Hadiah

Ithel kelihatan kebingungan tapi dengan cepat ia tau apa alasan dari sikap gadis ini.

"Aku baik-baik saja dan kenapa kau bertanya seperti itu ?"

"A...aku hanya ingin tau saja karena aku bermimpi buruk tentangmu semalam." Elaknya.

"Benarkah ?"

"Ten-tentu saja untuk apa aku menipumu."

"Tapi kau.."

"Aku lapar jari jadi aku mau masak."Potong gadis tersebut lalu pergi ke dapur meninggalkan Ithel yang masih berdiri menatap punggung gadis itu.

"Sepertinya sandiwara ini harus cepat selesai." Ujar Alexander dengan mata tajamnya.

...****************...

Didalam dapur tampak seorang gadis yang hanya terdiam, ia tampak memikirkan sesuatu. Berbeda dengan biasanya yang selalu tampak bahagia.

"Ada apa denganmu ?" Tanya Ithel.

"Aku tidak apa-apa." Jawabnya dengan terus memperhatikan nasi yang tengah di gorengnya.

"Benarkah ?"

"Iya...aku baik-baik saja." Ujarnya dengan senyuman kearah lelaki tersebut.

Tak lama kemudian sarapan itu selesai, gadis itu dengan telaten menyusunnya dalam meja makan dimana pria tersebut tengah menunggunya.

"Ini dia sudah siap, silahkan dinikmati."

Seperti biasa pria tersebut menyuapkan makanan itu kedalam mulutnya dan rasanya tetap sama enak seperti sebelumnya.

"Oh ya tunggu sebentar." Gadis itu tampak mengingat sesuatu lalu berlalu begitu saja menuju kamarnya.

Ia melirik kearah tas kecil sederhana lalu membukanya dengan cepat. Kemudian ia mengambil sesuatu yang dibelinya tadi malam. Rose tampak memeriksa kue yang ia beli apakah masih bisa dimakan atau tidak.

"Ini masih enak." Gumamnya setelah menggigit sepotong kue tersebut.

Setelah itu dengan cepat ia berjalan menuju meja makan di mana pria itu berada.

"Ada apa ?" Tanya Ithel bingung melihat yang dilakukan oleh gadis tersebut.

"Aku membeli sesuatu tadi malam dan kupikir kau mungkin menyukainya." Jawabnya lalu mengambil piring dan meletakkan kue tersebut ke atas piring yang telah ia siapkan.

Ithel melirik sejenak ke arah piring yang sudah berisi kue berbentuk bulan itu.

"Habiskan dulu sarapannya lalu cicipi kuenya." Ujar rose yang kembali menyantap sarapannya begitu pula dengan pria tersebut.

Akhirnya mereka telah menghabiskan sarapan tersebut dan pria itu tampak mulai mencicipi kue yang di bawa Rose.

"Bagaimana ? enak ?" Tanyanya.

"Ini enak aku menyukainya." Ujar pria tersebut dan memang kue tersebut enak dan pas di mulutnya tapi semakin enak lagi ketika ia dapat melihat senyuman gadis yang ada di depannya itu.

"Syukurlah, aku takut kau tidak menyukainya."

"Aku pasti menyukainya"

"Oh ya aku membeli sesuatu lagi, kuharap kau juga menyukainya." Rose memberikan kotak kecil berwarna hitam padanya.

"Ini untukku ?" Tanyanya.

"Iya...hmm coba buka." Sebenarnya gadis itu sedikit takut jika saja pria tersebut tidak menyukainya.

Ithel perlahan membuka kotak tersebut dan menampilkan sebuah kompas yang sangat pas untuk di bawa di dalam sakunya.

"A-apa itu bagus? kau menyukainya? ji-jika tidak suka aku tidak apa-apa hmm nanti aku akan menabung dan membelikan sesuatu yang lebih baik lagi."

Ithel tidak menjawab pria itu hanya diam menatap kompas tersebut lalu beralih kepada Rose yang tampak panik jika dia tidak menyukainya.

"aku menyukainya Rose, bukan tapi aku benar-benar menyukainya.Terima kasih banyak" Ujarnya dengan senyuman yang sangat tulus. Baru kali ini Alexander yang merasakan sesuatu seperti ini. Selama ia hidup memang banyak yang telah memberikannya hadiah bahkan lebih baik dan lebih mahal dari pada ini tapi baru kali ini Alexander menerima hadiah yang benar-benar sangat tulus dari seseorang.

"Syukurlah hehehe aku memberikan hadiah ini karena aku takut mungkin suatu saat nanti kau bisa saja tersesat kembali dihutan seperti pertemuan kita pertama. Jadi, jika suatu saat itu terjadi kau bisa dengan mudah menemukan jalan keluar." Jelasnya.

Mendengar jawaban tersebut membuat Ithel merasakan suatu hal yang aneh didalam hatinya.

"Kau benar-benar memikirkan ku ya ?" Tanyanya.

"Hmm tentu saja, di dunia ini kau yang paling ku sayang Ithel." Jawab Rose dengan pasti.

Ithel tidak menjawab melainkan menyentuh kedua pipi milik gadis tersebut lalu mengelusnya.

"Imutnya." Kata itu keluar begitu saja dari mulut pria tersebut.

mendengar perkataan tersebut sontak seluruh tubuh Rose terasa terbakar belum lagi mukanya yang sudah seperti kepiting rebut itu.

"Kau baik-baik saja ?" Tanyanya yang tampak khawatir dengan raut wajah gadis itu yang tampak aneh.

"A-aku baik-baik saja bahkan sangat baik."Jawab gadis itu dengan cepat.

"Benarkah ?" Tanyanya kembali.

"i-iya...hmm aku akan mencuci piringnya." Jawab gadis itu dengan terburu-buru.

Belum sempat pria itu menjawab tapi Rose telah lebih dulu pergi dari ruang makan tersebut.

"Aku bisa gila kalau begini terus." Gumamnya dengan pelan.

sedangkan disisi lain pria itu hanya tersenyum melihat tingkah dari gadis tersebut.

"Hati-hatilah dalam mencucinya aku takut kau akan terluka jika terlalu terburu-buru."

"I-iya."

'Hua jantung berhenti berdebar, kenapa aku seperti ini ? huaa bagaimana ini ?."

Pria tersebut lalu mengambil lap dan mulai mengelap meja tersebut dengan telaten.

Setelah itu di tampak berjalan kearah Rose untuk meletakkan lap tersebut. Tapi entah kenapa ide gila terlintas begitu saja di kepalanya.

Rose yang tampak fokus dengan pekerjaannya tampak tidak menyadari pria yang sudah dibelakangnya itu.

"Deg"

Jantung milik gadis itu rasanya ingin meledak saat mengetahui bahwa saat ini ada tangan kekar yang Telang melingkar di bagian perutnya.

"I-ithel." Cicit gadis itu.

"Ya." Jawab pria tersebut yang saat ini tengah memeluknya dari belakang lalu saat ini kepalanya ia letakkan diatas pundak milik Rose.

"Ka-kau kenapa ?"

"Tidak apa-apa,"

"Kau sangat harum Rose aku menyukainya." Lanjutnya.

Jujur saja pria tersebut bingung dengan apa yang ia lakukan pada saat ini. Tapi didalam hati ia juga sangat menyukainya.

"Bisakah kau melepaskannya, a-aku tidak bisa konsen."

"Kan kau masih bisa bekerja, aku tidak akan mengganggu mu." Jawabnya dengan mudah.

"bukan begitu tapi..."

"Kau membenciku ?" Tanya pria itu dengan cepat.

"Tidak." Jawab Rose yang dengan cepat juga.

"Lalu, aku hanya memelukmu saja tapi kau sudah ingin menjauh saja."

"Bukan begitu, hanya saja...."

' Jantungku mau copot kalau kau terus begini.' batinnya.

"Yaudah deh aku mau pergi, dan tidak akan mengganggu mu lagi." Ujar pria tersebut yang mulai melepaskan pelukannya pada pinggang ramping milik gadis tersebut.

"Ha..jangan."Dengan reflek tangan Rose memegang tangan pria tersebut yang masih bertengger di pinggangnya.

"Huaa apa yang kulakukan.' Batin gadis tersebut saat mengetahui bahwa saat ini ia benar-benar melakukan hal yang aneh.

"Baiklah kau yang memintanya." Ujar pria tersebut.

Ithel atau Alexander itu justru semakin mengeratkan pelukannya dan tanpa disadari siapapun senyuman tipis terpampang di wajahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!