PLAKKK!!!
"Cewe murahan!"
Tamparan itu sangat renyah terdengar olehku, wajah sebelah kananku sudah terjiplak oleh lima jari Mas Gian. Sakit rasanya, tapi lebih sakit lagi mendengar suamiku sendiri mengatakan aku cewe murahan, sedangkan yang aku lakukan hanya mengabdi padanya?
"Apa salah aku Mas?" tanyaku, Mas Gian semakin mengepalkan lengannya kurasa dia memang benar-benar benci aku.
"Salah kamu adalah kenapa kamu hidup dan malah jadi istri aku!"
Bagai tersambar petir, suamiku sendiri bahkan tidak menginginkan aku hidup. Lalu, untuk apa aku hidup selain untuk suamiku? Sedangkan Mas Gian bahkan tidak menginginkan aku hidup.
Aku hanya sebatang kara, apakah salah aku menggantungkan hidupku pada sosok yang akan bersamaku seumur hidup? Padahal Mas Gian pun sudah tidak memiliki orang tua, kenapa kita tidak mencoba rukun agar tidak merasa sebatang kara?
"Aku nyesel nerima perjodohan itu, kalau saja almarhum Ayahmu tidak memaksa almarhum Ayahku untuk menikahkan kita, aku pasti masih bersama Sarah sekarang, gara-gara kehadiran kamu, cewe engga tau di untung. Hidupku jadi berantakan!"
"Sarah Mas?"
"Iya Sarah, lagi pula buat apa aku mempertahankan hubungan kita? Lebih baik kita cerai Bi!"
"MAS! Jangan sembarangan ngomong cerai!"
Cuihhh
Mas Gian meludah di hadapanku, aku hanya bisa menghela nafas dan mencoba menegarkan diriku sendiri. Aku tidak pernah menyangka kalau Mas Gian dengan terang - terangan bicara kalau dia menginginkan hidup dengan Sarah.
Ternyata, Sarah bukan hanya sekedar sekretarisnya. Apa aku salah mencoba mempertahankan rumah tangga ini? Apa aku salah berusaha untuk rumah tangga ini? Apa sebenarnya yang di inginkan Mas Gian padaku? Aku bahkan masih perawan, dia tidak pernah menyentuhku, bahkan bersentuhan untuk bersalaman pun hanya saat ijab qobul.
"Kalau ini bukan amanat terakhir almarhum Ayah, sudah ku talak tiga kamu!"
Ku lihat Mas Gian berlalu keluar rumah, entah lah aku harus bagaimana menyikapinya. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa sekarang, di satu sisi aku ingin mempertahankan rumah tangga ini karena Allah sangat tidak menyukai perceraian. Tapi, aku juga tidak sanggup jika hanya aku yang berdiri di rumah ini dengan pincang.
Ku bereskan makanan yang berserakan di lantai sampai tidak ada yang tersisa, aku akan pergi menemui sahabatku selepas mandi dan bersiap.
"Ya ampun Binar, tangan sama pipi kamu kenapa?"
"Coba cerita ke aku, kamu di apain lagi sama suami gila mu itu?"
"Kamu kenapa engga nelepon aku sih Bi? Kan aku bisa langsung dateng ke sana pas kamu di sakitin."
Viola, sahabat ku dari kecil. Aku datang ke rumahnya naik gojek barusan, baru saja aku tiba di teras rumahnya dia langsung menyambut ku dengan berbagai jenis pertanyaan.
Aku hanya tersenyum getir mendengar pertanyaan-pertanyaan itu, setidaknya sekarang aku merasa tenang. Aku masih memiliki Viola yang mengkhawatirkan ku, aku masih punya teman yang selalu mau mendengar keluh kesah ku.
Aku seharusnya tidak usah risau karena Allah selalu ada bersamaku, aku merasa berdosa sudah berfikir kalau aku hanya sebatang kara padahal Allah adalah satu-satunya dzat yang tidak akan meninggalkan hambanya sendiri.
Aku di persilahkan masuk ke dalam rumah Viola, sekarang aku sudah berada di dalam kamarnya. Viola belum menikah, ya wajar saja. Umur kita memang sama, namun di umur dua puluh dua tahun ku rasa memang aku yang terlalu cepat menikah.
"Aku bingung Vi," ucapku membuka obrolan suara.
"Bingung kenapa?" Viola menatapku dengan serius, "bingung kapan harus cerai? Aku dukung Bi, seratus persen."
"Hus... engga lah..."
"Setelah semua ini? Engga cerai? Kamu bodoh apa gimana si Bi?"
"Aku gabisa Vi, satu sisi ini amanat terakhir Ayah, di sisi lain Allah engga suka sama perceraian, kan?"
"Aduh Bi, coba deh, sekarang mikirnya pake logika, kamu mau mati di tangan suamimu sendiri?"
Aku menggeleng, "kalau di pikir logika memang jahatnya kaya gitu, tapi surga balasannya kalau aku bisa lewatin ini Vi."
Viola menghela nafas, aku yakin dia sebal. Tapi, aku juga yakin kalau Viola mengerti apa yang aku maksud, dia juga pasti akan mendukungku.
"Aku paham Bi, aku salut sama kamu, kalau aku yang ada di posisi kamu kayanya aku engga bakal sanggup," ucap Viola tertahan.
"Emang bener ya, Allah ngasih ujian itu pasti sama orang yang bakal sanggup ngelaluin nya," lanjut Viola.
"Engga lah, kamu gaboleh ngerasain apa gang aku rasain Vi, kamu harus nemu suami yang sayang sama kamu, bisa ngasih nafkah lahir batin sama kamu. Yang bisa di andelin deh pokonya."
"Aamiin Bi, semoga kamu juga bisa semakin membaik ya hubungannya sama suamimu itu."
"Sebenernya, Mas Gian selingkuh Vi."
"HAH? UDAH KDRT SEKARANG SELINGKUH? Bi! kali ini aku gabisa terima kalau kamu masih mau pertahanin rumah tangga kamu."
"Itu, aku pengen nguji sampe mana aku kuat bertahan di hubungan ini, ganjarannya surga Vi, surga!" ucapku antusias, kali ini Viola hanya menggeleng.
"Bentar, ambil minum dulu Bi."
Aku terkekeh melihat Viola yang seakan geram padaku, tapi memang benar, aku tidak akan melewatkan kesempatan untuk surga. Aku akan terus berbakti pada suamiku apapun yang terjadi, aku akan terus mempertahankan apa yang harus di pertahankan.
"Nih, minum dulu biar engga gila," ujar Viola sambil memberiku satu minuman botol.
Aku menerimanya sambil tersenyum menyeringai, Viola sudah seperti ingin memakanku kali ini.
Sudah jam lima sore tapi Mas Gian belum juga pulang, aku sudah pulang dari jam empat tadi. Aku takut kalau Mas Gian pulang dan aku belum ada di rumah, bisa kaya waktu itu.
Tadi Viola berpesan agar aku terus mengabarinya jika Mas Gian memperlakukanku dengan kasar, Vio sudah tidak peduli lagi aku akan tetap bertahan atau tidak.
Vio hanya ingin aku mengabarinya, aku senang. Aku merasa seperti punya kekuatan lain untuk bertahan di hubungan ini, Mas Gian pasti akan mencintaiku suatu hari nanti.
"BINAR!"
Terdengar teriakan dari arah luar, aku yakin itu suara Mas Gian. Aku menghampirinya ke arah ruang tamu, benar saja, itu Mas Gian.
Dengan....
"Siapa itu Mas?" tanyaku.
"Ini Sarah, dia akan tinggal di sini mulai sekarang. Kita udah nikah sirih."
BOOM! Sudah bukan lagi petir yang aku rasa, ini seperti satu bumi jatuh menimpaku. Bagaimana bisa suamiku membawa istri sirihnya ke rumah ini, dan bagaimana bisa Mas Gian menikah lagi tanpa sepengetahuanku?
"Bentar, maksudnya apa ya Mas?"
"Gausah banyak tanya! Keluarin barang - barang kamu dari kamar ku, itu akan jadi kamar aku dan Sarah."
"Mas, gak bisa gitu dong, kamu nikah tanpa seizin aku loh? Aku juga engga tahu kapan kamu nikah sama dia?"
Cewek yang ternyata Sarah itu mendekat ke arahku, "Mbak, mohon tahu diri ya, kamu di nikahi bukan untuk di cintai, kamu cuma pembantu yang berkedok seorang istri."
"Setelah empat puluh hari meninggalnya ayah suamiku, dia akan menceraikan mu dan aku akan menjadi istri satu-satunya Mas Gian, paham?" lanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Mak Nab
padan muka sbb bodoh
2024-02-01
0
Sulfia Nuriawati
surga sih surga tp msh hidup lho kok mw d injak² harga dirinya, kalo bkn diri sendiri yg menjunjung hatga diri sp lg yg hrs lakukan itu, binar binar cinta blh tp bego jgn y
2023-07-21
0
Sukliang
tolol, 1 kata tuk mu binar
minta cerai
masih muda bisa cari kerja
takut apa
2023-07-15
0