Keinginan Untuk Bercerai.

Tiopan mendekati mamak, tapi mamak beranjak dari tempat duduknya karena Lasma menangis di kamar.

Wajah Tiopan terlihat kecewa karena mamak langsung beranjak dari tempat duduknya.

"Ketika suami mak Michael dan suami mak Ririn, hendak menggadaikan semuanya dan mamak langsung memberikannya.

sekarang semua ludes, dan hanya menyusahkan beban hidup. lantas mamak mau memeras ku untuk memikul kedua beban itu semua, dimana sikap adil mu mak?

apakah aku harus mati dan mengorbankan semuanya...?

SK PNS ku sudah tergadai, agar bisa membeli rumah untuk mamak dan kedua beban mu itu. tiap bulannya nanti, aku hanya menerima empat ratus ribu rupiah.

bagaimana aku hidup dengan itu mak, sementara ada istri dan anakku yang menjadi tanggungjawabku."

Mamaknya Tiopan langsung menangis, dan aku bingung apa yang ditangisi olehnya.

"Istrimu itu bukan manusia Tiopan, dia itu iblis yang menyamar jadi manusia.

bahkan istrimu itu yang membuat bapak mu meninggal dunia, dan kita hampir gelandang karena istrimu itu telah membakar rumah kita."

"Ngak usah mengalihkan pembicaraan mak, mak Lasma melakukan itu, hanya karena mamak menghina mamaknya.

ada asap pasti karena ada api, mamak yang memulainya.

suruh mak Michael bekerja dan juga mak Ririn, dan mamak biar saya yang menanggung.

mak Michael dan mak Sinta, bukanlah tanggunganku mak.

mak Lasma sebagai istriku, anakku, mamak dan mertuaku. itulah yang menjadi tanggunganku.

kedua boru mu itu sudah dewasa, bahkan sudah berani menikah.

jika sudah mantap menikah, maka sudah selayaknya mereka bertanggungjawab akan kehidupan mereka mak."

Mamaknya Tiopan hanya terdiam dan terlihat dirinya mengelus kepalanya, rambutnya acak-acakan dan seluruh wajahnya penuh dengan bekas cakaran mamak.

Lalu pak Lasma mendekatiku, setalah duduk di samping ku dan meraih sesuatu dari dalam tasnya.

"SK PNS sudah abang gadaikan, dan nanti sisa gaji abang tidak sampai lima ratus ribu lagi.

abang harus mencicilnya selama sepuluh tahun ke depan, dan sisa gaji hanya bisa sebagai kebutuhan saja

aku harap kamu berbesar hati mak Lasma, jika ternak mu terjual, maka bagilah kepada mamak sebagai biaya hidupnya.

abang mohon mak Lasma, kasihanilah mamak dan juga suami mu ini."

Seketika air mata ku mengalir, dan semakin deras mengalir ketika melihat jumlah pinjaman tersebut.

Jumlah pinjaman senilai dua ratus sembilan puluh juta rupiah, dan aku ngak habis pikir. apakah bank menyetujui pinjaman sebesar itu hanya mengandalkan SK PNS.

"Pak Lasma hanya tamatan diploma tiga, golongan II A, dengan range gaji 2 juta lebih sampai tiga juta lebih.

ditambah tunjangan dan sebagainya, kemungkinan besar menerima gaji sekitar lima jutaan lebih.

kok bisa ya dapat pinjaman sebanyak itu? "

Pak Lasma tidak mengira kalau aku mengetahuinya dan wajahnya terlihat kaget dan salah tingkah.

"Iya... iyaa...

rumah dan peternakan mu ikut abang gadaikan."

"Terlihat dari tanggal pencairan dananya, baru dua hari yang lalu ya.

apa bisa bank menyetujuinya tanpa persetujuan istri? atau kau mengaku sebagai anak lajang?"

Semakin merah itu wajahnya, aku yakin pasti ada yang tidak beres nantinya.

"Heboh kali kau Sere, SK PNS dan rumah ini adalah milik Tiopan dan kenapa harus mintak ijin kau?

jangan kepoh gitu, kau itu bukan siapa-siapa disini."

"Okey kalau begitu."

Aku balas ucapannya, sembari menarik tanda terima dokumen yang diberikan bank milik pemerintah itu.

Bank yang membawa nama provinsi ini dan juga mengambil slip penarikan uang tersebut.

"Maaf pak Lasma...

aku ngak bisa memenuhi permintaan mu, kita memang beragama katolik, dan perceraian itu adalah dosa besar dan tidak pernah adalah ajaran agama katolik.

saya istrimu dan kamu tidak mengganggap ku, jadi lebih kita bercerai saja.

agar kamu bisa kembali ke mamak mu, dan sampai kapanpun aku tidak bisa berdamai dengan mamak mu."

Ibu mertua terlihat kaget mendengar permintaan ku, dan terlebih-lebih pak Lasma yang tidak menyangka kalau aku meminta cerai darinya.

Alih-alih berharap aku membantu mamaknya, tapi malah meminta cerai.

"Mak Lasma...

aku tidak menceraikan mu, ngak apa-apa jika mak Lasma ngak mau membantu mamak.

tapi kita jangan bercerai ya, dan abang janji akan selalu berada di rumah ini bersama mu, anak kita dan juga mamak mu.

abang akan membantumu untuk memelihara ternak dan melaksanakan semua perintah mu, asal jangan minta cerai dari abang ya.

aku mohon mak Lasma....."

Saatnya memberikan pelajaran kepada mamaknya dan juga kedua kakaknya itu, selama ini mereka telah menindas mamak.

"Dimana surat rumah yang ditempati mamak dan kakak itu?"

"Apaan sih kau Sere? itu sudah di pegadaian, untuk modal usaha mak Michael dan juga mak Ririn."

Bukannya suamiku yang menjawab tapi malah mamaknya yang menjawab.

"Rumah itu atas nama siapa?"

"Nama Tiopan lah, ngapain pula kau bertanya seperti itu?"

Lagi-lagi ibu mertuaku yang menjawab, sementara suamiku yang terdiam seraya menundukkan kepalanya.

"Batalkan peminjaman itu lalu kembalikan kepadaku surat tanahnya, biar ku jual empat ekor babi ku untuk modal usaha kedua kakak mu.

Setelah itu, usir kedua kakak mu dari rumah itu, dan hanya mamak mu yang boleh tinggal di sana.

Jika mamak mu ingin biaya hidup, harus kerja untuk merawat ternak babi ku.

serahkan semua gaji mu pak Lasma kepadaKu, dan seberapa pun itu sisanya. nanti biar aku memberikan uang saku serta uang membeli bensin mu.

aku tunggu dalam tempo waktu tiga hari dari sekarang, jika tidak terlaksana maka aku mendatangi bank tempat mu meminjam itu dan juga pegadaian itu.

aku menggugat mereka karena tidak memintak persetujuan ku sebagai istrimu. ingat pak Lasma, pernikahan kita sudah terdaftar di catatan sipil."

"Kok kau pula yang mengatur?"

"Kau diam, gara-gara kau semua ini jadi berantakan."

Mamak ku yang menegur ibu mertuaku, dan seketika beliau itu terdiam dan kemudian aku meraih pundak bang Tiopan.

"Aku ingin keluarga kita bahagia pak Lasma, dan kita sama-sama menanggung semua beban ini.

kita berdua, anak-anak kita kelak nanti dan juga mamak ku dan mamak mu bang. mari kita mulai dari awal lagi, jujur dan saling terbuka.

mari kita bersama-sama mengarungi bahtera rumah tangga ini, mari kita ciptakan keluarga yang bahagia.

apapun bisa kita raih, asal kita sepakat dan sehati.

lihat pak Sinta dan mak Sinta, bisa membeli sawah yang luas, sepeda motor, traktor untuk membajak sawah dan sebagainya.

itu karena keluarga mak Sinta sepakat dan satu hati dengan suaminya."

Akhirnya pak Lasma, suamiku. memenuhi semua permintaan ku, walaupun tidak ada restu dari mamaknya.

Bahkan pak Lasma, meminta kedua kakaknya untuk segera membatalkan peminjaman itu dan untuk segera mencari rumah kontrakan.

Episodes
1 Kejutan.
2 Menikah
3 Suami Yang Kecewa.
4 Keluarga Suami yang Mengenalkan.
5 Harus Dengan Kekerasan.
6 Kisah Pernikahan.
7 Mertua Yang Aneh.
8 Pak Lasma.
9 Keinginan Untuk Bercerai.
10 Mulai Bertindak.
11 Kesepakatan Untuk Bercerai.
12 Mantap Untuk Bercerai.
13 Tiopan Membawa Keluarganya.
14 Minta Rujuk.
15 Ada Yang Aneh.
16 Bercerai di Dalam Diri.
17 Jalan Terbaik.
18 Acara Adat Mak Sinta.
19 Tagihan Kartu Kredit.
20 Urusan Kartu Kredit Belum Selesai.
21 Masalah Utang Di Koperasi.
22 Pertikaian Lagi.
23 Utang Ke Rentenir.
24 Perkara Selesai.
25 Merasa Kehilangan.
26 Nasihat.
27 Serangan Balik.
28 Bermasalah.
29 Tangan Yang Ditebas.
30 Ingin Berdamai.
31 Mamaknya Tiopan Murka.
32 Mencoba Ikhlas.
33 Tiopan Menikah Lagi.
34 Bimbang.
35 Nasihat Berujung Pertikaian.
36 Nasihat Yang Terabaikan.
37 Pilihan Yang Sulit.
38 Rencana Balas Dendam.
39 Anak Yang Tamtrum.
40 Tiba di Kampung.
41 Bertemu Dengan Bapak.
42 Kisah dari Renhat.
43 Pernyataan Cinta.
44 Penyesalan Yang Menyakitkan.
45 Bapak Meninggal.
46 Menahan Emosi.
47 Berkumpul Bersama.
48 Adat Sari Matua.
49 Begini Rasanya Bahagia.
50 Perbedaan Pola Pikir.
51 Terjadilah Drama
52 Biarkan Dia Memilih.
53 Lasma Tetap Memilih Bapaknya.
54 Kabar Bahagia.
55 Cerita Tentang Lasma.
56 Wisuda dan Rencana Pernikahan.
57 Tunangan.
58 Bertemu Dengan Donna.
59 Hati yang Tidak bisa Di Bohongi.
60 Bisa Berubah.
61 Pemberkatan.
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Kejutan.
2
Menikah
3
Suami Yang Kecewa.
4
Keluarga Suami yang Mengenalkan.
5
Harus Dengan Kekerasan.
6
Kisah Pernikahan.
7
Mertua Yang Aneh.
8
Pak Lasma.
9
Keinginan Untuk Bercerai.
10
Mulai Bertindak.
11
Kesepakatan Untuk Bercerai.
12
Mantap Untuk Bercerai.
13
Tiopan Membawa Keluarganya.
14
Minta Rujuk.
15
Ada Yang Aneh.
16
Bercerai di Dalam Diri.
17
Jalan Terbaik.
18
Acara Adat Mak Sinta.
19
Tagihan Kartu Kredit.
20
Urusan Kartu Kredit Belum Selesai.
21
Masalah Utang Di Koperasi.
22
Pertikaian Lagi.
23
Utang Ke Rentenir.
24
Perkara Selesai.
25
Merasa Kehilangan.
26
Nasihat.
27
Serangan Balik.
28
Bermasalah.
29
Tangan Yang Ditebas.
30
Ingin Berdamai.
31
Mamaknya Tiopan Murka.
32
Mencoba Ikhlas.
33
Tiopan Menikah Lagi.
34
Bimbang.
35
Nasihat Berujung Pertikaian.
36
Nasihat Yang Terabaikan.
37
Pilihan Yang Sulit.
38
Rencana Balas Dendam.
39
Anak Yang Tamtrum.
40
Tiba di Kampung.
41
Bertemu Dengan Bapak.
42
Kisah dari Renhat.
43
Pernyataan Cinta.
44
Penyesalan Yang Menyakitkan.
45
Bapak Meninggal.
46
Menahan Emosi.
47
Berkumpul Bersama.
48
Adat Sari Matua.
49
Begini Rasanya Bahagia.
50
Perbedaan Pola Pikir.
51
Terjadilah Drama
52
Biarkan Dia Memilih.
53
Lasma Tetap Memilih Bapaknya.
54
Kabar Bahagia.
55
Cerita Tentang Lasma.
56
Wisuda dan Rencana Pernikahan.
57
Tunangan.
58
Bertemu Dengan Donna.
59
Hati yang Tidak bisa Di Bohongi.
60
Bisa Berubah.
61
Pemberkatan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!