Untuk masa depan

'Keluarga kecil? seseorang yang mencintai nya, aku harus menemukannya untuk gadis itu.' Pikirnya.

Akhirnya Renov telah berhasil memindahkan seluruh berkas yang ada di istana ke tempat itu.

"Yang mulia saya pikir baik untuk mengganti perabot yang berada disini agar anda lebih nyaman." Tidak ada jawaban dari Alexander yang masih menutup matanya.

Karena tidak ada Jawaban dari Alexander dengan inisiatifnya Renov mendekati kasur dan hendak mengganti nya namun belum sempat ia menyentuhnya suara dingin Alexander telah menghentikannya.

"Jika kau menyentuhnya maka akan ku potong tanganmu." Ujarnya yang sudah membuka matanya menatap marah kearah Renov.

...****************...

Setelah hal itu dengan cepat Renov meninggalkan tempat itu karena Alexander benar-benar akan memotong tangannya.

Pria tersebut mendudukkan tubuhnya di atas kursi yang sudah ada di kamar tersebut. Ia memperhatikan seluruh yang ada di sana walaupun tidak mewah tapi ini sangat rapi bahkan Alexander dapat mencium aroma bunga yang selalu tercium dari tubuh gadis itu.

Tanpa pria itu sadari ia benar-benar nyaman dengan kamar yang telah disiapkan oleh Rose dari pada kamarnya yang super mewah di istana.

Hingga akhirnya tanpa di sadari hari telah pagi rose sudah terlebih dahulu bangun ia melihat kamar Ithel yang masih tertidur tertutup.

"Dia masih tidur, baiklah aku akan memasakkan sesuatu yang enak untuknya." Dengan senang hati Rose pergi ke dapur lalu mulai memasak sesuatu di sini tapi karena ini masih pagi sehingga gadis itu hanya memasak nasi goreng dengan telur dadar.

Sedangkan Ithel yang memang masih berkutat dengan berkas-berkasnya tidak tidur sejak malam karena pada dasarnya seorang dewa sama sekali tidak membutuhkan tidur seperti manusia. Mereka jika ingin dapat tidur tapi jika tidak mereka juga akan biasa saja.

"Bau apa ini ?" Indra penciuman Alexander mencium sesuatu yang sangat enak di hidungnya. Sebenarnya sama seperti tidur dewa juga bisa makan ataupun tidak terserah pada mereka tapi mereka juga masih bisa merasakan nikmatnya makanan.

Akhirnya Rose telah siap dengan apa yang ia kerjakan mulai dari memasak dan menyusunnya di meja makan bahkan dia telah membuat teh hangat untuk pagi hari ini.

"Sudah siap saatnya aku membangunkannya." Dengan senang hati Rose berjalan ke kamar Ithel.

"Tuk"

Baru saja ingin mengetuk pintu tapi justru pria itu sudah membuka pintu sehingga Rose justru mengetuk dada pria tersebut.

"Ah maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja." Ujarnya.

'Astaga, dadanya benar-benar keras dan tegap huaa.'

"Oh tidak apa dan kenapa kau kemari Rose ?" Tanyanya.

"Aku ingin mengajakmu sarapan pagi jadi ayo turun ke bawah ya." Ajaknya dengan senyuman indahnya.

Sejenak pria itu sedikit terpesona saat melihat rambut gadis itu tampak di ikat asal sehingga menampilkan leher jenjangnya dan itu sungguh mempesona.

"Oh iya ayo kita turun ke bawah." Ajak Alexander yang berjalan lebih dulu dari Rose.

Sesampainya di dapur ia hanya terdiam melihat dua piring nasi goreng dengan telur di sana dan juga teh yang ada di sana.

"Duduklah, mari kita makan." Ajak Rose yang sudah lebih dulu duduk disalah satu kursi di sana.

"Hmm"

Gadis itu hanya terdiam dan menatap Alexander.

"Kenapa hanya melihatku ? apa ada yang salah ?" Tanyanya.

"Tidak aku hanya ingin melihat kau makan jadi cepat cicipi lah baru beri tau aku jika tidak enak oke " Ujarnya.

"Hmm baiklah." Pria itu tampak tidak berharap lebih toh ini hanya nasi goreng biasa memang apa yang bisa berbeda.

