Aku mengerjapkan mataku beberapa kali kala mendengar suara gedoran pintu yang sangat kencang, ku dengarkan sebentar berharap hanya halusinasiku saja ternyata memang benar, itu suara gedoran pintu.
Ku raih ponsel dan kerudung sport ku, ku lihat jam di ponsel menunjukkan pukul tiga lewat lima belas. Siapa yang datang berkunjung di pagi buta seperti ini? Bahkan ini bukan pagi buta, ini masih malam.
Setelah mengenakan kerudung, aku berjalan menuju pintu utama rumahku. Ada sedikit rasa takut kalau-kalau itu orang jahat yang ingin merampok walaupun maling gak akan gedor pintu sih, aku mengintip keluar sedikit dari kaca samping pintu.
Jas putih?
Aku segera membuka kunci pintu dan membiarkan orang yang ada di depan pintu itu masuk, begitu pintu terbuka tercium bau alkohol yang menyengat dari badan lelaki yang kini berada di pelukanku.
"Mas, Mas Gian, kamu mabuk?"
"Ehmm itu ... iya ... di situ Sarah," ucap Mas Gian tidak sadar.
"Mas?"
Aku kaget bukan main ketika dia menyebutkan nama Sarah, aku tahu dia siapa. Dia sekretaris baru Mas Gian, aku tahu ketika tidak sengaja menemukan kertas dokumen yang ada tanda tangan Sarah sebagai sekretaris suamiku.
"Ah ... Sarah ... nikmat sekali," racau Mas Gian yang semakin menjadi - jadi.
"Mas sadar!"
Mas Gian menatapku dengan lekat, tidak pernah sebelumnya dia menatapku dengan seperti ini. Tatapan yang menyejukkan, juga terpancar cinta dari matanya kali ini.
"Sarah kamu cantik sekali," ucap Mas Gian sambil mengelus wajahku dengan lembut.
Apa maksudnya ini? Mas Gian sedang membayangkan kalau yang ada di hadapannya saat ini itu Sarah? Jadi, selama ini Mas Gian menyukai Sarah?
Ku tutup pintu rumah dan kembali menguncinya, aku tuntun Mas Gian ke dalam kamar lalu menidurkannya di kasur.
Aku membantu melepas sepatu dan kaus kakinya, badannya benar-benar bau alkohol yang begitu kuat. Sampai aku tidak tahan untuk berada dekat-dekat dengan suamiku sendiri.
Segera aku ambil air wudhu dan melangsungkan shalat tahajud, aku tidak kuat menahannya sendirian. Suamiku bahkan tidak pernah menyentuhku hampir setahun ini, selama kita menikah, melihatku saja sepertinya dia jijik.
Tapi, dengan wanita lain dia bahkan berani meski hanya membayangkan saat mabuk. Hatiku hancur ketika mengetahui kalau justru Mas Gian yang selama ini menuduhku selingkuh, dia sendiri yang melakukan itu.
"Ya Allah, aku tidak meminta di ringankan bebannya, aku mohon lapangkan hatiku, beri aku kesabaran yang luas. Ya Allah, tolong sadarkan suamiku, tolong buat dia jatuh hati padaku. Aku begitu mencintainya sesaat dia mengucapkan ijab qobul hari itu ya Allah, izinkan aku merasakan nikmatnya rumah tangga yang engkau muliakan, aamiin."
---
Aku meletakkan dua piring berisi nasi goreng telur mata sapi di meja makan, dengan teh hangat kesukaan Mas Gian. Hari ini adalah hari Minggu, Mas Gian tidak ada jadwal ke kantor. Aku rasa ini hari yang pas untuk kita menghabiskan waktu berdua.
Soal kejadian tadi malam? Ah aku sudah mencoba melupakannya, aku tidak ingin membahasnya lagi. Bukan kewajibanku mengatur yang jelas-jelas bukan kuasaku lagi, apa yang di lakukan Mas Gian di luar itu di luar kendaliku juga.
Aku menerima dengan ikhlas apapun itu, aku tidak perlu tahu atau melarang bahkan mencari tahu. Aku cukup berdo'a dan meminta pada sang pencipta untuk memberikan jalannya, rumah tangga akan selalu di berkati ridho - NYA.
Ku lihat Mas Gian keluar dari kamar sambil menenteng handuk, aku heran, kenapa dia akan mandi sepagi ini di hari libur?
Sekarang pukul delapan, biasanya dia akan mandi saat siang hari.
"Mas mau mandi?"
"Kamu tuh gimana si Bi? Bukannya ngebangunin suaminya, malah asik asikkan duduk di meja makan!"
"Mas emang ada acara hari ini? Mau kemana?"
"Ada meeting, udah gak usah tau, mandi dulu aku, siapin baju sama sepatu."
Aku mengangguk, bergegas menyiapkan pakaian dan sepatunya. Aku juga menyiapkan bekal makan siang kalau-kalau Mas Gian tidak mau sarapan di rumah.
Saat Mas Gian keluar dari kamar dan sudah bersiap untuk berangkat, aku mendekat ke arahnya sambil membawa bekal makan siang.
"Mas mau sarapan dulu engga sama aku? Aku bikin nasi goreng kesukaan kamu lagi loh."
"Aku buru-buru," ucapnya sambil mengenakan jam arloji di tangan kirinya.
"Kalau gitu, Mas ambil bekal ini ya?" Aku memberikan bekal makan siang yang sudah ku susun rapih itu ke Mas Gian.
Suamiku menatap makanan yang ada di tanganku seakan jijik, tak ku sangka dia malah berjalan ke arah meja makan. Aku senang, mungkin dia akan memakan nasi goreng yang aku buat pagi ini.
Praaaannnggggg....
Aku membulatkan kedua bola mataku ketika melihat pecahan piring dan nasi goreng sudah bercampur di lantai, aku berjalan ke arah Mas Gian dengan nafas yang menggebu.
"Mas! Udah berapa kali aku bilang kalau engga suka jangan di buang!"
Aku pernah hidup susah, dimana hanya ada satu porsi nasi putih tanpa lauk. Itu di bagi tiga untuk aku, Ayah, dan Ibu. Aku tidak pernah suka melihat orang menghamburkan makanan, apalagi dengan sengaja. Aku sangat menghargai barang satu biji nasi, itu adalah rejeki yang tidak semua orang dapat memilikinya.
"Ga terima?" Mas Gian merebut bekal makan siang yang aku siapkan untuknya.
Kembali ia bantingkan ke lantai membuat semuanya tumpah berantakan, aku tidak bisa menahan tangisku lagi melihat tingkah suamiku yang sangat arogan. Aku tidak pernah di perlakukan seperti ini seumur hidupku, hanya saat menikah dengan Mas Gian aku jadi mengerti kalau orang kasar itu ada di dunia ini.
"Nangis! Cuma nangis yang bisa kamu lakuin kan? Nangis yang kenceng!"
Aku memunguti setiap nasi yang tidak terkena pecahan kaca, aku kumpulkan dan akan aku makan nanti. Tidak peduli sekotor apa, aku tetap akan memakannya.
"Jangan pernah nyiapin makan buat aku lagi karena aku ga bakal nyentuh makanan itu, apalagi nyiapin bekel segala, itu engga perlu! Ngerti?"
Aku mengangguk, aku bahkan tidak sanggup untuk berbicara barang sepatah dua patah kata. Aku juga tidak bisa menghentikan tangisku yang terus meronta-ronta ingin di keluarkan.
Kali ini aku bersumpah, tidak ada kebahagiaan yang akan dia dapat kecuali dia memuliakan aku sebagai istrinya. Tidak akan pernah ia dapatkan ketenangan di luar sana kecuali dia mendapat ridho aku sebagai istrinya.
"Jangan pernah harap, aku makan sesuap pun makanan yang kamu bikin! Jangan pernah harap itu!"
Aku mengangguk, "iya Mas, dan jangan pernah harap Mas akan menemukan kebahagiaan Mas di luar sana kecuali Mas memohon minta ampun padaku!"
PLAKKK!!!
"Cewe murahan!"
Tamparan itu sangat renyah terdengar olehku, wajah sebelah kananku sudah terjiplak oleh lima jari Mas Gian. Sakit rasanya, tapi lebih sakit lagi mendengar suamiku sendiri mengatakan aku cewe murahan, sedangkan yang aku lakukan hanya mengabdi padanya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Sulfia Nuriawati
tu manusia apa binatang? tngannya ringan mulutnya jg g ada filter klakuan ktk hewan, bpknya binar sadar nikahin anak sm cwok g pny hati jg otak
2023-07-21
0
cinta semu
sadis ..amat...cuman Krn makanan aja istriny di tampar 😜lepas aja laki kyk gitu binar...ingat u layak bahagia
2023-07-06
1
mama zha
semangat thor
2023-06-25
1