu mudah ditebak sih Ayato, pasti di bawah kasur kan?"
Nana tersenyum manis, namun itu tak terlihat demikian bagi Ayato, pemuda ini malah menjadi ketakutan.
"Dasar mesum, aku akan membakar benda tak senonoh ini."
Diakhiri dengan senyuman dingin Nana membakar majalah satu persatu dengan api yang entah berasal dari mana.
"No! Barang-barang berhargaku." Ayato menaikan nadanya, dia merasakan kehilangan yang amat besar.
Gadis bernama Nana itu membersihkan tangannya dan menatap Ayato yang merintis akan kesedihannya.
"Dasar bodoh, jika kamu suka yang seperti itu, maka aku dengan senang hati menunjukkannya khusus untukmu. Kamu gak perlu repot-repot beli barang seperti ini," gumam Nana sembari memegang kedua dadanya yang tak terlalu berisi.
"Hah? Kamu mengatakan sesuatu?"
Pipi Nana mengembung dan memerah, "Bukan apa-apa yang lebih penting ayo turun aku sudah memasakkan sesuatu."
****
Dua orang sejoli itu sekarang sedang menikmati makanan diruang tamu, hanya berdua saja. Sejak dulu ibu maupun ayah dari Ayato tak terlalu peduli dengannya. Mereka hanya memikirkan kerja dan tak pernah pulang ke rumah.
Ayato juga adalah korban bully di sekolah dia selalu dikucilkan oleh sebagian besar orang dianggap sebelah mata dan tak diinginkan.
Tapi hanya ada satu gadis yang mau bersama dengannya dia adalah Nana, dia selalu khawatir akan kondisi Ayato maka dari itu dia selalu mengunjunginya, masuk dan pulang bersama saat sekolah.
"Ne.. Ayato."
"Apa?" sahutnya, berhenti melakukan aktivitas memakannya.
"Itu... Agak susah susah dikatakan, tapi..." Nana terlihat ragu-ragu untuk melanjutkan, dia seolah takut akan menyakiti hati Ayato.
"Tidak apa-apa, katakan saja apa yang kau mau."
Nana menghirup napas dalam-dalam, dia menaruh sendok serta garpu ke meja lalu menatap Ayato dengan wajah serius.
"Apa kak Kisaki masih suka mengganggumu?"
Dia bertanya dengan wajah khawatir dan cemas. Namun Ayato terganggu akan tatapan itu. Dia tak terbiasa menerima belas kasih dari seseorang, bahkan dia merasa tak layak menerima hal seperti itu.
"Dari mana kamu tahu tentang itu?"
Ayato sangat yakin bahwa dia telah menyembunyikan fakta bahwa dia dibully oleh kakak kelas bernama Kisaki. Dia tak ingin melihat Nana ikut campur masalahnya.
"Kau kira aku bodoh?"
'Ya, aku berpikir seperti itu terkadang'
Nana menghentikan ucapannya, dia mengatur napas dan kata-kata agar sebisa mungkin tak melukai hati Ayato.
"Aku tahu setiap hari lukamu bertambah, kamu kadang tampak melamun seperti memikirkan sesuatu yang rumit, saat kamu pulang pakaianmu berantakan. Jadi yang terlintas dipikirkan ku adalah kamu dibully oleh para kakak kelas, karena aku juga sering melihatmu bersama mereka." Air mata mulai menetes di pipinya.
'Kenapa kamu menangis? Yang ingin nangis justru aku'
Air mata terus menetes walaupun Nana sudah berusaha untuk menahannya, namun terus menetes. Dia menatap ke Ayato dengan tatapan penuh kesedihan.
"Ayato aku benci kamu yang suka menutupi masalah! kamu tak perlu menahan segalanya sendiri. Ada aku, kamu bisa mengandalkan aku kapan pun. Atau kamu sebenarnya benci aku?"
Tentu saja Ayato tak membenci gadis ini. Dia hanya tak mau dia ikut campur, dia takut jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan kepadanya, namun Ayato tentu saja tak bisa mengatakan hal seperti itu karena harga diri yang tinggi.
"Kenapa kamu diam saja? Jadi apakah kamu benar-benar—"
"Ya, aku benci sifatmu yang suka ikut campur!"
Nana melebarkan matanya dia tak menyangka dengan jawaban dingin dari Ayato.
"Tapi, aku hanya khawatir kepadamu."
"Kenapa perlu khawatir kepadaku?! Bersikaplah normal seperti orang lain! Mereka hanya melihatku dan tak melakukan apapun itu adalah tindakan manusia normal.. Dari caraku memandang kamu sangat tidak normal."
Berhenti! Cukup sampai disini tolong..
Ayato berusaha untuk tak melanjutkan ucapannya karena melihat mata gadis didepannya telah berkaca-kaca, namun karena emosi negatif yang dia tahan selama beberapa tahun telah penuh dia tanpa sadar melepaskan emosinya ke Nana.
"Kamu sebenarnya apa? Mau ikut campur urusan orang lain, mau membantu orang lain, bahkan sampai menyiapkan makanan untuk orang yang bahkan tak sedarah. Apa yang sebenarnya ada di kepalamu?"
Situasi yang sebelumnya harmonis dan tenang sekarang telah berubah menjadi suram dan canggung. Dengan mata yang berkaca-kaca dan pipi yang memerah Nana mencoba menjawab pertanyaan dari Ayato, tapi tak sanggup karena itu akan sangat memalukan.
Ayato masih menunggu jawaban dari Nana yang terdiam. Namun karena gadis itu tak bisa berkata dan membatu, Ayato memutuskan untuk mengangkat tas dan pergi.
"Aku akan berangkat sekarang, untuk sementara jangan bersamaku!"
Nana menatap pundak Ayato yang semakin lama semakin menjauh, rasa sedih dan emosi bercampur aduk. Bahkan Ayato belum menghabiskan makanan yang dibuat Nana dengan susah payah.
Helaan nafas kasar keluar dari mulutnya dan dia mengembangkan pipinya.
"Dasar Ayato nyebelin! Apa dia tak tahu kalau aku sangat khawatir? Aku hanya ingin membantu, tapi dia malah mengatakan hal kejam seperti itu."
"Bahkan makanan yang kubuat dengan susah payah tak dihabiskan. Aku menyiapkan itu dari jam 3 pagi lo! Aku bangun sangat pagi hanya agar dia bisa makan yang bergizi dan sehat. Karena aku tahu pasti Ayato hanya akan makan mie, atau makan istan lain. Tapi Ayato malah.. Ah, dia benar-benar parah!"
Nana berteriak dan meluapkan emosinya di ruang tamu sendiri. Tapi emosi itu berubah menjadi kesedihan ketika mengingat perkataan Ayato yang cukup menyedihkan.
[Kenapa perlu khawatir kepadaku?! Bersikaplah normal seperti orang lain! Mereka hanya melihatku dan tak melakukan apapun itu adalah tindakan manusia normal.. Dari caraku memandang kamu sangat tidak normal]
"Bahkan dia sampai bisa mengatakan hal menyedihkan seperti itu sebenarnya apa yang dia alami?"
[Kamu sebenarnya apa? Mau ikut campur urusan orang lain, mau membantu orang lain, bahkan sampai menyiapkan makanan untuk orang yang bahkan tak sedarah. Apa yang sebenarnya ada di kepalamu?]
Nana menyeka air mata dan menatap salah satu foto Ayato yang terletak dekat di ruang tamu.
"Itu karena aku menyukaimu dasar bodoh."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
F_Zaida_C
gazz aja mas🗿
2024-03-01
0
~Shin
Jangan lupa mampir ya di Novel ku.. 😁😁
2024-01-05
0
D Pramm
mwhehehehehehehhehehe
2023-12-25
0