Satu sendok berhasil masuk ke dalam mulutnya tampak pria tersebut perlahan mengunyah tanpa ekspresi apapun.

"Bagaimana ?" Tanya Rose yang memang telah menunggu dari tadi.

"Ini enak." Jawabnya membuat senyuman merekah dari bibir gadis itu.

"Syukurlah" Ujarnya Lalu ikut menyantap nasi goreng tersebut.

Tidak ada obrolan diantara mereka yang terdengar hanyalah suara sendok yang mengenai piring.

"Apa kau mau lagi ?" Tanya Rose saat melihat piring Ithel yang telah kosong dan bersih itu bahkan rose tidak dapat menemukan satu biji nasipun di sana.

"Tidak ini sudah cukup"Tolaknya akan tetapi rose mengetahui jika pria ini masih menginginkannya hanya gengsi saja.

"Yahhh padahal aku membuat banyak tadi" Ujarnya dengan tampang kecewa.

"Yasudah mau bagaimana lagi sini biar aku habiskan." Jawab Alexander.

"Maaf telah merepotkan mu"

"Tidak masalah."

"Baiklah tunggu sebentar ya," Rose lantas berdiri lalu mengisi kembali piring tersebut namun kali ini porsinya dua kali lebih banyak dari yang awal.

"Maaf ya jika banyak, nanti kalau kamu nggak sanggup ya udah sisain aja." Ujar Rose.

"Aku akan memakannya."

Akhirnya benar saja pria itu menghabiskan nasi goreng tersebut dengan lahap lalu setelah itu mereka berbincang sebentar di meja makan.

"Baiklah aku akan bersih-bersih dulu ya." Ujar Rose dia lalu mengumpulkan semua piring lalu membawanya ketempat cuci piring.

Melihat hal tersebut Alexander hanya terus memperhatikan punggung gadis itu dari belakang ketika mencuci piring.

"Apa ada yang bisa ku bantu ?" Tanyanya

"Tidak perlu."

"Ayolah aku akan membantumu apapun itu."

"Baiklah jika begitu tolong lap meja makannya ya."Pinta Rose padanya.

Tanpa ia sadari bahwa Rose adalah makhluk pertama yang sudah berani memerintahnya.

"Oh baiklah dimana lapnya ?" Tanyanya.

"Ini disampingku." Jawab Rose yang masih sibuk dengan piringnya.

Akhirnya dengan telaten pria tersebut mengelap meja itu hingga sangat bersih. Ya tentu saja dia sangat pintar dengan pekerjaan manusia karena sudah beratus tahun ia terus bereinkarnasi dan dari macam latar belakang dan juga profesi tapi satu hal yang tidak pernah ia pahami adalah rasa cinta kepada seseorang.

"Kau sangat telaten dan berbakat ya Ithel." Puji Rose yang telah selesai dengan pekerjaannya.

"Terimakasih." Ujarnya dengan senyum tipisnya.

Setelah itu mereka kembali ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri lalu segera membuka toko bunga mereka.

Pagi hari yang cerah mereka lalui dengan seorang pelanggan pria dengan rambut coklat dan mata hitam pria ini cukup ramah dan dia juga merupakan seseorang yang membantu Rose selama Ithel tidak ada.

"Pagi Rose." sapanya pada Rose yang dari tadi sedang menyusun bunga sedangkan Alexander hanya memperhatikan wajah asing itu dari jauh.

"Pagi juga Kelvin." Jawab Rose dengan senyuman.

Sedangkan di sisi lain Alexander sedang memperhatikan interaksi mereka berdua.

'Sepertinya dia menyukai gadis itu, atau dia saja yang menjadi pasangan Rose untuk keluarga kecilnya di masa depan.' pikirnya namun ia juga merasa sedikit ngilu di hatinya tapi masih terus disangkalnya.

"Apa aku akan membeli bunga hari ini Kelvin ?" Tanya Rose.

"Sudah berapa kali ku bilang panggil saja Vin Rose nama Kelvin secara lengkap terlalu panjang." Pintanya.

"Baiklah Vin hehehe." Ujar Rose dengan sedikit tertawa dan itu cukup membuat seorang pria yang berada di sudut sana ingin membakar seluruh yang ada disini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!