Langit-langit cerah berubah warna menjadi jingga beberapa penduduk sudah merapikan kios masing-masing, hendak pulang.
Arthur berjalan di tengah desa, seperti yang dijanjikan dengan Tamus. Dia harus pulang sebelum sore kalau tidak pasti Tamus akan benar-benar membunuhnya kali ini.
Meskipun begitu pikiran Arthur masih terfokus ke ucapan Aron, dia terus berpikir tentangnya tidak bisa hilang dari otak.
[ Kak Arthur ketika waktuku tiba, tolong bunuh aku ]
[ Jika orang baik sepertimu membunuhku, maka aku akan merasakan sangat terhormat. ]
Memutar kembali ucapan dari Aron beberapa saat yang lalu berhasil membuat hati Arthur terkikis, dia memegang dada bagian kanan dan mencengkram dengan erat. Seolah itu adalah cara untuk meredakan rasa sakit.
'Umbral Plague' apakah benar-benar tidak ada cara lain untuk menyembuhkan mereka?
Arthur masih menolak fakta dan berusaha keras memikirkan cara mendapatkan happy ending terbaik untuk kedua anak dan orang tua tersebut.
Saat dia sedang sibuk akan pikirannya dan melangkah, Arthur mendengar bisikan seseorang yang membahas tentang masalah yang menarik perhatiannya beberapa hari yang lalu. Yaitu Dungeon.
"Aku mendengar kabar lagi, Dungeon bagian utara benar-benar mengerikan. Lagi-lagi ada korban jiwa."
"Ya, aku tahu tentang itu. Beberapa petualang kelas menengah sampai atas tiba-tiba menghilang dan tidak kunjung pulang dari Dungeon itu.. Sebenarnya ada apa dengan Dungeon itu?"
Jika seseorang terus menuju ke tempat berbahaya pasti ada sesuatu yang spesial di tempat yang disebut Dungeon itu, walaupun Arthur tidak tahu apapun, namun dia beranggapan mungkin di sana memiliki petunjuk untuk menyembuhkan 'Umbral Plague'
Karena itulah Arthur berjalan mendekati dua orang yang sedang membahas tentang Dungeon dan menanyakan beberapa hal.
"Permisi.."
"Hmm, ada apa?" Salah satu pria menoleh kebingungan.
"Ini tentang Dungeon yang kalian ceritaka apakah ada sesuatu yang spesial di sana?"
Dua pria itu saling menatap mungkin mereka sedikit kebingungan lantara Arthur menutupi wajahnya dengan tudung jubah berwarna coklat, selain itu pertanyaan Arthur sangat konyol. Di desa fusa seharusnya semua orang tahu tentang Dungeon. Tapi pada akhirnya mereka memutuskan untuk menjawab.
"Dungeon bagian utara. Katanya bila seseorang menyelesaikan beberapa tantangan di sana maka orang tersebut akan mendapatkan kekuatan, kekuasaan dan segala apapun yang mereka inginkan. Walaupun itu hanya kabar angin, tidak pernah ada yang pulang setelah mendengar kabar Dungeon."
Arthur tidak tertarik dengan kekuatan ataupun kekayaan. Yang membuat dia tertarik adalah fakta bahwa di sana dapat mengabulkan segala yang diinginkan.
Mungkin jika aku menyelesaikan Dungeon itu aku dapat menyembuhkan Aron dan Glena.
Langit semakin menjadi gelap. Matahari menurun, mungkin ini akan menjadi pertama kalinya bagi Arthur membantah perintah, tapi hari ini dia sudah membulatkan tekad dia akan pergi ke Dungeon untuk menyembuhkan Aron.
Maaf Tamus, aku tidak bisa pulang untuk sore hari ini..
Arthur membalikkan badan, mengucapkan terimakasih kepada dua pria yang telah memberikan informasi dan beranjak pergi menuju ke utara.
...****...
Setelah perjalanan yang memakan waktu beberapa jam akhirnya dia sampai ke tempat tujuan. Arthur menatap dengan tekad yang kuat ke pintu masuk Dungeon yang misterius.
Dungeon itu berada di tengah hutan lebat, dengan pepohonan raksasa yang menjulang tinggi di sekitarnya. Cahaya bulan hanya menembus sedikit melalui celah-celah daun. Suasana yang tegang dan misterius terasa di udara, menambah getirnya perasaan Arthur.
Saat memasuki Dungeon, Arthur mendapati dirinya berada dalam lorong yang gelap dan sempit. Dinding-dinding batu kuno membentang di kedua sisinya, dengan lumut yang tumbuh subur dan menambah kesan usangnya tempat itu. Suara gemuruh samar terdengar dari kejauhan, memberi kesan bahwa ada sesuatu yang menunggu di balik sudut-sudut yang gelap.
Remaja itu menggenggam kuat senjatanya, sebuah pedang suci yang ia dapatkan dalam upacara kedewasaan masih sering ia gunakan untuk bertarung. Ia melangkah perlahan-lahan, waspada terhadap setiap kemungkinan ancaman yang dapat muncul. Setiap langkahnya menghasilkan gema yang mengisi lorong dengan keberanian dan ketegasan.
Tiba-tiba, dari sudut lorong, muncul sekelompok monster. Mereka memiliki bentuk yang aneh dan menyeramkan, kulit mereka berlapis tebal dan tajam seperti duri.
Apa-apan ini? Aku tidak pernah melihat monster seperti ini..
Salah satu monster menyerang Arthur, tapi Remaja itu menghadapi mereka dengan tekad yang tidak gentar. Ia mengayunkan pedangnya dengan keahlian dan kecepatan yang mengagumkan, memotong dan menghindar dari serangan monster dengan gerakan yang lincah.
Setiap gerakan remaja itu tampak terlatih dan berdasar pada prinsip-prinsip teknik pedang kegelapan. Ia menggabungkan kekuatan, kecepatan, dan kelincahan untuk melawan serangan monster yang ganas.
Tinggal tersisa satu monster, jaraknya cukup jauh dari Arthur mungkin sekitar 5 meter. Arthur memegang pedang dengan lebih erat dan aura kegelapan mewarnai pedang yang seharusnya berwarna putih tersebut.
< dark Sword Technique: First Stlye: dark slash>
Tebasan kegelapan menerjang satu monster yang berada di jarak cukup jauh dari Arthur. Tebasan itu berhasil terkena monster dan dengan cepat membasahi lorong tanah dengan darah berwarna hitam.
Ya, hitam. Berbeda dengan monster lain, makhluk di sini memiliki darah hitam. Bentuk dari monster barusan juga sangat aneh, Arthur tidak pernah melihat ataupun membaca tentang monster yang baru saja dia bunuh.
Untuk sekarang mari lupakan tentang monster ini dan mari ke pusat Dungeon..
meskipun masih diliputi dengan rasa bingung dan sedikit takut, dia tetap pergi menjelajahi Dungeon ini.
Selama perjalanan, remaja itu menemukan ruangan-ruangan lain di dalam Dungeon. Ada ruangan yang dipenuhi jebakan, dinding-dinding yang bergerak dan perangkap yang mematikan. Namun, dengan kecermatan dan ketajaman intuisi, ia berhasil menghindari bahaya dan terus maju.
Akhirnya, setelah bertarung dengan monster-monster yang kuat dan mengatasi rintangan-rintangan yang mematikan, remaja itu mencapai ruang puncak Dungeon.
Huff, tidak terlalu buruk. Tapi ini aneh, seharusnya jika monster dan jebakan selevel ini tidak akan menjadi masalah untuk petualang dan beberapa penyihir..
Tapi kenapa tidak ada yang pernah berhasil keluar dari Dungeon ini?
Beberapa perasaan aneh timbul di hati Arthur. Ia mulai berpikir bahwa di balik Dungeon paling dalam ini ada sesuatu yang sangat berbahaya. Sesuatu yang berhasil membuat beberapa orang tidak akan pernah pulang.
Arthur menelan ludah. Dia menatap dengan serius ke arah pintu besar yang berada di puncak Dungeon. Pintu tersebut memiliki motif berupa bintik-bintik aneh di tengah pintu yang menjulang tinggi hingga ke langit-langit.
Dengan perasaan campur aduk, Arthur membuka pintu tersebut menggunakan kedua tangan. Tepat ketika dia membuka pintu, matanya terbuka lebar seolah terkejut akan apa yang dia lihat.
Dan memang benar sesuatu yang berada di balik pintu itu adalah masalah besar dan mengerikan. Napas Arthur terengah-engah, dia masih tidak percaya dengan sosok yang berkumpul di balik pintu Dungeon itu.
Ini bukanlah sosok monster mengerikan, ini adalah sekumpulan manusia. Beberapa manusia yang berpakaian seperti petualang, penyihir, anak-anak, dan warga desa juga berada di sini.
"Aaaa... tolong! Sakit.. sakit.. tolong bunuh aku!"
Salah satu pria berpakaian petualang berteriak histeris, mukanya tidak terlihat jelas karena tertutup oleh benjolan merah. Dia terus mengaruk wajah dan bahkan menusuk bola matanya sehingga mengeluarkan darah segar.
"Tidak siapapun tolong, aku! sakit... sakit... bunuh aku!"
Sekarang adalah jeritan kesakitan dari wanita yang seperti ibu muda. Dia mengaruk wajah dan lehernya, dia mendekati Arthur yang terdiam di balik pintu.
"Tolong bebaskan kami... bunuh kami!" Seseorang yang entah pria atau wanita mendekati Arthur dengan wajah penuh darah. Dia merengek kesakitan.
"Bunuh kami!"
"Sakit! Sakit... aku tidak kuat lagi.."
"Siapapun tolong kami!!"
Semua manusia dengan jumlah yang sangat banyak bahkan hingga memenuhi ruangan berteriak dengan hal yang sama.
Merintis kesakitan dengan wajah penuh oleh benjolan kemerahan, mereka terus mengaruk wajahnya tidak peduli akan darah yang terus keluar akibat garukanya.
Tubuh mereka bergerak seperti bukan karena keinginannya, mereka seperti tidak memiliki kehendak atas kontrol tubuh mereka masing-masing.
Seperti Zombie yang kesakitan para orang yang berada di balik pintu mengeluarkan darah segar lewat mata yang merah. Mereka merentangkan tangan dan berjalan ke arah Arthur yang masih membeku.
"Hei.. ini sangat sakit tolong bunuh aku!"
"Tolong! Tolong! Bunuh kami!"
Mendengar jeritan ini membuat napas dan hati Arthur sesak. Dia tidak habis pikir lagi dengan pemandangan mengerikan yang ada di depan matanya. Saat para manusia yang bergerak tanpa keinginan sendiri semakin dekat Arthur menutup matanya.
'Tidak salah lagi mereka adalah penderita umbra plague. Tapi kenapa mereka bisa berada di sini?'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Dr. Rin
ini dari kali ya bukan drak
2023-07-29
0