“Elli Midnight, kenapa kamu di sini!?”
Tamus mengeluarkan aura serius. Dia merasakan ketidaknyamanan yang berada di tubuh anak kecil itu.
“Hehehe,, seperti yang kukatakan. Seharusnya kalian para pewaris teknik pedang kegelapan tahu sosokku. Habisnya Kalian ada untuk menghentikanku.”
Mendengar penjelasan dari Elli, Tamus membuka mata lebar dia mulai paham akan sosok yang berada di depannya. Dia dan beberapa pewaris teknik kegelapan sudah mencoba melawannya, namun hingga sekarang tidak pernah bisa mengalahkannya.
“Jadi kamu adalah ‘dia’ ya?”
Suara-suara tersebut membangunkan Arthur, remaja yang terbaring lemah di lantai yang penuh oleh darah. Dia membuka mata perlahan dan terkejut, pemandangan pertama yang dia lihat adalah sosok adik kecilnya yang sangat tidak terduga.
“Elli? Kenapa kamu bisa berada di sini?”
Elli mengeluarkan senyuman manis yang dia bisa dan menatap Arthur.
“Kak Arthur lama tidak bertemu maaf Elli menjadi gadis nakal dan menjauhi kakak…"
"Tapi itu semua adalah demi rencaku.”
Di akhir kalimat Elli mengeluarkan senyuman sinis yang dapat membuat takut siapapun yang melihat.
“.....”
Arthur terdiam. Dia tidak tahu apa yang sebaiknya dilakukan.
“Apa kamu tidak berpikir aneh? Kerajaan yang dulu mencintaimu dan semua keluargamu yang hangat menjadi dingin, serta jijik hanya karena kamu tidak memiliki sihir? … apakah kamu tidak pernah berpikir bahwa ada seseorang yang memanipulasi semua orang?”
Arthur dapat menebak arah pembicaraan ini, tapi dia menolak untuk mengetahui.
“Apa yang kamu ingin katakan!?”
Elli mengangkat bibir membentuk senyuman yang mengerikan.
“Aku adalah sebab dari kegilaan keluargamu… aku bukan Elli yang kamu kenal, bahkan sosok Elli memang tidak pernah ada.”
Mendengar fakta mengejutkan tentu saja menusuk hati Arthur, dia tentu tidak bisa menerima fakta ini tiba-tiba. Napas milik Arthur menjadi berantakan.
“Apa yang kamu katakan?”
“Sungguh Arthur yang menyedihkan… singkatnya aku memanipulasi otak kerajaan agar membencimu. Tidak, lebih tepatnya, aku membuat dunia berpikir bahwa orang tanpa sihir adalah hal yang pantas dibenci, cara memanipulasi otak, Konsepnya sama dengan ‘umbral plague’ yah karena penyakit itu aku yang menciptakannya.”
"Dan sekumpulan orang yang tidak bersalah yang berubah menjadi seperti ini adalah ulahku."
“Cukup! Arthur jangan coba dengarkan apa yang dikatakan oleh dia!”
Tamus memperingati, dia sudah tidak bisa lagi menahan emosi. Pertama-tama murid berharganya tersakiti, kedua dia menjadi pembunuh karena rencana wanita itu. ini semua berhasil membuatnya marah hingga menjadi gila.
“Itu juga pilihan bagus… yah kalian suda-”
Belum selesai bicara Tamus bergerak cepat untuk menyerang Elli.
< dark sword technique: six style:Dragon Shot>
*Swoosh
Tamus melesat dengan kecepatan luar biasa. Seolah-olah dia berpindah tempat, ketika dia melakukan hal tersebut, angin berhembusan dan tanah pijakannya menjadi hancur. Pedang merah miliknya berubah warna menjadi hitam pekat dan terbentuklah aura naga. Dia mengayunkan pedang hendak menyayat leher, namun Elli membuat pelindung sihir.
“Cih!”
“Hee~ pewaris ke 7, cukup hebat~”
‘Apa-apaan itu? Aku tidak bisa melihat pergerakan mereka berdua..’
Arthur tidak bisa merespon kecepatan mereka berdua yang melebihi akal manusia.
< dark Sword technique; Seven style; Dragon dance>
Tamus mengayunkan pedang berurutan, seperti menari dengan cara yang indah. Di setiap ayunan pedang membentuk aura naga hitam. Dia terus mengayunkan pedang hingga pelindung milik Elli hancur.
Pelindung itu hancur, Tamus tidak menyia-nyiakan waktu. Dengan posisi yang mantap. Dia mengayunkan pedang, membuat tebasan kegelapan. Itu nyaris membunuh Elli, sayangnya gadis itu melompat untuk menghindar.
“Cih untuk seukuran orang tua, kamu sangat menyebalkan, Tamus!”
