Para Warga sekitar sudah mulai berdatangan ke rumah ini, mereka penasaran apa yang terjadi di rumah di rumah panggung ini.
Lalu aku meraih koper dan tas yang tergeletak di tanah, lalu berjalan menuju rumah dan kemudian masuk kedalam kamar dan terduduk lemas.
"Ngak usah berlebihan gitu, lagian umur mu sudah ngak muda lagi. beruntung masih ada Tiopan yang mau menjadikan kau sebagai istrinya."
Ucap mamak Tiopan, yang tidak lain adalah kakak kandung dari bapak.
"Sere...
hanya kamu harapan bapak dan mamak mu ini, tolonglah kami boru.
Menikah dengan Tiopan, karena bou mu itu sudah banyak membantu kita. bapak dan mamak ngak bakalan sanggup mengganti semua yang diberikan oleh bou mu."
(Boru adalah panggilan kepada anak perempuan, dalam suku Batak Toba.
Bou adalah singkatan dari namboru, yang merupakan panggilan kepada adik perempuan atau kakak perempuan dari pihak bapak).
"Tolong lah boru hanya kamu harapan mamak, dan hanya kamu yang bisa menyelamatkan keluarga ini.
mamak dan bapak sudah menerima uang dari bou mu ini untuk biaya kuliah kedokteran adik mu si Renhat."
Mamak dan bapak membujukku, kedua orang tua ku ini menyembah ku seraya menangis agar mau menikah dengan Tiopan, yang merupakan keponakan bapak.
Kedua orang tuaku ini, memintaku untuk menikah dengan pariban. yaitu anak laki-laki dari kakak bapak, dalam tradisi batak kami di sebut sebagai pariban dan itu bisa menikah.
Perjodohan pariban adalah hal yang paling kubenci, aku ingin menikah dengan pria yang ada hubungannya dengan keluarga ini.
Tapi keluargaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai adat batak toba dan mengharuskan aku harus menikah dengan pariban.
Tiopan adalah pariban ku, anak laki-laki dari saudara perempuan bapak. pantang bagi bapak menolaknya.
"Jika bang Tiopan mau menikah dengan Sere, maka harus memenuhi syarat dari ku.
pertama, Sere ngak mau satu rumah dengan mamaknya.
kedua, seluruh gaji bang Tiopan harus Sere yang pegang dan ngak boleh mamak nya."
Tiopan mendekati arahku, dan kemudian duduk dihadapan ku dan memegang tanganku.
"Kamu tenang ya dek, abang dah punya rumah di ibukota kabupaten.
Hanya butuh waktu dua puluh menit naik angkot dari rumah ke kota, dan sisa tanah di belakang rumah itu sangat lah luas.
Selama ini mamak, ngak pernah kok memegang gaji abang dan gaji di transfer ke rekening ini."
Ucapnya seraya memberikan kartu debit dan juga buku rekening.
"Setelah ini kita ke rumah mamak, biar kita nikah nya di rumah mamak aja."
"Ngak mau, Sere maunya di sini nikah nya dan pesta adat nya juga disini."
Mamaknya terlihat sempat emosi, lalu di tenangkan oleh Tiopan. diskusi itu terlihat intens dan pada akhirnya mereka menyanggupi permintaanku.
Aku benar-benar ngak ingin melihat mamaknya dan juga saudari perempuannya, karena mereka semua bermulut bengis.**
Hari yang di tunggu-tunggu telah datang dan akhirnya kami resmi menjadi suami-istri, dan bang Tiopan yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil di kantor catatan sipil ibukota kabupaten dan langsung mendaftar perwakilan.
Pernikahan kami resmi secara agama Katolik, adat dan juga resmi secara hukum negara.
Bang Tiopan memenuhi janjinya dan kami tinggal di rumah baru di ibukota kabupaten, dan rumahnya sangat layak dengan lahan kosong di belakang rumah.
Furniture rumah dan perlengkapan masak lainnya, sudah lengkap dan siap untuk digunakan.
Seperti pengantin pada umumnya, dan tentunya bang Tiopan meminta jatah.
Walaupun aku tidak menyukai pria yang sudah resmi menjadi suami ku ini, tapi mau tidak mau, aku harus melayaninya.
Jarak rumah mertua ke rumah kami ini, tidak terlalu jauh. hanya butuh lima belas menit naik sepeda motor.
Hanya dua minggu bang Tiopan selalu di rumah setelah pulang kerja dan sekarang sudah lebih sering tinggal di rumah mamaknya.
Satu bulan sudah berlalu dan tentunya sudah gajian pastinya.
Tapi saat aku mengecek saldo rekening dan isinya hanya tiga ratus ribu rupiah, sementara kebutuhan rumah tangga harus dipenuhi.
Sore hari setelah selesai masak dan aku menunggu bang Tiopan di meja makan ini, dan ternyata Ia datang ke rumah ini bersama mamaknya.
"Masak apa kau Sere?"
Pertanyaan itu ngak aku jawab dan aku malah menatap anaknya yang masih mengenakan dinas kerjanya.
"Bang Tiopan, aku mau nanya. siapa sekarang istrimu?"
"Aneh kali pertanyaan kau Sere, sudah jelas kau itu istrinya.
suami pulang itu harus di sambut dengan senyuman, sediakan makanan dan juga minuman."
Mamak nya menjawab dan aku tidak menggubrisnya sama sekali.
"Saldo rekening abang hanya berisi tiga ratus ribu rupiah bang, gaji mu memang segitu bang?"
"Sudah cukup untuk kau, jadi istri itu harus hemat. lagi pula kau belum memberikan anak untuk Tiopan.
ngak usah melunjak kau Sere, gaji Tiopan itu saya yang pegang, karena Tiopan masih punya adik perempuan yang butuh biaya kuliah."
