Pak Lasma sudah menyudahi permainannya dan langsung membersihkan dirinya di kamar mandi.
Segera aku menyiapkan makanan, karena bentar lagi pak Lasma akan berangkat kerja.
Selesai memasak dan memanggil pak Lasma dari kamar agar segera sarapan, sementara mamak hanya dibelakang sedari tadi sambil menggendong Lasma.
"Masakan mu sangat enak, dan masakan seperti ini hanya aku dapatkan dari mu."
Ucapannya ngak kutanggapi dan hanya menemaninya makan di meja makan yang sederhana ini.
"Makanan yang enak dan pakaian yang rapi serta wangi.
terimakasih ya mak Lasma, kamu memang istri yang terbaik."
"Sama-sama bang, aku ngak egois kok. aku hanya meminta setengah dari gaji mu untuk biaya hidup kita.
abang, aku dan Lasma. abang masih bisa berbagi dengan inang, keberadaan mamak disini untuk membantu ku mengurus putri kita dan juga ternak.
aku akan melayani mu jika berlaku adil, saya istrimu dan Lasma putri kita.
Kami berdua butuh nafkah dan kasih sayang dari mu bang, jika hanya masalah anak laki-laki dan kita bisa program."
Entah apa yang dipikirkan oleh pak Lasma ini, tapi yang jelas air matanya mengalir dan kemudian menatapku dengan matanya yang berkaca-kaca.
"Dengan uang dua juta itu, sampai kapan bisa berada di rumah ini dan menerima pelayanan mu sebagai istriku?"
"Sebulan bang, dan saya anggap itu adalah setengah dari gaji mu."
Tiba-tiba saja pak Lasma, suamiku memelukku dengan erat dan berulangkali mencium keningku.
"Abang mau berangkat kerja dulu ya."
Ucapnya dan melepaskan pelukannya, lalu mencium keningku dan beranjak pergi.
Setelah pak Lasma berangkat kerja, dan aku merapikan meja makan dan mencuci piring bekas makanya dan berencana mengajak mamak untuk makan bersama.
"Sere anjing...
keluar kau anjing..."
Suara merdu nan nyaring dari ibu mertuaku yang berteriak dari depan pintu. segera kuambil parang dan kemudian berjalan ke arah pintu masuk.
Begitu membuka pintu dan ...
burrr.....
Ibu mertua dan kedua putrinya serta anak-anak putrinya itu disiram mamak, dengan air bekas cuci tangan dari kandang.
"Aku dah muak dengan kelakuan jahanam, kau kira kau dah hebat kali."
ahhhhhh..... ahhhhhh........
Mamak menjambak rambutnya, sampai terjatuh ke lantai teras ini dan mamak tetap menjambak rambutnya.
Sepertinya kedua putrinya hendak ikut melawan mamak, dan langsung aku raih yang paling tua dan menodongkan parang di lehernya.
"Biarkan mamak ku melawan mamak mu, kalau ikut campur, putus ku buat leher kakak kau ini."
Anak-anaknya berlari sambil berteriak mintak tolong, dan seketika itu juga para tetangga, kepala desa dan juga pak kepling serta pemangku adat berdatangan.
Beberapa orang melerai mamak yang terus-menerus menjambak rambut sang besan.
Setelah mereka dipisahkan dan aku melepaskan parang serta menendang kakak ipar ini hingga dia tersungkur di lantai dan menabrak meja.
Terlihat kepala desa langsung menelpon pak Lasma, dan memintanya pulang saat ini juga, karena mamaknya dan juga kedua kakaknya berulah lagi yang membuat keributan.
"Sebelum kau tinggal disini, semua warga disini aman dan tentram serta damai, tapi setelah kau datang dan tinggal di rumah pak Bima.
Kau langsung membuat kekacauan disini, sebaiknya enyah kau dari sini."
"Sabar ya bu, kita bicarakan baik-baik ya."
Pemangku adat menenangkan tetangga yang kesal sama mertua, dan kami pun masuk ke dalam rumah.
