Kembali

Tapi tak lama kemudian pria itu menyesali apa yang ia lakukan bagaimana tidak saat ini justru dadanya yang terus saja bertabrakan dengan dada lembut milik gadis itu.

"Ithel"

"Apa?"

"Bukankah posisi ini sangat..."

"Diamlah oke jangan berbicara lagi, karena aku sedang mempertahankan akal sehatku Rose."

"Ha maksudnya"

"Rose diamlah." titahnya lagi.

"Baiklah-baiklah aku akan diam dan tidak akan mengajakmu berbicara lagi." Ujarnya.

Akhirnya mereka tiba juga di toko bunga Ithel yang menjadi kediaman mereka.

"Masuklah ke kamarku dan tunggu di situ." Titahnya.

...****************...

Lama Rose menunggu hingga akhirnya pria itu tiba dengan banyak barang di tangannya.

"Pakailah ini, " Ujarnya dengan memberikan barang-barang itu pada Rose.

"Ini..."

"terima saja."

"Baiklah terima kasih." Akhirnya dengan penuh usaha Rose menggunakan baju yang sudah di beli oleh Ithel. Baju itu terlihat pas dibadannya.

"Ini terlihat cantik, aku suka." Ujarnya lalu berjalan keluar untuk menemui laki-laki itu.

"Ithel.."

"Ithel.."

Lama perempuan itu mencari hingga akhirnya ia menemukan sosok yang ia cari yang saat ini sedang sibuk merapikan susunan bunga.

"Boleh aku bantu." Tawar Rose dengan senang.

Sejujurnya gadis itu sangat senang bisa berubah lagi menjadi manusia. Akhirnya ia tidak perlu berdiam diri dengan sayap rapuhnya.

"Tidak perlu "

"Kenapa ?"

"karena kau baru berubah menjadi manusia, dan pasti kau masih merasa aneh dengan hal itu."

"Tidak aku biasa saja tuh."

"Dan maaf itu karena ku kau justru berubah aku benar-benar minta maaf." Ujar Ithel yang memang merasa bersalah dengan apa yang terjadi. Niatnya hanya ingin jika Rose berumur panjang bukan merubahnya.

"Hahaha tidak perlu minta maaf justru aku ingin berterimakasih dengan apa yang kau lakukan. Aku sangat senang bisa menjadi manusia ya walaupun aku sudah tidak bisa terbang lagi." Ujarnya.

"Aku bersyukur untuk itu." Ujar pria itu dengan senyum menawannya.

"Ithel."

"Hmm"

"Ithel"

"Hmm"

"Ithel"

"Iyaaa Rose ada apa ?" Tanya pria tersebut dengan menatap mata hitam milik perempuan itu.

"Tidak apa-apa aku hanya senang bisa berbicara sepertimu." Jawabnya.

Pria tersebut menatapnya dengan dalam lalu meletakkan telapak tangannya tepat di pipi Rose

"Aku juga senang." Ujarnya dengan lembut.

Akhirnya malam itu mereka habiskan untuk berbincang hingga akhirnya sudah terlalu larut malam dan saatnya mereka untuk segera tidur.

"Sudah malam Rose, tidurlah di kamar ku." Pintanya.

"Ta-tapi kau tidur di mana ?"Tanyanya.

"Aku ada urusan malam ini jadi aku akan pergi keluar." Jawabnya dengan senyuman.

"Baiklah, ini sudah sangat larut jadi kau harus berhati-hati ithel." Nasihat Rose.

"Iyaaa dan ingat Rose kunci pintu dan jangan bukakan untuk siapapun saat aku pergi, kau mengerti bukan ?"

"Siapa memangnya yang mau bertamu di jam segini ithel, hehehe."

"Huh intinya jangan buka pintu oke"

"Kau sendiri maksudku bagaimana jika itu kau ?" Tanyanya.

"Aku juga jangan." Ujarnya yang tampak sangat serius.

"Ta-tapi ithel ?"

"Jika itu aku pun kau jangan keluar dari kamarku ataupun membuka pintu mengerti ?".

"Iya aku mengerti." Jawab Rose dengan pasti.

"Baiklah pergilah tidur Rose aku akan pergi setelah kau pergi."

"Hmm" Rose melangkah pergi meninggalkan Ithel yang masih berdiri di sana beberapa kali ia melirik ke belakang dan tersenyum pada laki-laki itu.

"Aku harap tidak ada hal buruk yang akan terjadi." Gumam Rose sebelum akhirnya ia telah masuk ke dalam kamar dan merebahkan badannya yang cukup lelah lalu tertidur.

Ithel yang sedari tadi memperhatikan gadis itu masuk ke kamarnya dan ia pun juga tau jika gadis itu telah tertidur disana.

"Rey..." setelah mengatakan hal tersebut mendadak angin disana bertiup kencang. Sosok pria dengan jubah hitam muncul dan langsung bersimpuh di hadapan Ithel.

"Iya yang mulia." Ujarnya.

"Jaga tempat ini, aku akan kembali ke istana." Pintanya dengan mata merahnya yang menyala.

"Baik yang mulia." Jawabnya dengan patuh.

Tidak ada jawaban dari pria tersebut mendadak sosoknya sudah hilang begitu saja.

Istana Underland

Angin berhembus dengan perlahan lalu menampilkan soal pria tampan dengan mata merahnya,

"Selamat datang kembali yang mulia." Ujar orang-orang yang memang sudah berkumpul di sana.

Namun tidak ada balasan dari pria tersebut matanya hanya menatap dingin kepada semua orang yang berada di sana.

"Sepertinya kalian terlalu santai selama aku menjalankan ujianku." Ujarnya dengan dingin.

"Ampun yang mulia kami selalu menunggu kehadiran anda dan selalu berdoa agar anda dapat menyelesaikan ujian reinkarnasi anda yang mulia."

"Oh benarkah ?" Tanyanya dengan dingin.

"Aku sungguh terharu mendengarnya..." jawabnya.

"Renov kemarilah." ujarnya.

Tampak seorang pria dengan rambut bewarna hijau gelap datang kepadanya.

"Renov laporkan dengan jujur apa yang telah mereka lakukan selama aku tidak ada." Pintanya.

"Baik yang mulia." Jawab pemuda itu lalu dengan kekuatannya ia menampilkan apa saja yang di lakukan oleh para tetua saat ia tidak ada.

Mereka dapat melihat bagaimana orang-orang itu yang berusaha mencelakainya saat ia sedang berada di dunia fana.

"Kita tidak bisa membiarkan dia melewati ujiannya."Ujar seorang tetua yang agak kurus.

"Jadi apa yang ingin kalian lakukan." tanya salah seorang pria tua yang tampak masih cukup tegap itu.

"Kau tau ujian itu akan selesai jika dia mati karena rela berkorban untuk orang lain jadi kita bisa membunuhnya kan." Tambah pria gendut dengan bahagia.

"Jadi maksud mu kita akan membiarkannya untuk terus bereinkarnasi".

"Tentu saja dan dia tidak akan pernah bisa melewati ujiannya sampai kapanpun."

"Hahaha" Mereka tampak senang dengan apa yang mereka lakukan.

Begitulah isi dari rekaman itu yang membuat tiga tetua disana berkeringat dingin.

"Ma-maafkan kami yang mulia"

"Maafkan kami..."

"Maafkan kami..." Pinta mereka dengan bersujud.

"Jangan harap kematian kalian akan mudah." Ujarnya lalu sontak bayangan hitam membawa mereka pergi entah kemana.

semua pergi kecuali Renov karena itulah keinginan dari pria tersebut.

"Saya senang anda telah kembali yang mulia." Ujar pria tersebut.

"Bagaimana dengan para dewa munafik itu ?" Tanyanya.

"Mereka tidak henti menyerang perbatasan saat anda tidak ada yang mulia." Jawabnya.

"Aku akan keperbatasan sekarang." Ujarnya lalu menghilang begitu saja.

"Huh dia tidak berubah sedikitpun." Pikir Renov sambil menatap singgasana yang telah kosong itu.

Di perbatasan tampaknya keadaan sudah semakin kacau pasukan dewa langit tampak menyerang dengan unggul.

"Sepertinya kita akan menang kali ini." Ujar salah satu dewa yang berada disana.

"CTARR BOOM" tanah berguncang membuat semua orang tampak menghentikan pertarungan mereka.

"Di-dia..." Ujar salah satu dewa yang sedang menonton peperangan itu dari langit.

Tampak pria tampan dengan mata merahnya muncul di sana dengan sayap hitamnya yang lebar dan kokoh.

12 dewa yang sedari tadi hanya menyaksikan akhirnya memutuskan untuk turun ke Medan perang tepat dihadapan pria tersebut.

"Senang bertemu kalian."

Terpopuler

Comments

Frando Kanan

Frando Kanan

dewa munafik?......apa mungkin bch ini adalah raja iblis???

2024-04-21

0

Frando Kanan

Frando Kanan

ujian reinkarnasi? ujian apaan itu?

2024-04-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!