Bab 7 Alina Mati Rasa

Alina kini merenung di dalam kamarnya, ia mengingat jika ia sudah lama mendapatkan perlakuan kasar dari Joni.

''Baiklah bang, sudah hampir satu minggu kau tidak pulang, bahkan kau tidak menghubungiku sama sekali, Seharusnya ... Aku yang marah, tapi kenapa ka yang marah, bang. Tidak kah kau merindukan putrimu, tidakkah merindukan bagaimana dia memanggilmu ayah? Aku tidak tahan bang, aku  sudah tidak tahan, bolehkah aku pergi? Rasa rasa sabarku sudah sisa sedikit bang, aku sudah tidak bisa bertahan lagi,'' gumam Alina.

Alina mengusap air matanya kala mendengar suara deru motor. Alina segera mengusap air matanya dan pura-pura tidur di dekat putrinya, Laila.

Suara  pintu terbuka semakin membuiat Alina memejamkan matanya. Terdengar Joni yang menutup kembali pintu kamar Laila. Mungkin saat ini Joni sedang  menuju ke kamarnya. Alina baru ingat jika di dapur tidak ada makanan sama sekali.

'Biarlah, aku sudah lelah, semoga kau sadar bang,'bathin Alina.

Terdengar suara pintu yang di tutup dengan paksa, Alina yakin Joni datang dari da;pur dan melihat tidak ada makanan. Hingga malam berlalu dan kini berganti pagi, seperti biasa Alina masak pagi untuk sang putrinya.

''Sayang, kita sarapan dulu,'' ucap Alina pada Laila.

''Bu, nanti kita main di seleah lagi ya, Bu,'' ucap Laila seraya mengunyah makanannya.

''Siap tuan putri ibu,'' ucap Alina, Biasanya Alina akan membangunkan Joni ketika makanan sudah siap, namun saat ini Alina bahkan hanya menyisakan sedikit makanan untuknya. Sudah tidak asda lagi rasa seperti dulu di hati Alina, Alina bahkan tidak pamitan ketika ia pergi. Ia sudah tak perduli dengan apa yang akan suaminya lakukan.

''Wah, kalian sudah mau berangkat?'' tanya Ani yang melihat Alina berjalan seraya menggandengan tangan Laila.

''Iya, tante ... Kan Laila mau jalann-jalan juga,'' ucap Alina menirukan gaya bicara Laila.

''Suamimu udah pulang ya, Lin? Apa kau tidak curiga padanya, bagaimana kalau Joni punya selingkuhan?'' Tanya Ani.

''Jika bang Joni punya selingkuhan pasti Tuhan akan menunjukkannya padaku, mbak,'' ucap Alina

''Iya juga sih, pikirkan apa kataku, lebih baik kau tinggalkan pria macam dia, dari pada kau sia-siakan hidupmu, kalian juga berhak bahagia,'' ucap Ani seraya menegelus kepala Laila.

''Aku juga akan memikirkan hal itu, mbak. Baiklah ... kalau begitu aku lanjut ya, mbak. Dada ... Tante Ani,'' ucap Alina

''Hati-hati dan semangat bekerja,'' balas Ani seraya melambaikan tangannya pada Alina dan Laila

*****

''Lin ... Alina ...!'' teriak Joni ketika melihat lauk yang tersedia.

''Si*aL*AN tuh, Alina ... Apa kau bud3ek!'' Teriak Joni, namun tetap tidak ada jawaban dari istri yang selalu ada untuknya, karena merasa tidak ada orang dirumah, Joni pun mencari keberadaan Alina, kemarahannya bertambah ketika ia tidak melihat sang istri.

"Cari bininya? udah pergi jauh tuh, kasihan amat lo. Gak ada makanan ya? Makanya... Jadi laki yang benerbener, " ucap Ani yang melihat kebingungan Joni.

"Jadi tetangga julid banget,"ucap Joni seraya masuk kedalam rumahnya, namun beberapa saat kemudian, Joni keluar lagi.

" Kau tahu kemana istriku? " Tanya Joni pada Ani.

"Kerja-lah, punya laki kayak gak punya laki, gak dk kasih nafkah, di tinggal, tapi maunya dilayani, dasar suami gak punya ot*ak! " Ucap Ani.

Begitulah perempuan Jika ditanya dalam keadaan kesal maka pertanyaannya yang sedikit maka jawabannya akan menjadi panjang dan lebar.

''Aku heran sama kamu aku cuma bertanya ke mana istriku pergi, jawabanmu kok panjang banget kalau ditulis mungkin dapat satu lembar buku,'' ucap Joni seraya berlalu dari hadapan Ani. Ani hanya mendengarkan dengan bibir tambah ikut komat-kamit mengikuti ucapan Joni.

******

''Alina, Nenekku sudah tidur kau istirahatlah juga, Aku mempekerjakanmu bukan sebagai pembantuku tapi cuma sebagai perawat nenekku .Selain itu bukanlah tugasmu "ucap Rifki

''Tidak apa-apa Tuan, lagian tidak enak juga kalau hanya berdiam saja,'' ucap Alina seraya tersenyum pada Rifki.

''Apakah kau masih ingin bertahan dengan suami seperti dia? " Tanya Rifki ketika Alina membersihkan vas bunga yang ada di meja dekat Rifki.

''Entahlah tuan. Yang aku pikirkan hanya Laila, dia masih kecil dan membutuhkan sosok figur seorang ayah, Aku ingin pergi... Aku ingin menyerah tapi bagaimana dengan Laila?'' Ucap Alina dengan tatapan yang kosong.

''Dengarkan aku Alina, dengan kamu bertahan bersama pria semacam Joni, itu sama saja kau membunuh mental anakmu, Joni bahkan terang-terangan menyiksamu di hadapan anakmu, itu sudah bisa merusak mental seorang anak, jika memang Joni adalah sosok figur seorang ayah yang baik semarah apapun Joni padamu dia tidak akan melampiaskannya di hadapan anakmu, tapi apa yang dia lakukan? Dia malah seolah tidak melihat adanya Laila, mungkin saat ini kita terbilang egois, Ketika kita memilih berpisah dengan pasangan kita tanpa memikirkan seorang anak, tapi percayalah anak akan memahami keadaan kita suatu saat ketika mereka sudah dewasa, Aku tidak ingin menghasutmu agar kamu bercerai dengan Joni tapi aku hanya ingin menasehatimu, Sayangi dirimu sendiri, hargai dirimu sendiri dan bahagiakanlah diri kamu sendiri, apalagi kau tidak mendapatkan semua itu dari suamimu, kau berhak bahagia, Alina, '' ucap Rifki.

Terlihat Alina yang terdiam dengan mata yang berkaca-kaca.

''Berikan kesempatan untuk dirimu sendiri bahagia, Laila akan bahagia denganmu, dia tidak butuh sosok ayah yang seperti iblis, '' imbuh Rifki.

Entah kenapa Rifki merasakan kemarahan apalgi mengingat kondisi Alina saat itu.

******

''Aku sudah mengatakan apa yang ingin aku katakan, semoga saja wanitamu itu mendengarkan apa yang aku katakan, " ucap Rifki ketika bertemu dengan Zaydan.

Zaydan tersenyum seraya menyesap rokoknya.

''Kau pasti banyak pikiran, Kau tidak akan merokok jika bukan karena banyak pikiran, " ucap Rifki.

''Gak ada, Rif. Hanya ingin merokok saja, " ucap Zaydan.

''Mbak Ani mengatakan kalau Alina di tuduh selingkuh, Aku ragu untuk menemuinya, '' ucap Zaydan.

''Gas aja, Zay. Kalau perlu kau ambil saja Alina, jangan sembunyi-sembunyi, main terang-terangan langsung, " ucap Rifki.

*******

Alina dan Laila kini sudah pulang dari rumah Rifki, namun Alina mampir ke setiap rumah jang biasa memakai jasanya untuk mencuci baju.

''Lin, setrika ya kalau bagian seragam, "ucap Bu Siti.

''Siap, Bu," jawab Alina seraya tersenyum dengan ramah.

''Alhamdulillah sayang, masih banyak yang menitipkan cuciannya pada ibu, '' ucap Alina seraya membawa cucian yang banyak, sedangkan Laila kini sudah berjalan sendiri, tanpa di gendong.

Setibanya di rumahnya, ia susah di tunggu Joni. Namun Alina kini mengabaikan Joni. Ia masuk tanpa menyapa suaminya. Membuat Joni merasa heran dan membulatkan matanya ketika melihat sikap Alina yang mendiamkan dirinya.

Terpopuler

Comments

Aziza

Aziza

Yuk lanjut thor....

2023-07-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!