Waktu terus berlalu, seperti angin yang berhembus tanpa henti. Silih berganti bagaikan siang dan malam. Alkna kini bisa sedikit bernafas lega dan ceria, di saat tidak ada bayangan Joni dalam hidupnya.
''Kenapa saya di pecat, pak? Apa salah saya?'' Tabya Joni pada atasannya.
''Joni, kamu masih bertanya apa salahmu, selama sebulan ini sudah berapa kali kau cuti, bahkan kau pernah satu minggu full tidak masuk bekerja, apa kau fikir tempat ini milik ibumu?'' ucap atasannya Joni.
''Tapi saya kan izin, Pak. Dan alasan saya masuka akal, '' ucap Joni
''Alasan anak dan istri yang selalu kau pakai, sedangkan mereka kau usir dari rumahmu, apapa kau fikir kami orang bodoh yang selalu bisa kau bohongi. ''
Ucapan itu mampu mrbuat Joni mematung, tidak menyangka jika atasannya tahu akan kepergian Alina.
''Sekarang pergilah, gajimu akan kami potong sebagai pelunasan hutangmu, " imbuh atasannya itu.
''Tidak bisa begini dong, Pak. Janji biaya hutangnya mkan saya cicil selama 6 bulan dan ini masih dapat 2 bulan, jadi masih ada sisa 4 bulan, kalau di potong bisa habis gaji saya, Pak" ucap Joni.
"Itu deritamu, JOn. sekarang keluarga! " ucap sang atasan seraya meninggalkan Joni
"Sial!" rutuk Joni seraya memukul angin yang gak bersalah.
"Ini pasti ulah Alina, tidak mungkin pak Agus tahu jika bukan dia yang melaporkan aku, awas saja kau Alina, aku akan minta ganti rugi padamu, dasar istri pembawa si*l!" ucap Joni dengan emosi, setelah memgatakan itu, Joni langsung keluar dari tempat kerja dengan sisa uang gaji yang hanya 300 rb.
"Uang segini mana cukup untuk sebulan, ah... aku harus bilang apa sama ibu?" ucap Joni seraya melihat amplop coklat yang ada ditangannya. ketika Joni ingin menghidupkan mesin motornya, ia meeasa nyeri di perutnya. Ia baru ingat kalau sudah sari tadi pagi ia belum makan apapun.
"Ah, siap sekali hari ini aku, Indri mana kembali ke kota lagi," seru Joni dengan menahan lapatnya, dengan cepat Joni keluar dari gerbang tempat ia bekerja. Joni lebih memilih makan bakso pinggir jalan demi menyanggal perutnya yang terus keroncongan.
"Wih, tumben makan di pinggir jalan, biasanya kan makan di tempat elit meski ekonomi sulit, " sindir salah satu tetangga Joni yang kebetulan juga makan di tempat Joni makan.
"Iri saja kamu, kalau gak kepepet aku juga agak. mau makan disini, " ucap Joni setelah menghabiskan semangkok bakso yang ia beli tadi dengan bersih plus kuahnya.
"Ih sombong banget," ketus tetangga Joni.
Jonipun pergi setalah membayar pesanannya.
'Enak juga baksonya, jauh lebih enak dari yang di resorts itu, udan mahal dapatnya dikit kurang enak juga, uh... mending beli dan lalu akun bungkus biar gak ketahuan tetangga yang jilid seperti tadi, ' bathin Joni seraya membawa motornya. Ia langsung pulang kerumahnya tanpa mampir kerumah ibunya, rasanya ia sangat lelah. Lelah hati dan lelah pikiran, mungkin itu yang Joni rasakan.
Ketika Joni membuka pintu rumahnya, bayangan Alina dan Laili terlihat di depannya. Terdengar keluhannya manja Alina waktu baru menikah, rasanya... sangat bahagia, namun senyuman di bibir Joni langsung hilang dan berubah menjadi emosi.
''Joni, mulai sekarang kau lupakan Alina, dan fikirkan masa depanmu, dia bukan istri yang kayak untukmu, '' gimana Joni seraya membaringkan tubuhnya di sofa ruang tamunya. Tanpa sadar jam sudah menunjukkan pukul malam. Joni terbngun karena perutnya terasa sakit kelparan lagi.
Di sisi lain, Alina sudah menjemur pakaian tetangga yang masih setia menggunkan jasa Alina.
''Sayang, akhirya selesai juga,'' ucap Alina pada putrinya yang setia menunggunya selesai.
''Bakso ... Bakso ...'' suara tukang bakso terdengar jelas di telinga Alina dan Laili.
''Bu, Laili mau beli pentol bakso,'' ucap anak itu yang di balas dengan senyuman oleh Alina.
''Laili mau bakso, ayo beli, Nak!'' ucap Alina seraya menggendong tubuh Laili, ia mencium pipi Laili dengan gemas, dulu jangankan beli bakso, beli jajan dua ribu saja Alina tidak punya uang.
''Pak, bakso ya,'' ucap Alina seraya menyerahkan mangkok yang ia bawa dari dalam rumahnya.
''Wah, ini pasi Laili yang minta, ya?'' tanya pak bakso.
''Iya dong, Pak. Baksonya enak ya sayang,'' ucap Alina, namun betapa terkejutny Alina ketika melihat sepeda motor Joni mendekat kearahnya.
''Pak, bakso juga satu ya, dia yang bayar,'' ucap Joni seraya turun dari sepeda motornya, melihat keberdaaan Joni, Laili langsung memeluka Alina seperti anak yang ketakutan.
''Laili, ini ayah, sayang. Sini gendong ayah,'' ucap Joni seraya merentangkan kedua anaknya, namun Laili bukannya mendekat ia malah semakin erat memeluk Alina.
''Pak beri dia satu bungkus, danini uangnya,'' ucap Alina seraya menggendong Laili da mengambil mangkok yang sudah terisi bakso. Setelah itu Alina pun berlalu hendak masuk kedalam rumahnya, namun Joni dengan tanpa malu menghentikan langkah Alina.
''Berikan aku uang dua ratus ribu saja,'' ucap Joni
''Apa kamu sedang mabuk, Bang. Kau minta uang padaku?'' tanya Alina
''Sudah, kamu jangan banyak nanya. Kamu berikan saja uangnya,'' ucap Joni
''Kamu sudah tidak waras bang, aku tidak punya uang sebanyak itu,'' ucap Alina seraya melangkah, namun Joni langsung megmbil dompet kecil yang Alina pegang secara paksa.
''Bang, jangan. Ini uang untuk belanja besok, bang ... ''
''Kamu masih istriku, uangmu uangku juga,'' ucap Joni dengan lantang.
''Tolong ... tolomg ...!'' teriak Alina mmebuat Joni ketakutan karena tidak menyangka jika Aloa akan melakukan hal itu padanya.
''Pak lepaskan!'' teriak tukang bakso itu seraya mendekati Joni dan Alina yang saling tarik menarik.
''Sialan kau Lin, awas saja kamu, hanya minta uang dua ratus ribu saja kau sdah seperi ini padaku, awas saja tunggu saja pmebalasanku,'' ucap Joni dengan kesal seraya melepaskan dompet kecil itu lalu pergi dengan menaiki sepeda motornya.
''Bu Alina baik-baik saja?'tanya pak Bakso
''Alhamdulillah baik-baik saja, Pak. Terimakasih ya, Pak'' ucap Alina
''Baksonya ni bagaimana, Bu?'' Tanya tukang bakso.
''Baksonya tetap untukku, dia kan tadi bayarnya untukku,'' ucap Joni yang baru mereka sadari kembali lagi setelah berlalu.
''Dasar laki-laki gak tahu malu!'' cibir pak tukang bakso ang sudah tahu jika laki-laki itu adalah suami Alna yang tidak bertanggung jawab.
''Jangan ikut campur urusan orang , pak. Urus saja dagangan baksomu yang tak layak ini,'' ujar Joni seraya menendang ban gerobak bakso.
''Udah, Pak. Jangan ladeni dia, nanti akan tambah runyam, apalagi jika sampai dia mengadu pada ibunya, bapak pasti kena semprot juga,'' ujar Alina. Terlihat Joni sudah berlalu, pak Bakso hanya bisa menggelegkan keplaanya.
''Sabar ya, Bu Alina. Ibu Alina yang kuat, yakin Tuhan akan memberikan jalan yang terbaik untuk Bu Alina dan Laili, bahkan anaknya sendiri takut padanya,'' ucap Pak tukang bakso. Alina hanya tersenyum menanggpi apa yang tukang bakso itu katakan.
**********
''Maaf, Paman. Aku tidak bisa membela Irfan, karena jelas-jelas dia bersalah, Paman ... Irfan harus mengikuti proses hukum, Jangan sellau mmebelanya paman, yang rugi paman sendiri, Zaydan tahu jika paman sangat menyayangi rfan, tapi jangan membenarkan perilaku dia yang slaah, pikirkan juga bagaiaman kondisi korban danorang tuanya, andaikan paman ada di posisi mereka, apakah paman mau melalui jlaan damai? anaknya sampai mengalami trauma berat loh, paman. Bagaiaman jika nanti hal itu dalami Ziza?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments