Benar-benar lihai dalam berakting dan seolah-olah bapak yang menjadi korban dari semua ini dan menjadi penyelemat keluarga.
"Bagus kalau kau jujur dalam berkata, adikku ini juga ngak butuh istri yang tidak berguna seperti kau.
adikku ini masih bisa mencari perempuan lain, yang jauh lebih baik dari kau.
sejak awal juga, mamak kami ngak merestui hubungan kalian, tapi kau aja yang terlalu cinta kepadanya.
baru emas secuil, tapi teriakan sudah seperti kemalingan toko emas.
sungguh berlebihan....."
Tidak kuduga kalau mamak sanggup menahan amarah dan emosinya, karena tidak menjambak rambut mamaknya Tiopan ini.
"Nanti akan aku carikan istri untuk nya, perempuan ngak berguna seperti kau sudah sepantasnya pergi dari keluarga kami."
"Eh mak lampir....
daripada kau sibuk mencari mencari istri untuk bapaknya Sere.
lebih baik kau cari istri untuk anak kau. aku sudah payah mengirimkan anak-anak ku pergi merantau agar terhindar dari bapaknya dan juga keluarganya yang benalu.
tapi aku berbohong agar putriku ini, bisa menikah dengan anak mu. jaga mulut kau itu, jangan asal mangap aja kau.
semua hancur gara-gara kau, dan kau penyebab semuanya. kalau kau ngak ikut campur, semuanya akan baik-baik aja."
"Boru kau aja yang gatal, baru hendak cerai tapi sudah memasukkan laki-laki lain ke rumah ini."
"Kalau ngak tau apa-apa, jangan menyebar fitnah kyak gitu.
laki-laki itu adalah pengacara yang membantu mak Lasma untuk bercerai sama anak mu."
"Kau sama seperti boru mu, memang sama-sama gatal. si Renhat itu hasil selingkuhan mu dengan si jawa itu kan."
brak.....pras......
"Ahhhhhh...... ahhhhhh....... ahhhhhh......"
Akhirnya mamak tidak bisa menahan emosinya dan langsung mengesekusi besan nya itu, dengan menjambak rambut nya dan mengunci tubuh itu sehingga teriak kesakitan.
Walaupun hanya sebentar karena langsung dilerai oleh para suster atau biarawati, tapi aku puas melihat nya di jambak oleh mamak.
Tetangga kami memang ada suku Jawa, dan sudah berkeluarga dan istrinya adalah boru batak.
Mamaknya Tiopan hanya memfitnah saja, jika memang si Renhat, adikku yang paling bontot adalah hasil selingkuhan mamak, seharusnya Renhat itu mirip dengan tetangga kami, tapi Renhat itu malah sangat mirip sama bapak, seperti pinang dibelah dua.
Pria Jawa yang maksud mamaknya Tiopan, sudah bermarga yang sama dengan mamak. agar bisa pesta adat pernikahan dengan istrinya.
Saat itu keluarga mamak yang memberikan marga untuk tetangga kami itu, dan keluarga mamak yang mewakili waktu adat pernikahan saat itu.
Lalu aku menoleh pastor Johannes, tatapan pastor itu begitu lirih.
"Bapak sudah melihat bagiamana kondisi keluarga kami, kalau begini terus pasti ada korban.
cerai adalah jalan terbaik untuk kami bapa, untuk menghindari luka dan korban."
Pastor itu menghela napasnya dan kemudian menoleh mamaknya Tiopan.
"Inang oppung boru Michael....
Jika memang seperti ini, dan kami tidak bisa berbuat banyak."
Ucap pastor Johannes, dan kemudian menolehku.
"Inang mak Lasma...
dalam ajaran Katolik, tidak ada kata cerai. memang pengadilan dari dunia ini, bisa menceraikan pasangan suami-istri tapi tidak dengan ajaran Katolik.
kelak nantinya jika kedua belah pihak ingin berkeluarga kembali dengan orang yang berbeda.
pastilah tidak akan diterima oleh gereja katolik, karena sudah merupakan ketetapan ajaran."
"Saya paham bapa, dan aku juga tidak yakin bisa menerima laki-laki lagi dalam kehidupan ku kelak nanti.
tapi yang jelas untuk saat ini, bercerai adalah jalan terbaik bagiku dan demi keluarga Ku.
biar dosa itu menjadi urusan ku dengan Tuhan Ku, dan aku yakin kalau Tuhan tidak membiarkan umat nya menderita."