"Sembari kita menunggu pak Lasma datang, sekarang saya mau mendengar permasalahannya. di mulai dari mak Dona, atau oppung boru Lasma."
"Saya ngak sudi di panggil oppung boru Lasma, panggil saya oppung Michael."
Dona adalah anak perempuan pertama mertuaku, dan anak pertama Dona namanya Michael.
Menurut tradisi batak toba, cucu pertama dari anak laki-laki yang seharusnya menjadi nama panggilan.
Oppung boru artinya adalah nenek dan kakek biasanya di panggil dengan oppung Doli.
Jika sudah terlanjur anak perempuan yang duluan punya anak, maka untuk sementara cucu itu dijadikan nama panggilan, dan selanjutnya jika sudah lahir anak dari laki-laki, maka nama panggilan seharusnya di ubah.
Ngak masalah bagiku, toh juga dari awal saya tidak menginginkan pernikahan ini.
"Perempuan ini memprovokasi Tiopan, agar mencuri uang ku sebanyak dua juta rupiah. uang itu mau pakai untuk biaya sekolah Michael.
tapi karena perempuan ini, dan uang itu di ambil oleh Tiopan dan berikan kepada perempuan ini."
"Itu uang ku mak, dan sudah sepantasnya aku menafkahi anak dan istriku " ujar pak Lasma.
Pak Lasma sudah tiba di rumah ini, dan mamaknya terlihat geram karena pengakuan anaknya.
"Apa maksud mu Tiopan."
"Panggil aku pak Lasma, karena anak pertama ku sudah lahir dan namanya Lasma."
"Terserah dan bagiku, kau tetap Tiopan dan mamak ngak bisa menerima si Lasma itu.
kenapa mengambil uang yang dua juta itu? itu kan untuk biaya sekolah bere mu?"
Mulai lagi perdebatan itu, dan pak Lasma yang terlihat mulai bingung. lalu pak Lasma menatap mamaknya dengan tatapan yang kecewa.
"Jika aku hanya memikirkan keluarga kakak, lalu keluarga ku gimana?"
"Kamu kok hitung-hitungan gini sih? apa kamu ngak sadar berapa biaya yang sudah habis hanya untuk menikahi perempuan ini?"
"Biaya mana yang mamak maksud? sawah, kerbau dan kebun kopi serta uang yang transfer untuk biaya pendidikan si Renhat itu?
Sawah, kebun kopi dan kerbau adalah warisan untuk tulang atau keluarga Mak Lasma.
saya dengar jelas waktu oppung mengatakan kalau itu bagian keluarga mak Lasma.
uang yang mamak transfer untuk Renhat, adalah untuk mengganti emas yang dicuri bapaknya Lasma untuk mamak.
bapak mertuaku itu mencuri emas perhiasan ibu mertuaku, lalu diberikannya kepada mamak untuk biaya pendidikan si Donna atau mak Michael.
Mamak hanya memberi mahar lima belas juta saja dan itupun masih mamak potong.
Inang simatua ku ini hanya menerima sembilan juta rupiah untuk biaya pesta adat itu mak.
semua itu aku rahasiakan, agar kelak mamak mau membantuku untuk mendapatkan mak Lasma sebagai istriku."
(inang simatua adalah ibu mertua, sebutan bagi suku Batak Toba dan bapak mertua di panggil amang simatua).
Serrrrr.......
Darah terasa mengalir di sekujur tubuhku, dan berusaha menahan emosi yang sudah meluap.
Mereka telah menyimpan banyak rahasia, terlihat mamak hanya menangis dan sulit menebak apa penyebab utama dari tangisan itu.
"Kamu kira mahar itu dipetik begitu saja dari pohon sana?"
"Terus gaji ku selama ini kemana mak?" Tanya Tiopan.
Mamak beranak itu masih berdebat, sementara aku masih berusaha sekuat tenaga untuk menahan emosi.
Emosiku yang meluap-luap karena rahasia mereka dan juga tangisan mamak yang tidak aku pahami.
Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?
Aku menatap mamak, lalu mamak menundukkan kepalanya. terlihat berat beban yang dipikulnya sehingga mamak tidak mampu menatapku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments