[Ayato POV]
Setelah berjalan beberapa saat akhirnya Aku sampai di kelasku. Aku duduk di bangku dan menatap ke jendela. Sembari memikirkan apa yang baru saja terjadi.
Aku benar-benar mengatakan hal kejam. Seharusnya aku tak perlu sampai mengatakan dan emosi seperti itu, seperti anak kecil saja. Tapi aku benar-benar tak habis pikir dengan yang ada otak gadis itu.
Dia selalu masuk ke rumahku. Masak untukku, rasanya enak jadi aku biarkan saja, tapi sangat tak wajar seorang gadis melengket seperti itu dengan seseorang seperti aku.
Cinta? Hah, aku tak terlalu suka mendengar hal itu. Tidak lebih tepatnya aku tidak layak menerima hal itu. Bahkan orang tuaku tak memberikan sesuatu yang disebut 'cinta' kepadaku.
Aku pernah mendengar dari perdebatan kedua orang tuaku. Sepertinya aku adalah anak dari hasil nafsu bejad ayahku. Saat berpacaran dengan ibu ayah tidak bisa mengendalikan nafsu dan aku terlahir. Dan karena alasan itulah ibu dan ayahku menikah. Ayah hanya ingin bertanggung jawab, tapi apanya yang bertanggung jawab.
Hubungan dari kedua orang tuaku tak pernah baik, setiap bertemu mereka pasti terus bertengkar dengan ibu yang menyalahkan perbuatan ayah. Yah, wajar saja siapapun akan marah jika mengalami hal seperti ibu. Karena hubungan yang buruk itulah mereka tak pernah pulang dan meninggalkanku sendiri.
Meskipun mereka ada di rumah aku justru tak suka karena kedua orang tuaku akan menatap benci ke arahku. Seolah aku adalah pembawa bencana dan penyebab dari pernikahan mereka.
Bahasa gampangnya aku adalah anak haram mereka. Hahaha, itu terlalu kasar ya? Aku tak peduli pada akhirnya aku adalah sampah yang tak layak dimiliki oleh seseorang wajar saja para kakak kelas menindasku.
Apapun yang kulakukan. Aku adalah keberadaan yang tak diinginkan, karena itulah aku merasa aneh dan tak nyaman ketika tiba-tiba ada orang seperti Nana yang baik hati, bukan berarti aku menolak kebaikannya hanya saja..
"Yo, Ayato! Kau tak lupa dengan yang kemarin kan?"
Seseorang berjalan secara berkelompok jumlahnya tiga orang. Salah satu yang berbadan besar dan barusan berbicara adalah Kak Kisaki.
"Woi! Kau dengar apa yang kukatakan?!" Kisaki menarik kerah bajuku dan menatap tajam mata hitam milikku
Aku benar-benar sudah muak dengan segalanya..
Lihatlah para pecundang itu tak ada yang berusaha membantu..
Mereka hanya menatap, mengeluarkan ekpresi kasihan dan meninggalkanku..
Pada akhirnya aku adalah keberadaan yang tak diinginkan..
"Woi! Kaparat katakan lah sesuatu!"
"Ya, aku membawanya. Tunggu sebentar akan kuambil-"
* Blak
Pukulan keras melayang ke pipiku. Tubuh lemah nan lemas milikku tak bisa menahan rasa sakit dan dengan mudah mental hingga terbentur tembok kelas.
"Lama tahu! Dasar gak becus. Aku akan mengambilnya sendiri!"
Kisaki menatapku dengan emosi, dia segera merogoh-rogoh tasku dengan kasar.
"Lihatlah ini kawan!"
Seolah menemukan sesuatu yang menarik Kisaki memanggil temannya. Dua teman Kisaki membentuk lingkaran dan menatap ke barang yang dimaksud Kisaki. Kemudian tertawa bersama. Dan aku bisa menebak barang itu.
"Hahaha.. Anak laki-laki membawa gantung beruang?? Menjijikkan." Kisaki masih memegang gantungan itu dan menatapnya.
Gantungan beruang itu adalah hadiah dari Nana untukku. Dia memberikan itu untuk hari ulang tahunku. Awalnya dia tak tahu bahwa aku sedang berulang tahun, jadi dia tak punya banyak waktu untuk mencari barang dan memberikan itu untukku. Nana berkata bahwa tahun depan dia akan memberikan sesuatu yang lebih layak.
Namun asal kau tahu Nana. Barang sederhana seperti ini saja sudah membuatku senang. Itu adalah adalah hadiah pertama yang diberikan seseorang untuk aku.
Jadi karena itu emosiku jadi meluap saat melihat Kisaki dan dua temannya mengejek gantungan itu. Rasanya seolah mereka sedang mengejek Nana.
Tanpa sadar emosiku meluap dan berkata dengan nada besar,
"Jangan sentuh itu dengan tangan kotormu!"
Satu kalimat simpel yang bisa meluapkan emosi Kisaki dan membuat seisi kelas terkejut. Mereka mungkin tak mengira aku akan berani mengatakan itu.
Yah, apapun itu aku lebih baik dari pada kalian yang hanya menonton tanpa mencoba membantu..
Berusaha menahan emosi Kisaki dan teman-temannya tersenyum dingin ke arahku. Tanpa menunggu lama mereka menendang serta menginjak-injak tubuhku.
"Dia dah berani bos!"
"Kisaki ayo kasih pelajaran!"
Ucap dua temannya. Kisaki semakin menendang dan menginjak tubuhku dengan kasar.
"Sampah ini dah berani ya!? Apa kamu tak tahu dengan siapa kamu berbicara?! Hah.. Jawablah!!"
Kisaki semakin menendang perutku dengan sangat parah, bahkan hingga aku mengeluarkan darah dan merintis kesakitan. Kedua temannya mencoba untuk menghentikan perbuatan Kisaki karena sudah keterlaluan, namun Kisaki tak mau berhenti.
"Apa gantungan bodoh ini sangat berharga!"
Aku hanya menganggukkan kepala.
"Kalau begitu lihat ini dengan baik-baik!.."
Aku membuka mata perlahan dan mendapati Kisaki yang memasang ancang-ancang untuk melemparkan sesuatu.
"Tunggu apa yang mau kau lakukan?!"
"Makan ini!" Kisaki melemparkan gantungan beruang itu ke arah jendela.
Aku langsung berlari berusaha untuk mengambilnya namun percuma gantungan itu telah jatuh. Aku menatap jatuhnya gantungan itu dari jendela atas. Air mata tanpa sadar telah jatuh.
"Hahaha.. Serius kamu nangis hanya karena seperti itu?! Menjijikkan apakah kamu benar-benar punya batang?"
Aku mengabaikan ucapannya dan masih menatap ke arah jendela. Aku mengepalkan kedua tangan karena emosi. Aku ingin mengatakan sesuatu, namun terpotong.
"Cukup sampai disitu Kisaki!"
Suara gadis dengan lantang mengisi kelasku. Tanpa menoleh aku tahu siapa pemilik dari suara ini, ya dia adalah Nana.
Dasar gadis tolol! Apa yang kamu lakukan..
"Wow, aku tak menyangka ada gadis imut seperti ini di sekolah busuk.. Heh, namamu siapa?"
Nana tak merespon dia berjalan ke arahku. Meskipun dia dengan cepat menjadi pusat perhatian kelas, namun dia terfokus kepadaku. Tangan lembutnya bersentuhan dengan tanganku. Dengan senyuman manis seolah berkata 'tidak apa-apa' dia berjalan bersamaku untuk keluar kelas.
Tapi tentu saja Kisaki dan gengnya mengganggu.
"Woi! Gadis bodoh, Bos menanyakan namamu, jadi katakanlah sesuatu."
ucap pria yang menggunakan masker, dia adalah salah satu teman Kisaki, atau lebih tepat dibilang bawahan.
"Tidak apa-apa, gadis imut seperti ini harus diberitahu dulu agar tahu.. Tentu saja kita ajari dengan tubuhnya bukan?"
Kisaki berjalan ke arah kami. Ucapan barusan membuat emosiku meledak, namun aku tak bodoh. Mana mungkin aku menang dalam pertarungan.
* Brak
"Ayato!"
Nana menjerit karena aku terpukul dan terkapar, namun Kisaki dengan cepat menutup mulut itu dengan ciuman paksa dibibirnya. Nana mendorong Kisaki yang mencium bibirnya dengan paksa. Dia tentu saja marah.
"Jangan sentuh aku! Sialan! Nhh."
"Ah.. Semakin kamu melawan kamu makin imut."
"Tidak lepaskan!"
Kisaki memegang lengan Nana, menarik dan menekan Nana di dinding. Kisaki terus mendekatkan wajahnya dengan wajah Nana dengan senyuman menjijikkan.
"Tidak! Hentikan!"
Nana menangis. Air mata tak mau berhenti keluar. Kisaki makin tertawa, dia mengendus endus rambut milik Nana. Bahkan dia sempat menjilati pipi serta leher Nana.
Kenapa tak ada yang mau membantu?..
Kenapa kalian hanya berbisik dan menonton tanpa ada inisiatif untuk menolong?..
Gila.. Mereka semua gila..
Tepat di depan mata sedang ada gadis yang kesusahan, tapi tak ada yang mau menolong..
Siapapun tolong dia, aku akan membayar apapun itu..
Aku tahu harus melakukan sesuatu, namun.. Tubuhku tak bisa bergerak..
Disaat itu sebutir ingatan tentang Nana melintas di otakku. Senyuman manisnya, sifat yang seenaknya, segala tentangnya.
Tidak bukan siapapun, jika aku tak bergerak tak akan ada perubahan sialan!. Aku akan menyelamatkan gadis yang kucintai dengan tanganku sendiri.
Tanpa mengenal rasa takut aku berlari dan melayangkan satu pukulan keras ke Kisaki.
"Ayato," Nana menatapku dengan bangga.
"Maaf, Nana aku yang salah--"
* Brak
Belum selesai berbicara aku merasakan pukulan yang sangat keras di pipiku, pukulan ini adalah dari Kisaki yang membalas seranganku. Sakit Rasanya bahkan seperti tulangku ada yang patah. Tubuhku dengan cepat melayang dan terbentur oleh sesuatu yang tipis.
* Crak!
Apa ini?
Saat aku membuka mata aku dapat melihat dengan jelas pemandangan dari langit cerah.
Oh, jadi begitu sepertinya aku terbentur oleh kaca. Jadi berarti sekarang aku terjatuh dari lantai tiga ya..
Aku akan mati pastinya..
"Ayato!"
Hah, aku bisa mendengar suara imut Nana untuk terakhir kalinya. Aku begitu beruntung. Aku menutup mataku dan tersenyum.
Terima kasih Nana..
Aku mencintaimu..
Maaf dengan ucapanku tadi pagi..
Yah, kamu pasti memafkanku..
"Ayato!"
Ah, aku bisa mendengar jeritan Nana lagi. Aku tanpa sadar tersenyum lebar. Aku tak menyesal sama sekali. Aku berhasil melindungi gadis yang kucintai. Dengan seperti ini aku bisa mati dengan tenang.
Selamat tinggal Nana yang kucintai..
Selamat tinggal semua..
* Brak!
Aku terjatuh dan bisa merasakan cairan berbau tak sedap terus berceceran dikepala. Sekujur tubuhku mati rasa. Sepertinya aku benar-benar akan mati. Yah, tak apa-apa pada akhirnya aku bisa menyelamatkan gadis yang kucintai.
Namun jika seseorang ditanya tentang penyesalan, maka akan kujawab. aku masih ingin merasakan cinta yang hangat dan aku ingin memiliki seseorang yang disebut teman, cukup satu kali saja aku ingin seseorang menerimaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
zevy_14
cinta adalah omong kosong
2023-07-26
2
Dr. Rin
Capslok rusak weeyy 😁
2023-06-29
1
Dr. Rin
apanya yang imut hayoohh (˵ ͡° ͜ʖ ͡°˵)
2023-06-29
0