“Huh… Huh.. Huh..”
Di tengah hutan yang lebat. Arthur mengatur napasnya. Dia tergeletak lemah di tanah yang penuh dengan rumput.
“Hei, Nak! Cepat bangun!” bentak Tamus.
Arthur menghela napas dia berhenti untuk beberapa saat dan menatap langit. Sudah sekitar beberapa bulan dia berlatih dengan Tamus, namun dia tidak pernah berhasil memberikan satu serangan ke Tamus.
Lagi pula karena mengingat ‘umbra plague’ membuat pikiran Arthur terganggu, dia tidak bisa fokus ke latihan.
“Apa kamu masih memikirkan tentang bocah itu?”
Tamus menebak karena dia menyadari perubahan kemampuan Arthur yang menurun. Dari benak Tamus Arthur seperti memikirkan sesuatu.
Arthur menganggukan kepala sebagai jawaban.
“Jangan pikirkan hal yang tidak perlu! Abaikan saja mereka. Atau kamu ingin membunuh mereka sekarang sebelum berubah gila? Itu juga pilihan yang bagus karena bagi penderita ‘umbra plague’ mati sebelum gila adalah kehormatan. Apalagi ketika dibunuh oleh orang terpercaya.”
“Kenapa kamu terus berkata seperti itu, Tamus? Apakah kamu tidak ingin membantunya?” Arthur menaikan nada, dia sudah tidak tahan lagi mendengarkan jawaban dingin dari Tamus.
“Arthur seperti yang telah aku katakan. Tidak ada cara menyelamatkan penderita ‘umbra plague.”
Arthur terdiam dan meremas rerumputan. Dia sudah tahu betul hal itu, dia pernah membaca segala buku tentang ‘umbra plague’ dan tertulis bahwa tidak ada cara penyembuhan, namun Arthur berharap semoga ada cara untuk menyembuhkan mereka.
Melihat Arthur terdiam membuat Tamus menghela napas dan berjalan menjauh. “Kalau sudah paham istirahat dan kembalilah! Ingat, waktu istirahat hanya sampai sore, kalau kamu kembali lebih dari itu maka kamu tahu, kan akibatnya?”
Tamus menatap tajam memberikan hawa membunuh tingkat tinggi.
“Y- ya, aku paham.”
…….
Waktu istirahat Arthur cukup lama, dia memutuskan untuk mengunjungi desa Fusa sekali lagi. Bermain dengan Aron di padang rumput dekat rumahnya.
“Kak Arthur kenapa kamu terlihat murung seperti itu?"
Aron bertanya ke arah Arthur yang duduk berlendetan di pohon.
"Tidak bukan hal yang terlalu penting."
Yang membuat Arthur murung tidak lain adalah Aron dan ibunya, namun tentu saja dia tidak bisa mengatakan hal seperti itu.
"Omong-omong bagaimana dengan hasil jualanmu, Aron. Apakah banyak terjual?"
"Ya, aku sangat senang. Berkat kak Arthur sudah tidak ada yang berani meminta hasil uangku, meskipun hanya sedikit.."
Aron memperlihatkan uang dari hasil jualannya. Ini sangat sedikit hingga membuat mata Arthur terbuka lebar karena terkejut.
Dia tidak terlalu heran mengingat banyak orang yang menjauhi Aron karena penyakit 'umbra plague', Arthur semakin merasakan kesedihan yang mendalam.
"Hehehehe, tapi kak Arthur. Dengan ini sedikit demi sedikit Ibu akan sembuh, kan?"
Wajah polos Aron tersenyum cerah, dia sangat berharap dengan ini bisa membuat sang ibunda kembali sembuh.
Aron tidak mengetahui fakta bahwa dia maupun sang ibu tidak mungkin bisa tersembuhkan.
Meskipun suli Arthur berencana untuk mengatakan kenyataan. Dia siap menerima amarah dari Aron
Saat dia ingin berbicara tiba-tiba terdengar suara sangat nyaring.
"Oi, Nak. Beraninya kamu tidak memberikan uang kepada kami!"
Tiga orang pria dewasa berteriak, mereka tidak lain adalah orang yang mengganggu Aron kemarin.
"Kalau masih ingin hidup cepat berikan uang kepada kami!"
Pria berotot yang berada di tengah menegaskan. Dia memperlihatkan oto-oto gagahnya, dia tampak seperti pemimpin dari ketiga orang tersebut.
Aron tidak memiliki banyak uang bahkan untuk membeli makanan tidak cukup, tapi para preman ini sengaja meminta uang, itu jelas bukan karena butuh uang atau semacamnya. Mereka hanya ingin menyiksa Aron.
Hal tersebutlah yang membuat Arthur merasa jengkel dan marah.
Dengan mata dingin remaja tersebut menatap ketiga pria itu. Merasakan hawa yang tidak enak, mereka bertiga marah.
“Apa yang kamu tatap, Nak?!”
Arthur terdiam untuk beberapa saat lalu tersenyum. “Tidak, aku hanya berpikir bahwa kalian tidak tahu malu, apa yang seru dari mempermainkan orang lemah?”
“Orang lemah? Asal kamu tahu Nak. Dia itu penderita-”
“‘umbra plague, kan? Lalu ada apa dengan itu?”
Mendengar jawaban tenang dari Arthur, membuat tiga pria tersebut heran. Mereka sempat berpikir bahwa ada yang salah dengan otak Arthur, mengingat ‘umbra plague’ adalah penyakit yang mengerikan dan remaja itu mengatakan seolah hal normal.
“Nak! Apa kamu tahu ‘umbra plague?"
Orang yang berada di tengah. Kemungkinan besar adalah bos menanyakan hal itu ke Arthur.
“Tentu aku tahu, tapi ‘umbra plague’ bukan level penyakit menular, ini lebih….” Arthur ingin menjelaskan lebih banyak. Namun berhenti, dia sadar keberadaan Aron ada di dekatnya.
“Kamu tampak seperti tahu kenyataan.. ‘umbra plague’ bukan penyakit menular saja. ‘umbra plague’ itu lebih seperti virus yang merogoh otak korban. Menjadi mereka ‘umbra’ dan para korban perlahan kehilangan kontrol mereka.”
Ini sedikit aneh bagi Athur. Kenyataan tentang ‘umbra plague’ kebanyakan orang hanya mengira bahwa ini adalah penyakit seperti virus yang menular. Meskipun ada juga yang mengetahui fakta sebenarnya ‘umbra plague’, tapi rata-rata dari mereka adalah orang kelas atas.
Seorang bandit tahu tentang ini. Sebenarnya apa yang terjadi?
“Wajahmu tampak seperti terkejut. Apa kamu kaget bahwa aku tahu tentang fakta ‘umbra plague’?”
Arthur tidak banyak bicara dia hanya menganggukan kepala saja.
“Nak, sebenarnya kamu hidup di mana saja? fakta tentang ‘umbra plague’ sudah terungkap beberapa bulan yang lalu. Sekarang para penderita ‘umbra plague’ benar-benar dianggap seperti hama,” ucap bos dari kumpulan mereka.
Ini jadi makin wajar dan di sisi lain mengerikan. fakta ‘umbra plague’ sengaja dipalsukan, semua ini demi penderita sendiri agar tidak dimusnahkan di dunia ini karena bila satu dunia paham dengan fakta ‘umbra plague’ maka pasti penderitanya akan diburu hingga mati.
‘Jadi ini alasan kenapa Aron terus ditindas.’
“jadi pergilah! Hari ini kesabaran kami sudah putus, mungkin sebaiknya kita bunuh saja dia dan ibunya.” usul bos tersebut, menghunuskan belati tajam ke arah Arthur yang tangan kosong.
“Berhenti, jangan lakukan apapun ke ibu!” Aron berteriak dia tentu saja tidak terima akan rencana busuk ini.
“Kamu diam saja! Kalian hanyalah hama kalian tidak akan pernah diterima di manapun, tidak akan dicintai, tidak ada menginginkan. Kalian adalah makhluk yang seharusnya tidak terlahir!”
Bos tersebut menaikan nada dengan sangat kencang. Membuat Aron bergetar karena takut, namun Arthur menjadi sedikit marah. Segala ucapannya mengingatkan Arthur dengan kenangan buruk. Kenangan dia dibully di dunia manusia, kenangan dia yang dikucilkan oleh satu keluarga. Tentu saja Arthur sangat paham perasaan ini.
[ Ayato, aku harap. Aku tidak pernah melahirkanmu! ]
‘Aku juga ibu. Aku juga tidak pernah meminta untuk hidup’
Dia kembali teringat akan ucapan ibu di kehidupan ke pertamanya.
Arthur terdiam hal ini tentu memberikan celah untuk para bandit, mereka bertiga menerjang Arthur dengan senjata tajam berusaha menusuknya.
Mereka berpikir bahwa dengan ini bisa membunuh remaja di hadapannya, namun sangat di sayangkan. ini semua tidak akan berguna.
Arthur dikepung, kalah jumlah tiga banding satu. Dia harus bertindak cepat, tidak ada waktu untuk berpikir. Dengan langkah kaki yang cepat, dia mampu melumpuhkan musuh pertama, tetapi dua lainnya dengan cepat membantunya. Arthur terpaksa melawan tanpa ragu, mengandalkan insting dan pelatihannya untuk bertahan hidup. Dengan suara napas sendiri dan dengusan para musuh sebagai latar belakang, Arthur terkunci dalam pertarungan fisik yang brutal. Dia mampu menangkis semua musuh dan pada akhirnya Arthur muncul sebagai pemenang.
Pandangan Arthur fokus ke arah tiga musuh yang baru saja ia kalahkan, tidak ada belas kasih dari tindakannya bahkan matanya sangat dingin. Dia kemungkinan sangat marah dengan sifat seenaknya para preman.
“Keren! Kamu sangat hebat Kak Arthur!”
Aron bersorak, dia menganggap semua gerakan yang dilancarkan Arthur sangatlah hebat.
Arthur menoleh ke belakang, Aron tadi sempat ketakutan, namun kini dia tersenyum riang. Bibir Arthur terangkat, dia bangga dengan dirinya sendiri karena dapat menyelamatkan anak kecil.
Tapi ucapan dari Aron berikut membuat Arthur memudarkan senyuman. Angin berhembus menerpa kedua rambut orang tersebut, tepat pada momen ini. Aron tersenyum, tudung jubahnya terbuka, menampilkan benjolan merah dengan jumlah banyak di balik leher.Tapi dari senyuman Aron tidak terlihat kesedihan ini murni rasa kegembiraan.
“Aku bersyukur dengan ini aku bisa istirahat dengan tenang.. Kak Arthur ketika waktuku tiba, tolong bunuh aku.. Jika orang baik sepertimu membunuhku, maka aku akan merasakan sangat terhormat.”
Satu kalimat simpel dari anak kecil. Arthur menutup matanya sudah tidak bisa lagi memikirkan apa yang sebaiknya dia lakukan. Anak kecil berumur 10 tahun meminta untuk dibunuh karena putus asa, ini terlalu sulit dan menyakitkan bahkan dia meminta untuk dibunuh dengan senyuman polos.
Seolah tidak menyadari arti dari ‘membunuh', tidak, lebih tepatnya Arthur sangat paham bahwa Aron mengerti akan hal ini, tapi dia meminta untuk mati. Inilah yang membuatnya makin tampak menyedihkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
bro....😔
2023-12-17
0