Pastor Johannes dan rombongannya mengakhiri pertemuan ini dengan doa, dengan harapan agar keluarga ku bisa menyatu dan hidup bahagia.**
Rombongan Pastor sudah pulang, dan para tetangga satu persatu sudah mulai pulang ke rumahnya masing-masing dan tinggal lah kami disini bersama pak Lasma dan keluarganya serta bapak.
"Sere.....
pikirkan baik-baik dan pelan, semua ini demi anak kalian si Lasma. pikirkan perasaannya yang tidak punya bapak, karena keegoisan mu."
"Cukup ya pak, sejak lahir pun Lasma sudah seperti tidak punya bapak.
bahkan saat hari penting yaitu baptisannya, bapaknya tidak mendampinginya.
Untuk apa bapak seperti itu, hanya meluangkan waktunya saja beberapa jam ngak bisa.
sejak lahir sampai sekarang, bapaknya tidak pernah menggendong Lasma. serta tidak pernah menafkahinya.
Bapaknya tidak pernah membeli apapun itu untuk Lasma, jadi apa gunanya punya bapak seperti itu?"
"Jangan egois Sere, itu karena suami mu sibuk dengan pekerjaannya.
Jika kalian bercerai, lalu mau kemana kalian pergi?"
"Bukan aku yang egois, tapi Tiopan dan keluarganya yang egois.
jika sudah mendapatkan akta cerai dari pengadilan, yah.....
aku, mamak dan Lasma. akan pergi dari kehidupan kalian semua, karena aku sudah muak melihat semua ini."
Mendengar ucapan ku, yang akan mengajak mamak ikut pergi setelah cerai, bapak langsung mendekati mamak.
"Jika kau ikut pergi sama Sere, maka kau akan saya ceraikan."
"Dengar ya pak Sere, kau itu sudah lama mati di dalam hatiku.
aku ngak pernah merasa punya suami, selama ini, aku sekuat hati, tenaga dan pikiran untuk bertahan itu karena anak-anak kita.
Ingat..
Kau sudah mati di dalam hatiku, dan aku tidak perduli lagi dan tidak pernah mengganggap mu ada di dunia ini.
paham kau kan?"
"Bapak......
Silahkan pulang dan bawa kakak dan bere mu itu pulang, aku sudah muak melihat kalian."
Akhirnya mereka pulang juga dan kami langsung menutup pintu dan membersihkan semuanya.
Selesai bersih-bersih lalu kami berdua duduk dibelakang rumah, karena hari ini perpisahan kami dengan semua ternak babi kami.
"Mamak lemas dan capek, besok aja kita beres-beres ya."
"Iya mak, aku juga capek fisik dan capek batin sehingga ngak mood untuk beres-beres.
tapi mamak ikut kan sama ku pindah?"
"Kalau ngak ikut sama mu mak Lasma, lantas mamak mau kemana?
hanya kamu yang mamak punya, semuanya sudah habis dan mamak akan mati jika masih tinggal disini.
mamak bersedia kemanapun asal bersama mu mak Lasma.
mamak masih sehat dan bisa kerja nantinya, baby sister atau sebagai tukang masak untuk mu nantinya.
mamak dah muak melihat bapak mu dan si Renhat."
Aku langsung memeluk mamak, dan kemudian kami memutuskan untuk tidur istrihat.
Berhubung Lasma sudah tidur dan kami berdua juga bisa tidur dengan lelap.*
Baru saja rasanya tidur dan sudah jam lima sore aja, kami juga terbangun karena suara ketukan pintu.
Keluarga pak Bima yang datang, untuk mengangkut seluruh ternak babi dan beberapa ayam.
Hanya tersisa satu ekor babi yang masih muda dan itu untuk mak Sinta, karena lusa akan di potong karena adik-adiknya pak Sinta akan datang.
Sementara sisa ayam, empat betina dan dua ekor jantan, untuk mak Bima nantinya, begitu juga dengan lahan yang masih penuh dengan sayuran dan bumbu-bumbu dapur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Risa
Hampir sama, ayah ku juga sangat pro pada keluarganya.
author ini pandai ya membuat hati teriris
2023-06-29
0