“Bunuh dua orang ini, manusia bodoh!”
Terima kasih untuk teriakan Elli, berkat dia para manusia yang terinfeksi ‘umbral plague’ kembali bergerak. Mereka kembali menyerang Tamus dan Arthur.
“Cih, merepotkan. Nak! Urus keroco ini aku akan membuat gadis itu tahu rasa.”
“Tunggu Tamus!”
Arthur mencoba menghentikan Tamus yang sedang mengejar Elli namun percuma. Pak tua itu sudah menghilang.
Kini Arthur berdiri dan memegang pedang patahnya. Dia sendiri bingung bagaimana cara bertahan hidup tanpa membunuh mereka semua dengan pedang setengah patahnya.
“Arthur jangan beri belas kasih, bunuh mereka itu yang mereka inginkan. Lihatlah kondisi mereka!”
Tamus berkata meskipun dia sibuk dengan Elli, namun dia tetap mendidik muridnya. Sungguh guru yang baik.
Mata Athur yang sebelumnya tertutup karena ketakutan, kini perlahan terbuka dan seperti yang diduga. Sosok mereka sangat mengenaskan terutama Aron.
“Kakak… sampai kapan kamu diam saja,, tolong bebaskan kami!”
“Sakit! Sakit! Sakit! Siapapun.. nak tolong bebaskan kami.”
"Ayah… ibu… sakit sekali.."
"Mati.."
"Aku mau mati.."
"Siapapun… tolong bebaskan kami.."
Kini Arthur menyadari. Sosok yang membuat mereka semua gila adalah adiknya, sebagai kakak dia harus bertanggung jawab.
“Kakak tolong.”
Ucapan terakhir Aron berhasil membuat keputusan Arthur membulat. Dia memegang pedang setengah terpotongnya dan menerjang mereka semua.
Jumlah mereka sangat lah banyak, namun itu bukan apa-apa bagi Arthur. Dia bergerak menghindari musuh, memotong kepalanya. Menusuk jantung mereka, menebas dada dan terus mengayunkan pedang tanpa adanya keraguan seperti sebelumnya.
Baju milik dilumuri oleh darah setiap dia berhasil membunuh mereka. Namun bagaimanapun ada rasa bersalah di hati kecilnya.
“Terima kasih.”
*Slash
Yang barusan adalah seorang ibu muda dan anaknya, Arthur menebas kepala mereka berdua dengan pedang putihnya. Kini ruangan tersebut menjadi mayat para manusia. Seperti dewa kematian Arthur terus membunuh satu persatu manusia yang mendekat.
Dan setiap kali dia mengayunkan pedang maka air mata miliknya mengalir deras.
‘sial! sial! sial! Kenapa ini semua harus terjadi!?’
Setelah bermandi darah, kini tatapan Arthur sudah berubah. jumlah sekitar ratusan manusia sudah tergeletak di kakinya. Kini hanya tinggal tersisa Aron.
“Hah… hah.. hah..”
Arthur mengatur napas, dia sudah kelelahan. Namun Aron menerjang dengan tubuh bulatnya, membuat Arthur terjatuh.
“Arghh… sakit! sakit! sakit” Ini bukan berasal dari Arthur. Melainkan Aron dan beberapa manusia yang berada di tubuhnya.
Arthur tersenyum dan meneteskan air matanya.
[ Jika waktunya datang tolong bunuh aku kak Arthur]
[ Jika aku mati di tangan orang baik sepertimu maka aku akan senang ]
Dia kembali teringat akan perkataan Aron. Dia berdiri dan menatap Aron yang hendak menerjang dan memberikan serangan sekali lagi, tubuh bulat yang menjijikan dipenuhi oleh darah hampir berjarak beberapa meter dari Arthur.
“Ini adalah.. saatnya Aron..”
Arthur memegang pedang dengan erat. Bersamaan dengan itu kegelapan mengitari pedangnya, memberikan aura kematian. Aron semakin dekat dan air mata milik Arthur juga semakin deras.
“Selamat tinggal Aron.”
sebuah tebasan kegelapan memotong tubuh bulat Aron dan membunuh ratusan manusia yang berada di tubuhnya. Sebelum kematiannya Aron berkata dengan lirih, “te.. terima kasih kak Arthur.”
Arthur tidak menjawab, ruangan tersebut sudah menjadi mayat dan darah berceceran seperti sungai yang mengalir.
Arthur melangkah melihat tubuh kecil Aron yang sudah rusak untuk terakhir kalinya.
“Tidurlah yang tenang Aron.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Dr. Rin
Itu adeknya kesurupan jdi Villain, btw bnyak bngt typo nya thor 😅
2023-08-02
0
Dr. Rin
Memanipulasi
2023-08-02
0
Dr. Rin
Typo thor
2023-08-02
0