Lagi-lagi mamaknya yang jawab, sementara Tiopan sedang makan masakan ku. setahuku kedua adik perempuan itu sudah menikah, tapi kenapa dibilangnya masih kuliah?
Tapi yang namanya ibu mertua, malas mengajaknya berdebat karena percuma hanya membuang tenaga.
"Mau kemana kau? suami mu belum selesai makan."
Aku tinggalkan mereka berdua di meja makan tanpa menjawab pertanyaan mamaknya Tiopan.
Beberapa saat kemudian, terdengar Tiopan pamit untuk mengantarkan mamaknya pulang.
Dikamar ini dan hanya bisa menangis meratapi nasibku dan entah kenapa aku memikirkan masa-masa kerja waktu Taiwan.
Memelihara babi dan sedikit ayam, untuk memenuhi kebutuhan seperti telur ayam dan menambah penghasilan juga tentunya.
Ide yang bagus dan segera ku ambil buku catatan ku selama kerja di Taiwan.
Lahan di belakang rumah cukup luas, dan tanah kosong milik tetangga itu mungkin bisa kusewa.
Untuk menanam sayur-sayuran dan juga bumbu-bumbu dapur.
Segera aku ambil dompet, dan semua perhiasan emas ku masih utuh disana dan itu lumayan banyak.
Membuat perencanaan kandang, mulai perairan, pembuangan limbah dan pengolahannya serta tempat penyimpanan pakan dan tempat pengolahan pakan.
Semua harus terorganisir dengan baik, agar ternak babi sehat dan jauh dari penyakit serta tidak menimbulkan bau yang menggangu warga sekitar.
Waktu di Taiwan, tempat kerjaku. limbah ternak babi di ubah menjadi gas yang di peruntukan untuk memasak pakan ternak dan sisanya sebagai pupuk kompos.
Kotoran babi dan sisa pakan ternak dari kandang, akan dikampulkan disuatu wadah. lalu gas akan dikeluarkan melalui pipa dan bisa digunakan untuk memasak.
Kotoran yang tidak memiliki gas lagi, akan disiram dengan E4 (effective microorganisms4).
E4 atau effective microorganisms 4, atau bakteri pengurai yang berbentuk cairan tapi tidak aktif.
Untuk mengaktifkan bakteri E4 harus diberi makan, satu tutup botol E4 lalu di campur dengan dua liter air bekas cucian dan ditambahkan dengan tetes tebu, kalau tidak ada cukup memakai gula aren yang cair.
Biarkan selama dua puluh empat jam, dan mikro organisme sudah aktif untuk mengurai kotoran ternak dan juga sampah organik lainnya.
Kita bisa saja menggunakan organisme lainnya secara alami, tapi waktu lama. dengan menggunakan E4 yang sudah di aktifkan, maka penguraian sampah organik jauh lebih cepat.
Menurut pengalaman waktu kerja di Taiwan, jika menggunakan E4, penguraian sampah organik jauh lebih cepat dan hanya memakan waktu tiga minggu saja.
Kompos yang dihasilkan dengan bakteri pengurai dari E4, jauh lebih baik dari bakteri pengurai pada umumnya.
Jika bakteri pengurai E4 sudah selesai menguraikan sampah organik, maka sel mikroba itu akan non aktif. jika kompos itu di aplikasikan ke tanaman, maka sel mikroba E4 akan aktif kembali dan membantu menjaga pH tanah dan memperbaiki tanah menjadi subur.
Effective microorganisms 4 atau E4, bisa di beli di toko pertanian atau di toko makanan ternak.
Satu hal yang paling penting dalam penggunaan Effective microorganisms 4 atau E4 bahwa, saat penguraian sampah organik. tidak menimbulkan bau dan juga belatung yang sangat mengganggu.
Asal pengomposan di lakukan di wadah yang tertutup dan dibuka setiap hari untuk membuang gas karbon dioksida.
Mikroba effective microorganisms 4, tidak membutuhkan oksigen dalam menguraikan sampah organik, akan tetapi menghasilkan karbon dioksida.
Itulah sebabnya wadah itu harus di buka setiap hari, untuk membuang gas karbon dioksida.
Hal itu tentunya membuat kandang bersih, tidak bau dan ternak jauh dari virus penyakit.
Kandang yang bersih dan ternak babi yang sehat, jadi harus butuh lahan tambahan untuk menanam kebutuhan pakan babi.
Ternak babi juga membutuhkan pangan konsentrat, atau pelet untuk mempercepat pertumbuhan babi.
Tapi jangan terlalu banyak, karena akan membuat babi menjadi lemah karena kekurangan serat alami.
Sepertinya perhiasan emas ku ini sudah lebih dari cukup, jika kurang nantinya bisa merogoh tabungan.**
Pagi-pagi sekali aku langsung siap-siap ke kota untuk menjual semua perhiasan ku ini. berhubung bang Tiopan masih di rumah mamaknya dan tidak ada harus ku layani.
Sesampainya di toko emas, lalu menyerahkan semua koleksi emasku. pihak toko sudah mengecek kadar emasnya dan serta menimbang nya.
"Kebetulan emas lagi naik kak, dan emas kakak ini sangat unik dan juga model lama alias klasik. totalnya seluruhnya adalah dua ratus lima puluh juta rupiah ya kak.
transfer aja lah ya kak, karena kami ngak menyimpan uang cash sebanyak itu."
Aku menyetujui usulan itu, dan akhirnya uang tersebut sudah ada dalam rekening Ku.
Setelah selesai transaksi dan singgah sebentar ke pasar untuk membeli kebutuhan dapur dan kamar mandi dan setelah nya pulang ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments